MAKALAH
BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK USIA DINI
Penanganan
Terhadap Anak ADD/ADHD
Disusun
Oleh :
Fitri
Rohmawati
1205125045
Kelas
: B Pagi
Dosen
Rahman, S.Pd,.M.Pd
PROGRAM
STUDI S1-PAUD
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Anak usia dini adalah
individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Menurut NAEYC,
anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 8 tahun. Usia ini
merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian
anak untuk kedepannya nanti. (Masitoh dkk.,2005:112-113). Sedangkan
rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah
0-6 tahun. Usia dini merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Hal
ini tersebut dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa ini
bergerak dengan cepat dan merupakan dasar bagi perkembangan tahap selanjutnya
(Depdiknas, USPN, 2004:4).
Pada masa usia dini, anak
memiliki berbagai macam aspek perkembngan yang penting untuk dikembangkan saat
proses belajar anak. Salah satu aspek yang ingin dibahas kali ini adalah aspek
social-emosional anak yang berhubungan dengan permasalahan anak yang akan
penulis bahas pada makalah ini. Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal.
Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang
diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati,
hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empat,
ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru,
perilaku kelekatan.
Aktivitas
belajar adalah keterlibatan anak selama proses pembelajaran baik keterlibatan
secara fisik maupun fsikis. Keterlibatan siswa dalam proses belajar bertujuan
untuk mencapai perubahan tingkah laku pada diri anak. Dalam hal ini belajar dipahami
sebagai proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Ada
kasusu pada sebuah keluarga dimana terdapat seorang anak yang sulit untuk
memusatkan perhatiannya saat proses belajar dikelas. Anak ini memiliki rentang
fokus lebih singkat dari pada teman-temannya yang lain. Ia lebih senang berlari
kesana-kemari dan menlakukan banyak hal dengan rentang waktu yang singkat. Dia
juga selalu mencari keributan agar mendapat perhatian dari orang lain. Jika
diberi tahu anak ini selalu menolak. Ini adalah salah satu karakteristik anak
yang mengalami ADD/ADHD. Dr. Dwijo (dalam Zaviera, 2007: 26) mengingatkan bahwa
ADHD adalah satu-satunya gangguan perilaku yang paling mudah ditangani dan
diobati. Maka dari itu penanganan harus sedini mungkin, mengenai ADHD ini, di
Amerika serikat ada sekitar 2-10% populasi anak sekolah menderita ADHD,
sementara di Indonesia dalam populasi anak sekolah ada 2-4% anak yang menderita
ADHD.
Anak
ini berasal dari latar belakang orang tua yang sama-sama bekerja. Sehingga intensitas
waktu bagi si anak sangat berkurang. Ketika kedua orang tuanya bekerja anak
tersebut dititipkan kepada sang nenek. Nenek anak ini selalu membiarkan sang
anak untuk bermain sendirian dengan sedikit pengawasan. Anak sering dibiarkan
kesana-kemari namun tanpa adanya seorang teman sebaya yang bermain dengannya.
Sehingga anak ini merasa kesepian dan bosan dengan kesehariannya. Waktu bertemu
dengan kedua orang tuanya hanya saat malam hari. Hal ini yang membuat jarak
diantara anak dan orang tua sehingga bisa terjadi hal seperti itu.
Denga
demikian, penulis ingin mengangkat khasus tersebut dan mencoba mengatasi
kebiasaan anak tersebut untuk memusatkan perhatiannya dan menjadikan
keaktifannya menjadi lebih positif dalam proses pembelajarannya disekolah. Penulis
mencoba mengatasi permasalahan ADD/ADHD ini dengn menggunakan therapy
behavior.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang telah dikemukakan diatas, maka terdapat rumusan masalah yaitu : Bagaimana
cara menangani anak ADD/ADHD ?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara menangani anak yang
mengalami gangguan ADD/ADHD.
BAB II
DASAR
TEORI
A. Pengertian
ADD/ADHD
ADHD
adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu kondisi
yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan
perhatian) (Tanner, 2007). Gangguan ADD/ADHD menurut Barkley (1995) merupakan
kondisi yang sudah terlihat sejak masa balita, dan dapat dibedakan secara jelas
dengan anak-anak pada umumnya. Karena, pada anak ADD/ADHD, tampilan perilaku
tak terkendali berlangsung terus-menerus di segala situasi (persisten).
Sedangkan menurut DSM IV, ADHD adalah adanya pola yang menetap dari inattention
dan atau hyperactivity – impulsive pada seseorang,dapat diketahui sebelum
berusia 7 tahun, pola diatas bisa terjadi dalam berbagai situasi
seperti di rumah, sekolah atau situasi sosial lainnya.
Beberapa
bentuk perilaku yang muncul pada penyandang ADHD, mungkin pernah kita lihat
dalam kehidupan sehari-hari. Berikut contoh bentuk perilaku anak penyandang
ADHD di kelas :
1. Anak
tidak pernah bisa duduk di dalam kelas.
2. Anak
selalu bergerak.
3. Anak
melamun saja di kelas.
4. Anak
tidak dapat memusatkan perhatian pada proses belajar dan cenderung tidak
bertahan lama untuk menyelesaikan tugas.
5. Anak
yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke hal lain.
Taraf
kecerdasan anak ADHD pada umumnya bervariasi dari di bawah rata-rata maupun
lebih tinggi. Anak dengan ADHD cenderung memiliki skor rendah pada subtes WISC
dari peringkat terendah, yaitu object assembly, picture arrangement,
information, comprehension, digit span, dan block design. Subtes-subtes
tersebut mencerminkan berbagai keterbatasan yang dialami dalam hal visual
motor coordination, visual perception, organization, visual-spatial
relationship and field dependence, sequence ability, planning 10 ability,
effects of uncertainty, and social sensitivity. Dengan berbagai
keterbatasan tersebut anak dengan ADHD mengalami masalah perilaku sosial,
kognitif, akademik, dan emosional, serta mengalami hambatan dalam
mengaktualisasikan potensi kecerdasannya.(Ferdinand, 2007: 14)
B. Karakteristik
Anak ADD/ADHD
Menurut DSMIV T-R, terdapat
3 karakteristik utama gangguan ini, yakni:
1 Inattention (kesulitan
memusatkan perhatian)
Dimanifestasikan
dalam bidang akademik, mengerjakan tugas atau berbagai situasi sosial, dengan
gejala sebagai berikut :
a. Gagal
memusatkan perhatian pada hal-hal yang kecil
b. Sering
melakukan kekeliruan pada pekerjaan sekolah
c. Pekerjaan
di sekolah kotor dan tidak rapi, sembarangan
d. Tidak
berpikir panjang (tidak banyak pertimbangan)
2 Impulsivitas (kesulitan
menahan keinginan)
a. Tidak
sabar
b. Kesulitan
saat harus menunggu
c. Kesulitan
pada saat harus menunda respon
d. Seringkali
menyela atau menginterupsi
3 Hiperaktivitas (kesulitan
mengendalikan gerakan)
a. Kegelisahan
b. Gerakan-gerakan
saat duduk
c. Tidak
duduk kembali saat mengerjakan sesuatu
d. Berlari,naik-naik
dalam situasi yang tidak tepat
e. Suka
berpindah-pindah tempat
C. Ciri-ciri
anak ADD/ADHD
Berikut
adalah ciri-ciri dari anak yang megalami gangguan ADD/ADHD menurut buku Penanganan
Anak Berkelainan (2007).
1. Sulit
untuk memusatkan perhatian.
2. Perilaku
individu yang kurang mampu mengendalikan diri.
3. Berperilaku
sangat aktif atau hyperaktif.
4. Disorganisasi,
ketidakmampuan dalam mengatur berbagai hal seperti tugas-tugas sekolah serta
barang-barang yang dimilikinya (buku, mainan, dll)
5. Seringkali
salah dalam membaca tanda-tanda social dan secara implusif menampilkan perilaku
social yang tidak sesuai.
6. Berperilaku
agresif, terkadang menyerang orang lain jika tidak sesuai dengan keinginanya.
Perilaku ini dapat berupa tindakan fisik atau tindakan verbal.
7. Anak
ADD/ADHD sangat sensitif secara emosional dan neorologis terhadap kegagalan dan
kesulitan yang dialaminya. Meraka akan merasakan frustasi yang tinggi dalam
menghadapi kegagalan.
8. Perilaku
sering mencari sensasi.
9. Ketika
situasi dikelas mulai membosankan anak ADD/ADHD seringkali melamun sebagai
refleksi dari aktivitas otaknya.
10. Memiliki
koordinasi motorik yang tidak seimbang, sulit untuk melibatkan motorik halus.
11. Kesulitan
pada fungsi daya ingat jangka pendek. Penelitian Douglas (1983) menemukan bahwa
:
a. Menunjukkan
bahwa ADD kurang melakukan dengan baik tugas yang diberikan
b. Kegagalan
untuk memusatkan untuk mengingat stimulus yang masuk dan untuk konsentrasi pada
tugas yang berkaitan dengan gerak motorik.
c. Kegagalan
dalam mengontrol tugas-tugas untuk memanggil data yang telah disimpan
12. Memiliki
pola pikir yang obsesif. Berdasarkan penelitian diketahui sangat sedikit anak
hyperaktif ber IQ tinggi,penelitian Steward (1972) menyatakan IQ mereka
biasanya lebih rendah IQ performance dibandingkan IQ verbalnya.
D. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Anak ADD/ADHD
Penyebab
pasti ADHD belum diketahui secara pasti, namun para peneliti memusatkan objek
penelitiannya pada kinerja dan perkembangan otak. Selain itu, terdapat tiga
faktor yang dianggap mempengaruhi kondisi ADHD, yaitu:
1. Faktor
genetik/keturunan
Sebagian
besar penderita ADHD mendapatkan kondisi ini dari orang tuanya. ADHD memiliki
kecenderungan besar terjadi pada keluarga/keturunan.
2. Ketidakseimbangan
kimia
Para
ahli meyakini bahwa ketidakseimbangan kimiawi pada otak (neurotransmitter)
merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala ADHD.
3. Kinerja
otak
Pada
anak yang menderita ADHD, didapati bahwa area otak yang mengontrol perhatian
tampak tidak terlalu aktif, dibandingkan dengan anak-anak lainnya yang tidak
menderita ADHD.
Perilaku
anak ADHD sangat membingungkan dan sangat kontradiktif. Perilaku yang gegabah
(kurang terkontrol) dan tidak terorganisir adalah sumber utama bagi stress
anak, orang tua, saudara, guru dan teman di kelas. Biasanya, usaha keras dan
aturan yang lebih ketat tidak membantu karena sebagian besar anak ADHD sudah
berusaha berbuat secara keras. Mereka ingin melakukannya dengan baik, tapi
mereka selalu terhambat oleh kontrol diri yang lemah. Hasilnya, mereka merasa
sakit, bingung, dan sedih karena tidak dapat berkonsentrasi. Mereka menjadi
sering mengompol, membuang barang-barang, atau bahkan memukul karena gagal
menyelesaikan pekerjaan dan aktifitas di sekolah dan rumah. (Baihaqi dan
Sugiarmin, 2006: 3)
E. Penanganan
Anak ADD/ADHD Dengan Teori Behavior
Pada
anak dengan ADHD, system kerja otaknya berbeda. ADHD bukan disebabkan karena
kesulitan pada saat kehamilan atau melaihrkan. Pada dasarnya, otak penderita
ADHD tidak mempunyai kegiatan kimiawi yang cukup untuk mengatur dan
mengendalikan apa yang si penderita lakukan atau pikirkan. Pengobatan akan
menaikkan aktivitas otak dan memberikan tambahan ëenergi pada otak untuk
mengendalikan pikiran dan tingkah laku. Pada otak penderita ADHD kegiatan /
aktivitas otaknya lebih sedikit (warna merah/oranye/putih) dibandingkan dengan
otak anak yang tidak menderita ADHD.
Selain
terapi medis untuk mengontrol kondisi ADHD anak, ada juga pendekatan terapi non
medis yang dinamakan terapi perilaku (behavioral therapy) yang bertujuan untuk
mengubah pola-pola perilaku negatif menjadi perilaku positif. Prinsipnya adalah
menyusun ekspektasi yang jelas pada perilaku anak. Memuji dan memberikan
penghargaan untuk perilaku positif dan menghalangi perilaku negatif. Semua
program terapi perilaku perlu menyertakan 4 prinsip ini:
1. Perkuat
perilaku baik dengan sistem imbalan / reward.
2. Acuhkan
perilaku kurang baik yang ringan.
3. Cabut
hak istimewa jika perilaku negatif menjadi terlalu serius untuk diacuhkan.
4. Hilangkan
pemicu dari perilaku buruk.
Anak
dengan ADHD mungkin menunjukkan reaksi berlebihan terhadap situasi tertentu.
Anak mungkin juga menunjukkan perilaku lebih agresif dibandingkan dengan
teman-temannya. Pada kasus ini, terapi perilaku membantu anak untuk lebih bisa
mengontrol perilaku dan mengendalikan tindakan mereka. Diharapkan anak mampu
mengendalikan reaksi berlebihan, kemarahan, serta menjadikannya lebih tenang.
Terapi perilaku menyasar perubahan cara berpikir serta perilaku anak.
Perinsip
dasar dalam menangani anak yang mengalami gangguan ADD/ADHD dalam proses
belajar-mengajar. Pfiffner dan Brakley (1998) :
1. Aturan
dan instruksi hendaknya disampaikan secara jelas, tegas, dan disajikan dalam
bebagai bentuk, tidak hanya secara lisan tetapi juga visual (tulisan/gambar).
2. Konsekuensi
perilaku (positif/negatif) langsung diberikan, tidak ditunda-tunda.
3. Konsekuensi
harus dikenakan lebih sering, dibandingkan dengan anak lainnya.
4. Bentuk
konsekuensi sebaiknya lebih tegasatau lebih luwes penerapannya dibanding dengan
anak lain.
5. Insentif
yang sesuai dan beragam harus disiapkan.
6. Bentuk
enguatan atau penghargaan harus diubah dan diberikan secara bergiliran.
7. Kunci
utamanya adalah antisipasi. Guru harus siap dengan berbagai rencana, terutama
selama masa jeda di sela kegiatan atau perpindahan jam pelajaran untuk
menyakinkan bahwa anak memahami perubahan aturan (dan konsekuensi) yang akan
terjadi.
Ada tiga elemen penting
yang menentukan keberhasilan manajemen perilaku:
1. Biarkan
anak memahami apa yang diharapkan dari dirinya. Antara anak dan orang dewasa
perlu bertukar pemahaman mengenai perilaku-perilaku seperti apa yang bisa
diterima, dan apa saja konsekuensi yang ditimbulkan dari masing-masing perilaku
tersebut.
2. Pastikan
bahwa setiap penguatan atau pemghargaan memiliki arti. Ini berarti bahwa
penghargaan haruslah berupa sesuatu yang benar-benar diinginkan anak dan
merupakan hal yang ia lakukan. Demikian juga, karena anak penderita ADHD
memiliki kemampuan durasi konsentrasi yang terbatas, penghargaan yang diberikan
kepadanya harusnya dilakukan sedikit demi sedikit tetapi dengan tingkat
frekuensi atau keseringan yang tinggi. Jangan berikan penghargaan secara
sekaligus dan sekali tempo. Menjanjikannya membelikan sepeda pada akhir kelas
apabila nilai rapor sekolahnya bagus tidak akan efektif bila dibandingkan
dengan menewarkan hadiah-hadiah kecil setiap hari untuk mendorongnya
berperilaku seperti yang kita ingingkan.
3. Buatlah
kesepakatan dengan pasangan anda. Modifikasi perilaku tidak akan bisa dilakukan
apabila anda melakukannya seminggu sekali. Ia tidak akan pernah bisa berhasil
apabila salah satu orang tua menerapkan pemberian penghargaan sementara orang
tua yang salah satunya lagi tidak melakukannya. Penguatan haruslah konsisten,
sehingga dengan demikian anak akan selalu memahami dimana ia sedang berada.
James Le Fanu (2008)
BAB
III
PEMBAHASAN
B. Analisis
Identitas Anak
Nama
: M.
Rayyan Faeza
Nama
Panggilan : Rayyan
Jenis
Kelamin :
Laki-laki
Tempat,
tanggal lahir : Samarinda, 2 Oktober 2009
Agama
:
Islam
Tinggal
bersama : Orang tua/Wali
Posisi
Anak : Anak Tunggal
Asal
Sekolah : TK/KB Anyelir
Kondisi Fisik dan Kesehatan
Berat
Badan :
21 Kg
Tinggi
Badan :
118 Cm
Kondisi
fisik :
utuh/cacat
Kebiasaan Anak
Tidak
bisa fokus saat proses belajar atau bermain, suka memukul teman yang lain saat
dia merasa kesal, suka pilih-pilih teman (Rayyan hanya mau berteman dengan
anak-anak yang bisa mengikuti semua keinginanya), Rayyan diberi label/julukan
“Bola Bakel” oleh Guru-guru di sekolahnya karena badannya yang gemuk dab
tingkahnya yang selalu kemana-mana tidak bisa diam. Jika mengerjakan sesuatu
tidak pernah sampai tuntas lalu mencarai permainan yang lain. Rayyan hanya bisa
patuh oleh seorang guru saja yaitu wali kelas Rayyan.
C. Sintesis
Berdasarkan
profil yang diatas dapat disimpulkan bahwa Rayyan berada dilingkungan keluarga
yang memiliki kesibukan yang tinggi. Waktu bertemu dengan orang tuanya hanya
saat malam hari. Dan ketika kedua orangtunya sibuk bekerja Rayyan diasuh oleh
kakeknya. Hal tersebut yang membuat intensitas kebersamaan Rayyan dan kedua
orang tuanya sanggat singkat bahkan kurang. Sebelum diasuh oleh kakeknya Rayyan
dititipkan di tempat penitipan anak. Pola asuh ditempat tersebut dan dirumah
sangat jauh berbeda. Krtika disekolah yang sekarang yaitu TK Anyelir, rayyan
hanya patuh kepada satu orang guru saja. Hai ini dikarenakan guru-guru yang
lain sering memarahi Rayyan dan memberikan hukuman seperti cubitan atau meremas
jari-jari tangan Rayyan ketia ia bersikap ADD. Kepada guru inilah Rayyan biasa
mengungkapkan perasaan yang sedang dialaminya. Terkadang Rayyan mengakui
kesalahannya namun ia tetap saja melakukan hal yang sama. Dari
melihat kebiasaan-kebiasaan Rayyan di sekolah dapat diambil kesimpulan
sementara jika Rayyan menunjukkan perilaku gangguan ADD/ADHD.
D. Diagnosis
Dengan
melihat hasil analisis dan profil anak bisa diambil kesimpulan penyebab utama
perilaku buruk Rayyan adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua, kakek,
dan tempat ia dititipkan dulu. Dengan kedua orang tua yang sibuk bekerja
sehingga waktu kebersamaan Rayyan dan kedua orang tuanya sangat berkurang, hal
ini dapat menyebabkan Rayyan kuarang mendapatkan perhatian dan kasih sayang
kedua orang tuanya. Telepati anatara ibu dan anak pun tidak terjalin dengan
baik sehingga ibu Rayyan tidak begitu paham dengan apa yang diinginkan oleh
anaknya. Pola asuh kedua orang tua Rayyan ini adalah pola asuh permisif.
Adanya
pola asuh yang berbeda saat Rayyan berada di TPA dan saat ia berada dirumah
kakeknya juga memberikan dampak negatif bagi pola tingkah laku Rayyan. Di TPA
Rayyan mendapat kesempatan untuk bermain bersama teman-temannya sebayanya namun
ketika diasuh kakeknya, Rayyan tidak diperbolehkan untuk bermain diluar rumah
bersama teman-teman sebayanya dikarenakan sang kakek khawatir jika Rayyan
terpengaruh dengan perilaku anak-anak yang lain yang dianggapnya negatif. Pola
asuh seperti ini termasuk dalam pola asuh Appeasers. Rayyan juga sering
mendapatkan ancaman dari pengasuhnya ketika di TPA saat ia melakukan kesalahan.
Hal inilah yang membuat Rayyan takut untuk pergi ke TPA dan akhirnya diasuh
oleh sang kakek.
Kesepian
dan ketidak puasan Rayyan inilah yang memicu sikap hyperaktif di sekolahnya, ia
ingin selalu mencari perhatian agar orang disekelilingnya dapat
memperhatikannya lebih dari anak-anak yang lain.
E. Pragnosis
Langkah
awal yang dapat dilakukan untuk mengurangi sikap hyperaktif Rayyan adalah diawali
dengan pendekatan yang dilakukan oleh orang tua Rayyan. Orang tua Rayyan
diharapkan dapat lebih memperhatikan Rayyan ketika dirumah dan memberi waktu
untuk bersama Rayyan lebih lama. Menyamakan pola asuh antara orang tua dan
pengasuh Rayyan dapat mengurangi perilaku hyperaktif. Lalu langkah awal yang
dapat dilakukan disekolah adalah dengan mendekati Rayyen dan berusaha
membuatnya nyaman berada didekat kita dengan demikian kita dapat memahami apa
yang sebenarnya terjadi pada Rayyan.
F. Treatment/Penanganan
Pada kasusus yang dialami
Rayyan, penulis mencoba memberikan treatmen/penanganan menggunakan terapi
perilaku ini untuk mengurangi masalah Rayyan, Pada awalnya sanggat sulit untuk
mendekati Rayyan, karena dia salah satu anak yang suka memilih-milih teman,
hanya teman-teman yang bisa mengikuti perintahnya saja yang mau ia dekati.
Namun dengan mencoba berinteraksi dan mengikuti Rayyan bermain, sedikit-demi
sedikit Rayyan bisa terbuka kepada penulis. Hal pertama yang penulis lakukan
adalah memberikan rayyan kasih saying seerti yang ia butuhkan, dan menghadapi
rayyan dengan kesabaran bukan dengan selalu melarang apa yang dia lakukan dan
menghkumnya saat ia melakukan kesalahan seperti yang dilakukan oleh guru-guru
disekolahnya. Ada beberapa strategi yang dapat membantu menumbuhkan perilaku
baik pada Rayyan jika
dijalankan secara konsisten dan kesabaran tingkat tinggi :
1. Puji
perilaku baik Rayyan (bisa
berupa pujian, pelukan, senyuman dll).
2. Jangan balik menyerang anak (memarahi atau
memberikan hukuman fisik) saat Rayyan melakukan kesalahan karea itu bisa
menambah buruk perilakunya.
3. Gunakan
perintah, petunjuk, penjelasan singkat (misalnya: tolong duduk) dan bukan
bertanya (misalnya: kenapa kamu tidak duduk ?) dan secara spesifik (misalnya:
kamu perlu duduk tenang di kursi saat sedang belajar dikelas).
4. Gunakan hadiah sebagai bentuk kerja kerasnya
(misalnya, arahkan Rayyan untuk melakukan pekerjaannya dengan terus
mendampinginya, dan berikan arahan untuk menyelesaikan tugasnya dulu setelah
itu ia boleh main sepuasnya).
5. Tetapkan
aturan dasar, reward dan konsekuensi sebelum aktivitas (misalnya sebelum makan siang, arahkan Rayyan untuk
mengikuti arahan guru dengan pelan dan nada suara yang lembut agar tidak
terkesan memerintah, jelaskan reward dan konsekuensinya dan
terapkan keduanya dengan konsisten).
6. Ubah
perilaku negatif dengan cara membuat daftar pencapaian dan reward
(siapkan daftar singkat perilaku baik yg diharapkan dari anak dan
beri reward untuk setiap pencapaian, pastikan daftar tersebut realistis
misalnya 2 atau 3 perilaku saja dan perbaharui daftar setelah tujuan tercapai).
7. Menerapkan
disiplin yang efektif (saat Rayyan berperilaku negatif walaupun telah diingatkan
daripada marah dan memukul, lebih baik mengurangi hak istimewa yang disukai
anak atau gunakan metode timeout (untuk anak usia lebih kecil), minta anak
untuk duduk diam di 'pojok timeout' selama waktu tertentu, 1 menit per 1 tahun
usia anak), setelah konsekuensi selesai, ajak anak bicara baik-baik untuk jelaskan
kenapa dan apa harapan kita pada anak.
8. Biasakan
keteraturan dan kerapian (siapkan wadah berlabel untuk masing-masing barang,
ajari Rayyan untuk meletakkan
barang-barang sesuai labelnya dengan
metode bermain).
9. Mengurangi
distraksi (belajar di meja yang rapi/ tidak penuh dengan barang lain, bersih
dari mainan dan matikan TV/radio).
10. Batasi
pilihan (untuk mencegah kebingunan, batasi pilihan ke Rayyan menjadi dua saja, misalnya pilihan
makanan, pakaian, hadiah dll.)
11. Bantu
anak menemukan bakatnya (setiap Rayyan perlu mempunyai perasaan sukses untuk membangun
harga diri dan pengembangan keahlian sosialnya, temukan dan dukung setiap
pencapaian bakat Rayyan, baik
itu olah raga, seni, informasi teknologi dll). Dalam hal ini Rayyan sangat senang melukis dan berlari.
Dengan beberpa bimbingan konseling yang Penulis lakukan kepada
Rayyan selama kurang dari 1 bulan, Alhamdulillah Rayyan sedikit mau untuk
meperhatikan dan bermain dengan teman-temannya, perkembangan sosial rayyan sudah
mulai berkembang dengan baik. Namun ketika tidak ada penulis dan tidak ada yang
mebimbingnya, Rayyan kembali seperti itu saat gurunya memarahi Rayyan. Hal ini
meberikan suatu fakta bahwa, bimbingan ini tidak bisa diterapkan oleh 1 orang
saja namun juga semua orang yang berada disekeliling Rayyan juga harus turut
berperan dalam proses penanganan Rayyan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan
ADD/ADHD merupakan kondisi yang sudah terlihat sejak masa balita, dan dapat
dibedakan secara jelas dengan anak-anak pada umumnya. Karena, pada anak
ADD/ADHD, tampilan perilaku tak terkendali berlangsung terus-menerus di segala
situasi (persisten).
Karakteristik
utama gangguan ini, yakni: 1. Inattention (kesulitan
memusatkan perhatian) 2. Impulsivitas (kesulitan menahan
keinginan), 3. Hiperaktivitas (kesulitan mengendalikan
gerakan).
Terdapat
tiga faktor yang dianggap mempengaruhi kondisi ADHD, yaitu: 1. Faktor
genetik/keturunan, 2. Ketidakseimbangan kimia, 3. Kinerja otak.
Penanganan
anak ADD/ADHD dengan program terapi perilaku perlu didasari dengan 4 prinsip
yaitu Perkuat perilaku baik dengan sistem imbalan / reward, Acuhkan perilaku
kurang baik yang ringan, Cabut hak istimewa jika perilaku negatif menjadi
terlalu serius untuk diacuhkan, Hilangkan pemicu dari perilaku buruk
B. Saran
- Orang
tua sebaiknya tidak hanya konsentrasi dalam pekerjaannya tapi juga tetap
memperhatikan kesehatan dan permasalahan yang dihadapi oleh anak.
- Orang
tua sebaiknya lebih meningkatkan intensitas waktu berada didekat anak dari pada
pekerjaan karena hal ini data mempererat hubungan keakraban dengan anak.
- Pola
asuh sebaiknya disamakan antara dirumah dan diluar rumah (sekolah) agar
mengurangi tingkat stress dan perilaku buruk anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Taylor,
John F.1997. Helping Your Hyperactive/ADD Child. Prima Publishing.
California.
Nuryanti,
Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta : Indeks
Corey,
Gerald. 1991. Theory and Practice of Counseling and Psychotheray, 5th Ed.
Brooks/Cole Publishing Company.
Corey,
Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
PT Refika Aditama.
Hough,
Margareth. Counseling Skills and Theory. 1998. London : Holder
& Stoughton.
Lampiran 1 :
Data Perkembangan Rayyan
Nama Siswa : Rayyan
Kelompok : Anyelir
Merah Tahun
Pelajaran : 2013/2014
I.
Informasi
Perkembangan:
No
|
Aspek Perkembangan dan Pencapaiannya
|
1.
|
Moral dan nilai-nilai agama
· Sudah dapat mengikuti bacaan doa
sebelum belajar dan sesudah melakukan kegiatan serta menirukan sikap berdoa.
· Sudah dapat menunjukkan rasa sayang
dan cinta kasih kepada ciptaan Tuhan.
· Sudah dapat menirukan ucapan yang
baik.
· Sudah dapat mengenal kata-kata santun
( maaf, tolong).
· Sudah dapat menghargai teman dan
tidak memaksakan kehendak.
|
2.
|
Fisik/Motorik
· Sudah dapat berdiri dengan satu kaki
bergantian sebentar dan melompat dengan satu kaki.
· Sudah dapat melipat kertas sederhana,
meskipun belum rapi dan kadang masih dibantu / bimbingan.
· Sudah dapat mengelompokkan
benda-benda yang tidak serupa.
· Sudah dapat mengikuti
gerakan senam sederhana.
· Sudah dapat menggambar
bentuk secara sederhana (seperti garis dan coretan).
· Sudah dapat membuat
garis mendatar, tegak lurus dan lingkaran, walau terkadang masih dibantu/
bimbingan.
|
3.
|
Bahasa
· Sudah dapat menjawab pertanyaan :
”siapa”, ”mengapa”, ”dimana”, dan bertanya seperti pertanyaan : ”kapan”,
”bagaimana”.
· Sudah dapat mengerti dan melaksanakan
dua perintah sederhana.
· Sudah dapat mengenali, menirukan dan
mengetahui suara-suara benda dan binatang.
· Sudah dapat menyebutkan hingga 10
gambar yang dikenalnya.
.
|
4.
|
Kognitif
· Sudah dapat mengenal fungsi benda
yang benar.
· Sudah dapat
mengelmpokkan benda berdasarkan bentuk, warna, ukuran dan fungsi secara
sederhana.
· Sudah dapat menunjukkan
6 warna yang disebutkan.
· Sudah dapat mencocokkan
dua bentuk (seperti lingkaran dan bujur sangkar).
· Sudah dapat memahami
konsep banyak/sedikit, kecil/besar, penuh/kosong.
· Sudah dapat
mengklasifikasikan sekitar 4 macam benda, walau terkadang masih dibantu /
bimbingan.
|
5.
|
Sosial-emosi
· Sudah mulai bisa menunggu giliran.
· Sudah dapat bermain bersama, tetapi
dengan pengawasan orang dewasa.
· Sudah dapat mengikuti aktifitas
sekitar 20 menit.
· Sudah dapat menunjukkan ekspresi
wajah sedih, senang dan takut.
· Sudah dapat berkonsentrasi
mendengarkan cerita 3 – 4 menit.
|
6.
|
Keterampilan Hidup
· Sudah dapat menyimpan
alat – alat sekolah yang sudah disediakan.
· Sudah dapat makan
sendiri dan membereskan peralatan makan, walau terkadang masih dibantu orang
tua.
· Sudah dapat memakai
sepatu sendiri.
|
7.
|
Tahap Main
Main Balok
· Sudah pada tahap 8;
menggunakan balok untuk membangun 3 dimensi yang padat.
Menggambar
· Sudah pada tahap 2;
coretan terarah, tanda-tanda tertentu (seperti garis-garis atau titik-titik)
diulang-ulang, biasanya berbentuk lonjong, tanda-tanda itu belum berhubungan.
Meronce
· Sudah pada tahap 3;
merangkai terus menerus
Menulis
· Sudah pada tahap 2;
coretan terarah, tanda-tanda tertentu (seperti garis-garis atau titik-titik).
Main Peran
· Sudah pada tahap 4; “sosial berdampingan”
bermain dekat dengan anak lainnya, anak terlibat dalam permainannya sendiri
tetapi senang dengan kehadiran anak lainnya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar