welcome to my blog

welcome to my blog

Sabtu, 21 Desember 2013

LANDASAN PENDIDIKAN : Manajemen Kelas

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa (2006:3) ”Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang yang professional. Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok yang produktif. Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan bagi, professional, dan harus terus-menerus.
Djamaroh (2006:173) menyebutkan ” Masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang sering didiskusikan oleh penulis professional dan pengajar adalah juga pengelolaan kelas”. Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi pengajar adalah pengelolaan kelas, sedangkan tidak ada satu pendekatan yang dikatakan paling baik. Sebagian besar guru kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan. Masalah pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran dan masalah pengelolaan harus diatasi dengan cara pengelolaan. Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.
B.   Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan manajemen kelas?
2.      Apakah tujuan, aspek, fungsi dan masalah dari manajemen kelas?
3.      Bagaimanakah prinsip-prinsip dalam manajemen kelas?
4.      Bagaimanakah bentuk pendekatan dalam manajemen kelas?
5.      Bagaimanakah pengaruh manajemen kelas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas?
C.   Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk menjelaskan pengertian manajemen kelas.
2.      Untuk menjelaskan tujuan dari manajemen kelas.
3.      ntuk mendeskripsikan prinsisp-prinsip dalam manajemen kelas.
4.      Untuk mendeskripsikan bentuk pendekatan dalam manajemen kelas.
5.      Untuk mendeskripsikan pengaruh manajemen kelas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
D.   Manfaat Penulisan
Sebagai motivasi untuk meningkatkan ketrampilan dalam memilih strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang tentunya berpengaruh pada hasil belajar siswa. Menjadi masukan untuk menerapkan manajemen kelas yang baik. Dan Perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan potensi belajar siswa yang akhirnya berpengaruh pada kualitas lulusan sekolah.



BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen dari kata “ Management “. Diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Maksud manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif. Terdapat beberapa defenisi tentang manajemen kelas berikut ini :
1.      Berdasarkan Konsepsi Lama Dan Modern
Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi yang menggunakan alat yang tetap terhadap problem dan situasi manajemen kelas (Lois V. Jhonson dan Mary Bany, 1970)
2.      Berdasarkan Pandangan Pendekatan Operasional Tertentu ( Disarikan dari Wilford A. Weber 1986 ).
a.       Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin (Pendekatan Otoriter).
b.      Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi (Pendekatan Intimidasi).
c.       Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (Pendekatan Permisif).
d.      Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan (Pendekatan Masak).
e.       Seperangkat kegiataan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (Pendekatan Instruksional).
f.       Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku).
g.      Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersional yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (Pendekatan Penciptaan Iklim Sosioemosional).
h.      Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Pendekatan Sistem Sosial)
B.   Aspek, Tujuan, dan Fungsi Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiaknosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajenen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif ( Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, 1970 ).
Manajemen kelas yang dilakukan guru memiliki beberapa tujuan antara lain:
1.      Agar proses belajar mengajar dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas mendorong terciptanya proses belajar mengajar yang kondusif, menyenangkan, mengaktifkan (fisik, emosi, dan mental) murid, langsung, bermakna, sehingga murid bukan sekedar menerima dan menghafal materi, tetapi lebih penting dari pada itu terbentuknya sikap ilmiah.
2.      Untuk memberi kemudahan (fasilitasi)
3.      Upaya memantau kemajuan peserta didik dalam proses pembelajarannya.
4.      Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk perbaikan pembelajaran pada masa yang akan datang.
Manajenen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajenen kelas berfungsi : Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti (membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas). Memelihara agar tugas – tugas itu dapat berjalan lancar.
C.   Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas
Pendekatan pembelajaran pada anak TK dan RA hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.       Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Anak TK adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis yang meliputi intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.
2.       Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak-anak usia Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal. Untuk itu dalam memberikan pendidikan pada anak usia Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga ia tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Selain menyenangkan, metode, materi dan media yang digunakan harus menarik perhatian serta mudah diikuti sehingga anak akan termotivasi untuk belajar.
Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya.
3.       Kreatif dan Inovatif
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicR43xzLBGHTPNSjgsjpzK7K9yoF97LhzQR230myf_sia2w_jQQIRpiwlRpz5FTNl5VJ2qjUZaU0XsQxMeaQVxxczpVM01UCnVwszDXpxSRs_CXeFDnIHJztEzi7Snvq_rJ7Wor0P0tsd0/s1600/block1.jpg
Proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya juga dilakukan secara dinamis. Artinya anak tidak hanya dijadikan sebagai objek, tetapi juga dijadikan subyek dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak dirancang untuk membentuk perilaku dan mengembangkan kemampuan dasar yang ada dalam diri anak usia Taman Kanak-kanak, tetapi dalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangannya.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak, seorang guru harus memahami dan menguasai metode pembelajaran yang digunakan. Dengan menguasai metode pembelajaran ini, diharapkan tujuan pendidikan yang di antaranya untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai- nilai agama dapat tercapai secara optimal. Beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak TK menurut Moeslichatoen (1999) adalah :
a.       Metode bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Sudono, 2000:1). Menurut Sally (2008:17) bermain berarti anak itu sedang melakukan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya. Sedangkan menurut Hildebrand (1986:54), bermain berarti berlatih, mengeksploitasi, merekayasa, mengulang latihan apapun yang dapat dilakukan untuk menstransformasi secara imajinatif hal-hal yang sama dengan dunia orang dewasa. Berdasarkan definisi bermain di atas, bermain merupakan suatu sarana bagi anak untuk berlatih, mengeksploitasi dan merekayasa yang dilakukan secara berulang-ulang dengan menggunakan atau tanpa menggunakan alat untuk memperoleh informasi, kesenangan dan mengembangkan daya imajinasinya. Dengan demikian, aktivitas bermain tidak sama dengan aktivitas lain seperti belajar. Walaupun sebenarnya dengan bermain, anak juga telah melakukan aktivitas belajar. Ada beberapa ciri yang membedakan bermain dengan aktivitas lainnya yaitu: Aktivitas bermain dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak. Aktivitas bermain dapat dilakukan secara spontan dan sukarela tanpa adanya unsur paksaan karena anak yang menciptakan permainanya sendiri. Kegiatan bermain berdasarkan jenisnya terdiri dari bermain aktif dan bermain pasif. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (dalam Tedjasaputra, 2001:58) yang mengemukakan ada dua penggolongan utama kegiatan bermain yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Kegiatan bermain aktif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri. Kegiatan ini meliputi bermain bebas dan spontan, bermain konstruktif, bermain khayal atau bermainperan, mengumpulkan benda-benda, melakukan penjelajahan, permainan dan olahraga, musik dan melamun. Sedangkan bermain pasif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang tidak terlalu banyak melibatkan aktivitas fisik. Misalnya membaca, melihat komik, menonton film, mendengarkan radio dan mendengarkan musik. Bermain tidak hanya menyenangkan bagi anak, tetapi juga mempunyai manfaat yang sangat besar bagi perkembangannya. Salah satunya adalah memperoleh pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak. Menurut Noviyanti ada beberapa manfaat bermain di antaranya adalah mengembangkan daya khayal anak. Dengan berkhayal, penghayatan anak ketika bermain akan menjadi lebih bermakna. Contoh ketika anak sedang bermain dengan timbangan buatan, ia akan membayangkan sedang melakukan kegiatan menimbang seperti yang dilakukan oleh para pedagang di toko atau di pasar. Selain itu, dengan bermain secara tidak langsung anak telah mengembangkan kreativitas. Saat bermain anak seringkali menemukan pengalaman atau hal-hal baru. Hal-hal baru itu kemudian akan diaplikasikan di luar dunia bermainnya. Misal anak akan tahu bagaimana cara mengukur setelah bermain dengan menggunakan penggaris buatan. Melalui kegiatan ini, anak juga dapat memuaskan rasa ingin tahunya terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Bermain bagi siswa Taman Kanak-kanak merupakan kegiatan yang bermanfaat dalam perkembangan berbagai aspek yang menyangkut tiga ranah yaitu kognitif, afektif(sosio-emosional) dan psikomotorik (fisik-motorik). Ranah kognitif pada dasarnya berkaitan dengan kemampuan berpikir dan cara individu memperoleh informasi dari lingkungan (Rosdianawati, 2006:12). Dalam Kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal bidang pengembangan kemampuan dasar kognitif bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang dalam pengembangannya diwujudkan dalam kebiasaan berpikir. Di sini anak diajak untuk mengenal dan belajar mengenai obyek-obyek tertentu yang ada di sekitarnya sehingga anak dapat memahami konsep sederhana dan menemukan berbagai macam alternatif untuk memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Ranah afektif dalam Taksonomi Bloom berisi tentang perilaku- perilaku yang menekankan pada aspek perasaan dan emosi seperti minat, sikap dan cara penyesuaian diri. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan yang mencakup pemberian pengalaman belajar dan praktik yaitu kecenderungan untuk meniru atau berperilaku.
b.      Metode Karyawisata
Metode ini dilakukan dengan mengajak siswa mengunjungi suatu objek secara langsung untuk memberikan pengalaman belajar yang tidak diperolehnya di dalam kelas. Kunjungan ini bisa ke sekitar sekolah, pasar, bank, museum, kebun binatang, pantai dan sebagainya. Melalui kegiatan ini, anak dapat melihat, mengenal dan mengamati secara langsung objek-objek yang dikunjungi. Selain itu, dengan berkaryawisata anak Taman Kanak-kanak memperoleh kesempatan untuk menumbuhkan minat tentang sesuatu hal, meningkatkan perbendaharaan kata, menambah pengetahuan dan memperluas wawasannya. Contoh siswa diajak pergi ke kebun binatang untuk mengenal dan mengamati berbagai macam binatang yang ada di situ.
c.       Metode Bercakap-cakap
Bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk berkomunikasi dengan orang lain. Dari pengertian tersebut, maka metode bercakap-cakap dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan pelajaran yang diajarkan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa. Metode ini bermanfaat untuk meningkatkan keberanian anak dalam menyatakan perasaan, keinginan, kebutuhan secara lisan dan juga memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai tema yang telah diajarkan guru. Selain itu, dengan bercakap-cakap anak dapat menjalin hubungan sosial yang menyenangkan dengan anak lain atau guru. Contoh siswa diajak melakukan tanya jawab mengenai kegiatan yang dilakukan oleh tukang kayu sebelum membuat meja dan kursi atau kegiatan yang dilakukan oleh pedagang beras yang berjualan di pasar.
d.      Metode Bercerita
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH9KzYfJX7FEdUkmDJzcm8K4dR-sOvTR_6JbxatheNSQCTUZo9IycJGECeF0I3a_ZZJdA4mkWL44TM1PhdbD20ODWmxSWWMCO9YBbhWz6cEj_h_Ra9kVyUuWY32hYIFiLOZnqVM2w1e8Ir/s1600/boys3.jpg
Metode bercerita merupakan salah satu bentuk pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak dengan membawakan cerita secara lisan baik dengan membaca langsung dari buku maupun dengan menggunakan ilustrasi gambar. Melalui metode bercerita, anak dilatih untuk menjadi pendengar yang kritis dan kreatif. Pendengar yang kritis mampu menemukan kesesuaian antara yang telah didengar dengan yang telah dipahami. Sedangkan pendengar yang kreatif mampu menemukan pemikiran-pemikiran baru dari apa yang telah didengarnya. Manfaat lain yang dapat dirasakan dari metode ini adalah dapat melatih konsentrasi dan daya tangkap serta membantu perkembangan imajinasi anak. Contoh guru bercerita mengenai Putri Kemuning dan sekelompok orang kerdil yang sedang mengukur panjang kayu untuk membuat meja, kursi dan tempat tidur.
e.       Metode Demonstrasi
Metode demontrasi merupakan suatu cara untuk menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu. Metode ini bermanfaat untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa kepada anak. Selain itu, juga dapat meningkatkan daya pikir anak Taman Kanak- kanak terutama dalam meningkatkan kemampuan mengenal, mengingat dan berpikir baik kritis maupun kreatif. Contoh guru memperagakan di depan siswa cara mengukur dengan menggunakan jengkal, langkah, pita, lidi, sedotan dan penggaris buatan.
f.       Metode Proyek
Metode proyek merupakan suatu cara pemberian pengalaman belajar dengan memberi anak permasalahan atau persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok. Manfaat dari metode ini adalah untuk meningkatkan keterampilan yang telah dimilikidan memberikan peluang bagi anak untuk mewujudkan daya kreativitasnya. Contoh siswa dihadapkan pada suatu masalah bagaimana cara mengukur panjang kayu dan alat apa saja yang harus dipersiapkan.
g.      Metode Pemberian tugas
Metode pemberian tugas merupakan suatu cara pemberian pengalaman belajar dengan memberikan tugas yang secara sengaja diberikan kepada anak Taman Kanak-kanak. Manfaat dari metode ini adalah untuk meningkatkan cara belajar yang lebih baik dan untuk memantapkan penguasaan perolehan hasil belajar. Contoh siswa diminta menghubungkan gambar benda dengan gambar alat yang sesuai untuk menimbang.
D.   Pendekatan-Pendekatan dalam Manajemen Kelas
Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual. Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179). Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
1.      Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
2.      Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3.      Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4.      Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5.      Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6.      Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
7.      Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
8.      Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
9.      Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
E.   Pola Tingkah Laku Guru dalam Pengelolaan Kelas
Sejak lahirnya pekerjaan mengajar, saat itu pulalah muncul istilah guru, meskipun tidak bersifat formal. Saat itupun telah dimulai upaya peningkatan hasil belajar peserta didik, baik secara sederhana sampai upaya peningkatan secara metodis. Berbagai komponen pembelajaran selalu memperoleh sorotan: guru, siswa, kurikulum, dan berbagai infra strukturnya. Memperhatikan peranan guru, berikut dapat diuraikan pola tingkah laku guru dalam pengelolaan kelas sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan (Satori, 2008: 78)Pertama, kualitas pembelajaran akan bervariasi sesuai variasi guru. Guru adalah manusia dan manusia adalah unik. Setiap manusia memiliki spesifikasi sendiri-sendiri. Dengan adanya keunikan tersebut lahirlah situasi pembelajaran sesuai ciptaan yang unik pula. Apabila dibeberapa bagian terdapat kesamaan, hal ini mungkin terlibatnya unsure lain yang ikut serta atau ersama-sama mencipta situasi pembelajaran secara utuh.
Kedua, kualitas pembelajaran tergantung waktu guru beraksi. Situasi pembelajaran tercipta oleh seorang guru akan berbeda dari waktu ke waktu. Seorang guru A mengajar ceria dipagi hari, akan tetapi berubah ketika mengajar di siang hari. Terkadang guru kaku dan keras, tetapi dilain waktu cukup toleran dan demokratis. Latar belakang psikologis sesaat sangat berpengarh terhadap aksi guru di dalam kelas. Latar belakang psikologis tersebut tergantung pada: hari, tanggal, jam, suasana, dan lain-lain.
Ketiga, kualitas pembelajaran bervariasi tergantung subjek didik. Seorang guru dari rumah berangkat dengan suasana hati yang gembira, sampai di kantor bertemu kepala sekolah dan rekan guru semakin menunjang rasa gembiranya, akan tetapi ketika sampai di kelas bertemu dengan kelompok siswa yang saat itu kurang bergairah, ramai, dan bertingkah laku masing-masing, keceriaan yang seharusnya menambah semangat guru dalam mengajar dapat berubah total karena kelompok siswa yang akan diajar kurang mendukung.
Keempat, kualitas pembelajaran tergantung kemampuan guru menguasai kurikulum. Kemampuan guru berbeda dalam menterjemahkan kurikulum tingkat kelas. Ada guru yang mengajar secara urut mengikuti kurikulum, ada yang mengikuti buku, ada yang membuat perencanaan, dan tidak jarang yang mengajar sesuai dorongan saat itu. Kondisi demikian jelas akan mempengaruhi kualitas pembelajaran.
Kelima, kualitas pembelajaran tergantung kemampuan guru memilih metode mengajar. Kemampuan guru menterjemahkan kurikulum, penguasaan substansi materi, akan menentukan pemilihan metode mengajar. Pemilihan metode juga dipengaruhi oleh faktor-faktor non teknis.



F.    BEBERAPA MASALAH MANAJEMEN KELAS/MASALAH PERI LAKU SISWA(MADE PIDARTA)
1.     Kurang kesatuan dengan adanya kelompok-kelompok,pertentangan jenis kelamin.
2.     Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misanya ribut, bercakap cakap, pergi ke sana kemari, dansebagainya.
3.     Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut bermusuhan, mengucilkan, merendahkan kelompok bodoh  dan sebagainya.
4.     Kelas mentolerir kekeliruan teman-temanya, menerima dan mendorong perilaku siswa yang keliru.
5.     Mudah bereksi negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu tamu,iklimyang berubah dansebagainya.
6.     Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga dengan alat kurang,kekurangan uang,dan sebagainya.
7.     Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah,seperti tugas tambahan,anggota kelas baru,situasi baru dan sebagainya




BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Manajemen kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas karena situasi dan kondisi kelas memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
B.   Saran
Di masa yang akan datang, diharapkan sistem manajemen kelas agar lebih ditingkatkan lagi. Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, oleh karena itu guru kelas diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam mengelola kelas agar suasana belajar yang menyenangkan, efektif dan efisien dapat terlaksana dengan baik.



DAFTAR PUSTAKA
*      Abdurrahman. (1994). Pengelolaan Pengajaran. Ujungpandang: Bintang Selatan.
*      Rachman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar