BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sumber
daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara
untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan
bangsa. Menurut Mulyasa (2006:3) ”Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang
harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi
terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni: (1) sarana
gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang yang
professional. Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan
peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas
guru malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan
mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran
yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat
dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Pengelolaan
kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas.
Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan
suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung
secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan, mengembangkan hubungan
guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok yang produktif. Di kelaslah
segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala
kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya.
Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan
segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan
hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di
kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan bagi,
professional, dan harus terus-menerus.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan manajemen kelas?
2. Apakah
tujuan, aspek, fungsi dan masalah dari manajemen kelas?
3. Bagaimanakah
prinsip-prinsip dalam manajemen kelas?
4. Bagaimanakah
bentuk pendekatan dalam manajemen kelas?
5. Bagaimanakah
pengaruh manajemen kelas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk
menjelaskan pengertian manajemen kelas.
2. Untuk
menjelaskan tujuan dari manajemen kelas.
3. ntuk
mendeskripsikan prinsisp-prinsip dalam manajemen kelas.
4. Untuk
mendeskripsikan bentuk pendekatan dalam manajemen kelas.
5. Untuk
mendeskripsikan pengaruh manajemen kelas dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas.
D.
Manfaat
Penulisan
Sebagai motivasi untuk meningkatkan
ketrampilan dalam memilih strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat
memperbaiki sistem pembelajaran yang tentunya berpengaruh pada hasil belajar
siswa. Menjadi masukan untuk menerapkan manajemen kelas yang baik. Dan Perbaikan
proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan potensi belajar siswa yang
akhirnya berpengaruh pada kualitas lulusan sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Manajemen Kelas
Manajemen
dari kata “ Management “. Diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, berarti
proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan
pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang
terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Maksud manajemen kelas adalah
mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa
dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif. Terdapat beberapa defenisi
tentang manajemen kelas berikut ini :
1. Berdasarkan
Konsepsi Lama Dan Modern
Menurut
konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan
ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi
yang menggunakan alat yang tetap terhadap problem dan situasi manajemen kelas
(Lois V. Jhonson dan Mary Bany, 1970)
2. Berdasarkan
Pandangan Pendekatan Operasional Tertentu ( Disarikan dari Wilford A. Weber
1986 ).
a. Seperangkat
kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas
melalui penggunaan disiplin (Pendekatan Otoriter).
b. Seperangkat
kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas
melalui intimidasi (Pendekatan Intimidasi).
c. Seperangkat
kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (Pendekatan Permisif).
d. Seperangkat
kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep
yang telah disajikan (Pendekatan Masak).
e. Seperangkat
kegiataan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan
pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (Pendekatan
Instruksional).
f. Seperangkat
kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan
dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (Pendekatan Pengubahan
Tingkah Laku).
g. Seperangkat
kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersional yang baik dan iklim
sosio-emosional kelas yang positif (Pendekatan Penciptaan Iklim Sosioemosional).
h. Seperangkat
kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang
efektif (Pendekatan Sistem Sosial)
B.
Aspek,
Tujuan, dan Fungsi Manajemen Kelas
Manajemen kelas
merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami,
mendiaknosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap
aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajenen kelas adalah sifat kelas,
pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif ( Lois
V.Johnson dan Mary A.Bany, 1970 ).
Manajemen kelas yang dilakukan guru
memiliki beberapa tujuan antara lain:
1. Agar proses
belajar mengajar dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan proses belajar
mengajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas mendorong
terciptanya proses belajar mengajar yang kondusif, menyenangkan, mengaktifkan
(fisik, emosi, dan mental) murid, langsung, bermakna, sehingga murid bukan
sekedar menerima dan menghafal materi, tetapi lebih penting dari pada itu
terbentuknya sikap ilmiah.
2. Untuk memberi
kemudahan (fasilitasi)
3. Upaya memantau
kemajuan peserta didik dalam proses pembelajarannya.
4. Untuk memberi
kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk perbaikan pembelajaran
pada masa yang akan datang.
Manajenen kelas selain memberi makna
penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajenen
kelas berfungsi :
Memberi
dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti (membantu kelompok
dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam
menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama
dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas). Memelihara agar tugas –
tugas itu dapat berjalan lancar.
C.
Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas
Pendekatan pembelajaran
pada anak TK dan RA hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Anak
TK adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai
optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun
perkembangan psikis yang meliputi intelektual, bahasa, motorik, dan sosio
emosional. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya
dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek
perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.
2. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain
merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak-anak
usia Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal. Untuk itu dalam memberikan
pendidikan pada anak usia Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal harus
dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga ia tidak merasa bosan dalam
mengikuti pelajaran. Selain menyenangkan, metode, materi dan media yang
digunakan harus menarik perhatian serta mudah diikuti sehingga anak akan
termotivasi untuk belajar.
Melalui
kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan
objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi,
mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk
menggambarkan dunianya.
3. Kreatif dan Inovatif
Proses
pembelajaran dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan
rasa ingin tahu, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal
baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya juga dilakukan secara dinamis. Artinya
anak tidak hanya dijadikan sebagai objek, tetapi juga dijadikan subyek dalam
proses pembelajaran. Kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak dirancang untuk
membentuk perilaku dan mengembangkan kemampuan dasar yang ada dalam diri anak
usia Taman Kanak-kanak, tetapi dalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan
tahap-tahap perkembangannya.
Dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak, seorang guru harus
memahami dan menguasai metode pembelajaran yang digunakan. Dengan menguasai
metode pembelajaran ini, diharapkan tujuan pendidikan yang di antaranya untuk
mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri,
disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai- nilai agama dapat tercapai secara
optimal. Beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak TK
menurut Moeslichatoen (1999) adalah :
a. Metode
bermain
Bermain adalah suatu
kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan
pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi pada anak (Sudono, 2000:1). Menurut Sally (2008:17) bermain berarti
anak itu sedang melakukan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya.
Sedangkan menurut Hildebrand (1986:54), bermain berarti berlatih,
mengeksploitasi, merekayasa, mengulang latihan apapun yang dapat dilakukan
untuk menstransformasi secara imajinatif hal-hal yang sama dengan dunia orang
dewasa. Berdasarkan definisi bermain di atas, bermain merupakan suatu sarana
bagi anak untuk berlatih, mengeksploitasi dan merekayasa yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan menggunakan atau tanpa menggunakan alat untuk memperoleh
informasi, kesenangan dan mengembangkan daya imajinasinya. Dengan demikian,
aktivitas bermain tidak sama dengan aktivitas lain seperti belajar. Walaupun
sebenarnya dengan bermain, anak juga telah melakukan aktivitas belajar. Ada beberapa
ciri yang membedakan bermain dengan aktivitas lainnya yaitu: Aktivitas bermain
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak. Aktivitas bermain dapat
dilakukan secara spontan dan sukarela tanpa adanya unsur paksaan karena anak
yang menciptakan permainanya sendiri. Kegiatan bermain berdasarkan jenisnya
terdiri dari bermain aktif dan bermain pasif. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hurlock (dalam Tedjasaputra, 2001:58) yang mengemukakan ada dua penggolongan
utama kegiatan bermain yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Kegiatan bermain
aktif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memberikan kesenangan dan
kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri. Kegiatan ini
meliputi bermain bebas dan spontan, bermain konstruktif, bermain khayal atau
bermainperan, mengumpulkan benda-benda, melakukan penjelajahan, permainan dan
olahraga, musik dan melamun. Sedangkan bermain pasif dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan yang tidak terlalu banyak melibatkan aktivitas fisik. Misalnya
membaca, melihat komik, menonton film, mendengarkan radio dan mendengarkan
musik. Bermain tidak hanya menyenangkan bagi anak, tetapi juga mempunyai
manfaat yang sangat besar bagi perkembangannya. Salah satunya adalah memperoleh
pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak. Menurut Noviyanti ada
beberapa manfaat bermain di antaranya adalah mengembangkan daya khayal anak.
Dengan berkhayal, penghayatan anak ketika bermain akan menjadi lebih bermakna.
Contoh ketika anak sedang bermain dengan timbangan buatan, ia akan membayangkan
sedang melakukan kegiatan menimbang seperti yang dilakukan oleh para pedagang
di toko atau di pasar. Selain itu, dengan bermain secara tidak langsung anak
telah mengembangkan kreativitas. Saat bermain anak seringkali menemukan
pengalaman atau hal-hal baru. Hal-hal baru itu kemudian akan diaplikasikan di
luar dunia bermainnya. Misal anak akan tahu bagaimana cara mengukur setelah
bermain dengan menggunakan penggaris buatan. Melalui kegiatan ini, anak juga
dapat memuaskan rasa ingin tahunya terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya.
Bermain bagi siswa Taman Kanak-kanak merupakan kegiatan yang bermanfaat dalam
perkembangan berbagai aspek yang menyangkut tiga ranah yaitu kognitif,
afektif(sosio-emosional) dan psikomotorik (fisik-motorik). Ranah kognitif pada
dasarnya berkaitan dengan kemampuan berpikir dan cara individu memperoleh
informasi dari lingkungan (Rosdianawati, 2006:12). Dalam Kurikulum 2004 Taman
Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal bidang pengembangan kemampuan dasar kognitif
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang dalam pengembangannya
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir. Di sini anak diajak untuk mengenal dan
belajar mengenai obyek-obyek tertentu yang ada di sekitarnya sehingga anak
dapat memahami konsep sederhana dan menemukan berbagai macam alternatif untuk
memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Ranah afektif dalam
Taksonomi Bloom berisi tentang perilaku- perilaku yang menekankan pada aspek
perasaan dan emosi seperti minat, sikap dan cara penyesuaian diri. Sedangkan
ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan yang mencakup pemberian
pengalaman belajar dan praktik yaitu kecenderungan untuk meniru atau
berperilaku.
b.
Metode Karyawisata
Metode ini dilakukan
dengan mengajak siswa mengunjungi suatu objek secara langsung untuk memberikan
pengalaman belajar yang tidak diperolehnya di dalam kelas. Kunjungan ini bisa
ke sekitar sekolah, pasar, bank, museum, kebun binatang, pantai dan sebagainya.
Melalui kegiatan ini, anak dapat melihat, mengenal dan mengamati secara
langsung objek-objek yang dikunjungi. Selain itu, dengan berkaryawisata anak
Taman Kanak-kanak memperoleh kesempatan untuk menumbuhkan minat tentang sesuatu
hal, meningkatkan perbendaharaan kata, menambah pengetahuan dan memperluas
wawasannya. Contoh siswa diajak pergi ke kebun binatang untuk mengenal dan
mengamati berbagai macam binatang yang ada di situ.
c.
Metode Bercakap-cakap
Bercakap-cakap
merupakan salah satu bentuk berkomunikasi dengan orang lain. Dari pengertian
tersebut, maka metode bercakap-cakap dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
menyampaikan pelajaran yang diajarkan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya
jawab antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa. Metode ini bermanfaat
untuk meningkatkan keberanian anak dalam menyatakan perasaan, keinginan,
kebutuhan secara lisan dan juga memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai
tema yang telah diajarkan guru. Selain itu, dengan bercakap-cakap anak dapat
menjalin hubungan sosial yang menyenangkan dengan anak lain atau guru. Contoh
siswa diajak melakukan tanya jawab mengenai kegiatan yang dilakukan oleh tukang
kayu sebelum membuat meja dan kursi atau kegiatan yang dilakukan oleh pedagang
beras yang berjualan di pasar.
d.
Metode Bercerita
Metode bercerita
merupakan salah satu bentuk pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman
Kanak-kanak dengan membawakan cerita secara lisan baik dengan membaca langsung
dari buku maupun dengan menggunakan ilustrasi gambar. Melalui metode bercerita,
anak dilatih untuk menjadi pendengar yang kritis dan kreatif. Pendengar yang
kritis mampu menemukan kesesuaian antara yang telah didengar dengan yang telah
dipahami. Sedangkan pendengar yang kreatif mampu menemukan pemikiran-pemikiran
baru dari apa yang telah didengarnya. Manfaat lain yang dapat dirasakan dari
metode ini adalah dapat melatih konsentrasi dan daya tangkap serta membantu
perkembangan imajinasi anak. Contoh guru bercerita mengenai Putri Kemuning dan
sekelompok orang kerdil yang sedang mengukur panjang kayu untuk membuat meja,
kursi dan tempat tidur.
e.
Metode Demonstrasi
Metode demontrasi
merupakan suatu cara untuk menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan
sesuatu. Metode ini bermanfaat untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan
suatu kejadian atau peristiwa kepada anak. Selain itu, juga dapat meningkatkan
daya pikir anak Taman Kanak- kanak terutama dalam meningkatkan kemampuan
mengenal, mengingat dan berpikir baik kritis maupun kreatif. Contoh guru
memperagakan di depan siswa cara mengukur dengan menggunakan jengkal, langkah,
pita, lidi, sedotan dan penggaris buatan.
f.
Metode Proyek
Metode proyek merupakan
suatu cara pemberian pengalaman belajar dengan memberi anak permasalahan atau
persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok. Manfaat dari
metode ini adalah untuk meningkatkan keterampilan yang telah dimilikidan
memberikan peluang bagi anak untuk mewujudkan daya kreativitasnya. Contoh siswa
dihadapkan pada suatu masalah bagaimana cara mengukur panjang kayu dan alat apa
saja yang harus dipersiapkan.
g.
Metode Pemberian tugas
Metode pemberian tugas
merupakan suatu cara pemberian pengalaman belajar dengan memberikan tugas yang
secara sengaja diberikan kepada anak Taman Kanak-kanak. Manfaat dari metode ini
adalah untuk meningkatkan cara belajar yang lebih baik dan untuk memantapkan
penguasaan perolehan hasil belajar. Contoh siswa diminta menghubungkan gambar
benda dengan gambar alat yang sesuai untuk menimbang.
D.
Pendekatan-Pendekatan dalam
Manajemen Kelas
Manajemen
kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai
faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak
lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun
secara individual. Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya
kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi
yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan
kelas.(Djamarah 2006:179). Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam
uraian berikut:
1.
Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan
kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk
mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati
anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
2.
Pendekatan Ancaman
Dari
pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai
suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol
tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya
melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3.
Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan
diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4.
Pendekatan Resep
Pendekatan
resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru
dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar
itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan
guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5.
Pendekatan Pengajaran
Pendekatan
ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan
memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan
tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku
anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6.
Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai
dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah
tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak
didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan
berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini
bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program
atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik,
harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat
akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya.
Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus
dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan
senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan
program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak
puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
7.
Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan
sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi
yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara
guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci
pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan
iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas.
Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan
sikap ngayomi atau sikap melindungi.
8.
Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam
pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama
kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru
untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok
yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar
tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat
mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi
masalah-masalah pengelolaan.
9.
Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan
elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn
inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut
berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu
situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus
mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis
disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha
menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar
berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas
pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan
penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun)
kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi
kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
E.
Pola Tingkah Laku Guru dalam Pengelolaan Kelas
Sejak lahirnya pekerjaan mengajar, saat itu pulalah
muncul istilah guru, meskipun tidak bersifat formal. Saat itupun telah dimulai
upaya peningkatan hasil belajar peserta didik, baik secara sederhana sampai
upaya peningkatan secara metodis. Berbagai komponen pembelajaran selalu
memperoleh sorotan: guru, siswa, kurikulum, dan berbagai infra strukturnya.
Memperhatikan peranan guru, berikut dapat diuraikan pola tingkah laku guru dalam pengelolaan kelas sebagai upaya
peningkatan mutu pendidikan (Satori, 2008: 78). Pertama,
kualitas pembelajaran akan bervariasi sesuai variasi guru. Guru adalah manusia
dan manusia adalah unik. Setiap manusia memiliki spesifikasi sendiri-sendiri.
Dengan adanya keunikan tersebut lahirlah situasi pembelajaran sesuai ciptaan
yang unik pula. Apabila dibeberapa bagian terdapat kesamaan, hal ini mungkin
terlibatnya unsure lain yang ikut serta atau ersama-sama mencipta situasi
pembelajaran secara utuh.
Kedua, kualitas pembelajaran tergantung
waktu guru beraksi. Situasi pembelajaran tercipta oleh seorang guru akan
berbeda dari waktu ke waktu. Seorang guru A mengajar ceria dipagi hari, akan
tetapi berubah ketika mengajar di siang hari. Terkadang guru kaku dan keras,
tetapi dilain waktu cukup toleran dan demokratis. Latar belakang psikologis
sesaat sangat berpengarh terhadap aksi guru di dalam kelas. Latar belakang
psikologis tersebut tergantung pada: hari, tanggal, jam, suasana, dan
lain-lain.
Ketiga, kualitas pembelajaran bervariasi
tergantung subjek didik. Seorang guru dari rumah berangkat dengan suasana hati
yang gembira, sampai di kantor bertemu kepala sekolah dan rekan guru semakin
menunjang rasa gembiranya, akan tetapi ketika sampai di kelas bertemu dengan
kelompok siswa yang saat itu kurang bergairah, ramai, dan bertingkah laku
masing-masing, keceriaan yang seharusnya menambah semangat guru dalam mengajar
dapat berubah total karena kelompok siswa yang akan diajar kurang mendukung.
Keempat, kualitas pembelajaran tergantung
kemampuan guru menguasai kurikulum. Kemampuan guru berbeda dalam menterjemahkan
kurikulum tingkat kelas. Ada guru yang mengajar secara urut mengikuti
kurikulum, ada yang mengikuti buku, ada yang membuat perencanaan, dan tidak
jarang yang mengajar sesuai dorongan saat itu. Kondisi demikian jelas akan
mempengaruhi kualitas pembelajaran.
Kelima, kualitas pembelajaran tergantung
kemampuan guru memilih metode mengajar. Kemampuan guru menterjemahkan
kurikulum, penguasaan substansi materi, akan menentukan pemilihan metode
mengajar. Pemilihan metode juga dipengaruhi oleh faktor-faktor non teknis.
F.
BEBERAPA MASALAH MANAJEMEN
KELAS/MASALAH PERI LAKU SISWA(MADE PIDARTA)
1.
Kurang kesatuan dengan adanya
kelompok-kelompok,pertentangan jenis kelamin.
2.
Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok,
misanya ribut, bercakap cakap, pergi ke sana kemari, dansebagainya.
3.
Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya
ribut bermusuhan, mengucilkan, merendahkan kelompok bodoh dan sebagainya.
4.
Kelas mentolerir kekeliruan teman-temanya, menerima
dan mendorong perilaku siswa yang keliru.
5.
Mudah bereksi negatif/terganggu, misalnya bila
didatangi monitor, tamu tamu,iklimyang berubah dansebagainya.
6.
Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam
lembaga dengan alat kurang,kekurangan uang,dan sebagainya.
7.
Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang
berubah,seperti tugas tambahan,anggota kelas baru,situasi baru dan sebagainya
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manajemen kelas dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran di kelas karena situasi dan kondisi kelas memungkinkan
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
B.
Saran
Di masa yang akan datang, diharapkan sistem
manajemen kelas agar lebih ditingkatkan lagi. Perkembangan pembelajaran di
dunia global semakin pesat, oleh karena itu guru kelas diwajibkan untuk
memiliki kompetensi khusus dalam mengelola kelas agar suasana belajar yang
menyenangkan, efektif dan efisien dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. (1994). Pengelolaan
Pengajaran. Ujungpandang: Bintang Selatan.
Rachman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar