BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Pengetahuan
tentang anak sudah lama dikenal. Pada zaman Romawi dan Yunani sudah ada para
ahli yang memperhatikan pendidikan anak walaupun pada saat itu anak belum dipandang sebagai bentuk manusia tersendiri.
Penelitian terhadap anak dan buku-buku mengenai perkembangan jiwa anak pada
zaman dahulu masih sangat minim bahkan belum ada. Namun kemudian studi sistematis tentang
perkembangan anak mengalami perkembangan yang cukup signifikan pada awal abad
ke-20. Penelitian-penelitian yang dilakukan pada zaman ini bersifat deskriptif
dan dititikberatkan pada ciri-ciri khas yang terdapat secara umum,
golongan-golongan umur, serta masa-masa perkembangan tertentu. Seperti
yang telah dipaparkan di atas bahwa perkembangan anak bersifat diskriptif
sesuai dengan golongan umurnya, namun ada kondisi dimana anak memerlukan
perhatian khusus. Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi SDM. Upaya peningkatan mutu
pendidikan menjadi bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik
aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab
sebagai warga masyarakat
bahkan untuk anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi memiliki fungsi untuk
memfasilitasi anak berkebutuhan khusus dalam ikut serta mengenyam pendidikan
berdasarkan UUD ’45 pasal 31 ayat 1 yang berisi “Tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran”. Tujuan dari pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan
khusus untuk mengoptimalkan kemampuan fisik, psikis, dan emosional dalam proses
pembelajaran agar kelak dapat ikut berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat
seperti anak normal lainnya.
Dilatarbelakangi pemaparan di atas, penyusun
pun melakukan sebuah observasi terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, dan
penyusun memfokuskan kepada anak penderita Down
Syndrome.
II.
Tujuan
Observasi
Tujuan dibuatnya laporan ini
selain sebagai tugas individu pada mata kuliah Dasar-dasar anak Berkemampuan
Khusus juga agar pembaca mengetahui tentang apa saja karakteristik anak Down Syndrome dan bagaimana proses belajar-mengajar
anak penderita Down Syndrome beserta
maslah-masalah yang muncul pada dirinya.
BAB
II
HASIL
PENGAMATAN
I.
Waktu
dan Tempat Pelaksanaan
A.
Waktu
Observasi
Observasi dilaksanakan
pada Rabu, 5 Desember 2012, Pukul 09.00 – 10.30 WITA.
B.
Tempat
Pelaksanaan Observasi
Observasi ini
dilakasanakan di Yayasan Pendidikan Luar Biasa (Ruhui Rahayu) SLB B&C di
jalan Pelita Samarinda.
II.
Metodelogi
pengamatan
Observasi ini dilakukan secara berkelompok yang
masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang mahasiswa. Setiap kelompok memasuki
kelas-kelas yang ada di SLB tersebut, dan kelompok saya berada di SLB C yang
berjumlah 9 orang setiap kelasnya yaitu tempat anak-anak penderita gangguan
Tunagrahita. Dalam Observasi ini dilakukan dua tahap metode wawancara yaitu
wawancara anak penderita Dwon Syndrome
dan wawancara wali kelas.
III. Profil Anak
Adapun profil anak penderita Down syndrome yang saya amati sebagai berikut :
Nama : Karisma
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tinggi badan : ± 120 cm
Jenis kelainan : Down syndrome
Kelas : kelas 4 SD
Alamat : Jalan Air
Hitam
Gambar 1.1 : Foto Karisma saat sedang
belajar di kelas
IV. Hasil Pengamatan
Tabel
1.1 Hasil Pengamatan Diri Karisma
Fisik
|
Seperti ciri-ciri anak Down Syndrome pada umumnya. Mata
Karisma sipit, hidungnya datar, lidahnya kecil, lehernya pendek, telapak
tangan segi 4 dan lebih senang mengenggam kedua tangannya.
|
Penglihatan
|
Karisma masih bisa melihat
tulisan-tulisan di apan tulis namun jika tulisan itu kecil dia mengalami
kesulitan untuk melihat. Pandangannya tidak fokus ke satu arah terlalu lama,
ia lebih sering melihat ke segala arah.
|
Pendengaran
|
Pendengaran Karisma masih berfungsi
dengan baik.
|
Intelektual
|
Karisma mengalami keterlambatan dalam
berpikir. Ia juga memiliki daya ingat yang kurang, sehingga guru Karisma
harus memberi pelajaran yang sama berulang-ulang. Saat berbicara dengan
Karisma harus dengan suara keras dan terkadang perlu diulang agar dia
memahami apa yang kita bicarakan. Namun Karisma bisa mengenal huruf dengan
baik, hanya saja tidak dapat mengeja kata-kata tanpa bantuan orang lain.
Belum terlihat bakat yang menonjol dari diri Karisma. Debil (IQ 50-69).
|
Bahasa
|
Tidak terlalu jelas dalam mengucapkan
kata-kata, seperti anak balita yang baru belajar berbicara. Karisma jarang
berbicara jika tidak di pancing.
|
Sosial Emosional
|
Baik, terkadang tidak stabil. Saat
bertemu dengan orang yang baru karisma lihat, ia sedikit pemalu saat di
dekati. Namun lama-lama ia mulai bisa terbiasa dengan orang tersebut dan mau
ketika diajak bermain bersama. Dia juga senang bermain bersama
teman-temannya.
|
Perilaku
|
Perilaku Karisma tidak terlihat
agresif atau pun nakal seperti anak pada umunya, dia terlihat pendiam dan
lebih sering bergerak daripada berbicara. Karisma hanya patuh dengan guru
yang dia suka saja, jika dengan orang tua, pengasuh, dan guru yang lain dia
tidak pernah mau patuh. Saat sang guru mengatakan “jangan” atau “kerjakan
tugasnya” Karisma pun patuh dan mengerjakan apa yang Ibu guru perintahkan.
Senang bermain air, ketika ia pergi ke wc dan bermain air, terkadang karisma
jadi lupa akan kelasnya dan terus bermain. Dan pada saat seperti itu hanya
guru yang dia sukalah yang bisa menghentikannya dan membawanya kembali ke
kelas. Karisma juga mengerti ketika sang guru sedang memarahinya sehingga dia
pun bisa diam dan tidak mengulangi kenakalannya itu.
|
Ada satu tingkah laku yang diluar dugaan
saya saat mengamati Karisma, saat saya dan teman-teman sedang asik berbicara
dengan guru Karisma, Karisma mengeluarkan mie goreng yang ia sembunyikan di
laci meja belajarnya dan memakannya diam-diam. Hal ini membuktikan bahwa
anak-anak penderita Down syndrome seperti
Karisma memang gemar mengemil. Karisma awalnya tidak bersekolah di SLB, awalnya
Ibu Karisma menyekolahkan ia di SD tempat Ibunya bekerja. Namun di sana Karisma
tidak bisa berkembang dengan baik, keadaannya malah bertambah parah dan menjadi
Temper Tantrum karena di sekolah
normal tidak ada yang bisa memahaminya. Karena masih menjadi murid baru pihak
sekolah belum mengetahui bakat apa yang menonjol dari diri Karisma.
BAB
III
PEMBAHASAN
I.
Pengertian
Anak Down Syndrome
Sindrom
down (bahasa Inggris: Down Syndrome)
merupakan kelainan kromosom yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi
klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan
pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh
Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan
yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang
Mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid. Pada tahun 1970an para ahli
dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak
tersebut dengan merujuk penemu pertama kali syndrome ini dengan istilah sindrom
down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama. Down
syndrome merupakan kelainan kromosom yakni terbentuknya kromosom 21 (trisomy
21), Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling
memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
II.
Karakteristik Anak Down Syndrome
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui beberapa karakteristik anak
penderita Down Syndrome. Penderita Down Syndrome memiliki
ciri-ciri bertubuh pendek (sekitar
120cm), wajah berbentuk bulat (anak dengan 1000 wajah, karena rata-rata anak
penderita Down Syndrome ini memiliki
wajah yang sama), kelopak mata atas mempunyai lipatan, mata sipit, bibir tebal,
hidung lebar dan datar, telinga kecil dan menjorok, telapak tangan lebar, jari
berukuran pendek dan gemuk, ujung jari-jari halus, gigi kecil dan jarang (pada
beberapa anak, giginya rusak), pada beberapa anak air liur sering menetes,
gemar mengemil, bicaranya tidak jelas (bahkan pada beberapa anak, tidak dapat
berbicara), mempunyai kelainan jantung, lemah mental, dan IQ rendah (anak-anak penderita Down
Syndrome yang bersekolah di tempat observasi dilakukan hanya
anak-anak imbisil (IQ 25-49) dan debil (IQ 50-69). Untuk anak idiot (IQ 24),
pihak sekolah tidak menerima).
III. Penyebab Gangguan Down Syndrome
Anak
dengan Sindrom Down mempunyai jumlah
kromosom 21 yang berlebih ( 3 kromosom ) di dalam tubuhnya yang kemudian
disebut trisomi 21. Adanya kelebihan kromosom menyebabkan perubahan dalam
proses normal yang mengatur embriogenesis. Materi genetik yang berlebih
tersebut terletak pada bagian lengan bawah dari kromosom 21 dan interaksinya
dengan fungsi gen lainnya menghasilkan suatu perubahan homeostasis yang
memungkinkan terjadinya penyimpangan perkembangan fisik ( kelainan tulang ),
SSP ( penglihatan, pendengaran ) dan kecerdasan yang terbatas. Pada kebanyakan
kasus karena kelebihan kromosom (47 kromosom, normal 46, dan kadang-kadang
kelebihan kromosom tersebut berada ditempat yang tidak normal). Faktor-faktor
yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom
A.
Genetik
Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan
adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan
syndrom down.
B.
Radiasi
Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang
melahirkan ank dengan syndrom down pernah mengalami radiasi di daerah sebelum
terjadi konsepsi.
C.
Infeksi
Dan Kelainan Kehamilan
D.
Autoimun
dan Kelainan Endokrin Pada ibu
Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan
tiroid.
E.
Umur
Ibu
Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat
perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non
dijunction” pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi
androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi
estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH
dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan
kehamilan juga berpengaruh.
F.
Umur
Ayah
Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik,
organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus.
Ibu hamil
setelah lewat umur (lebih dari 40 th) kemungkinan melahirkan bayi dengan Down
syndrome. Infeksi virus atau keadaan yang mempengaruhi susteim daya tahan tubuh
selama ibu hamil. 44 % syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup
sampai 68 tahun. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada
penderita ini yang mengakibatkan 80 % kematian. Meningkatnya resiko terkena
leukimia pada syndrom down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit
Alzheimer yang lebih dini akan menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun.
Anak syndrom down akan mengalami beberapa hal berikut :
1. Gangguan tiroid
2. Gangguan pendengaran akibat infeksi
telinga berulang dan otitis serosa
3. Gangguan penglihatan karena adanya
perubahan pada lensa dan kornea 4. Usia 30 tahun menderita demensia (hilang
ingatan, penurunan kecerdasan danperubahan kepribadian)
IV. Cara
Belajar Anak Penderita Down Syndrome
Menurut informasi yang penyusun peroleh dari wawancara
dengan Ibu guru Karisma, kondisi emosional anak-anak penderita Down
Syndrome itu sangat mudah berubah dan sulit ditebak. Terkadang
anak-anak penderita Down Syndrome tampak begitu menyayangi gurunya,
mereka mengelus lembut wajah gurunya, namun tidak lama setelah itu, mereka
langsung menampar gurunya. Ibu guru kembali memberikan informasi bahwa cara mengajar
di kelas anak penderita Down Syndrome itu sangat berbeda dari
mengajar di kelas anak-anak berkebutuhan khusus apalagi anak-anak normal.
Selain karena kondisi emosional anak-anak penderita Down Syndrome ini
sangat labil, mereka juga memiliki IQ yang rendah. Di karnakan IQ mereka yang
rendah itulah anak-anak penderita Down Syndrome cepat sekali lupa dengan
pelajaran yang telah mereka pelajari,
terkadang pelajaran yang di sampaikan pun harus di ulang-ulang agar
mereka bisa memahami. Saat menjelaskan Ibu guru Karisma harus menggunakan nada
yang tinggi juga mimik mulut yang tegas agar Karisma mengerti apa yang
diperintahkan ibu gurunya.
BAB
IV
PENUTUP
I.
Kesimpulan
A.
Anak penderita Down Syndrome disebut
juga mongolisme.
B.
Penderita Down Syndrome memiliki
ciri-ciri bertubuh pendek (sekitar 120cm), wajah berbentuk bulat, kelopak mata
atas mempunyai lipatan, mata sipit, bibir tebal, hidung lebar dan datar,
telinga kecil dan menjorok, telapak tangan lebar, jari berukuran pendek dan
gemuk, ujung jari-jari halus, gigi kecil dan jarang (pada beberapa anak,
giginya rusak), air liur sering menetes, bicaranya tidak jelas (bahkan pada
beberapa anak, tidak dapat berbicara), mempunyai kelainan jantung, lemah
mental, dan IQ rendah.
C.
Kondisi emosional anak-anak penderita Down
Syndrome itu sangat mudah berubah (labil) dan sulit ditebak.
D.
Guru harus memiliki inovasi dan
kreativitas setiap harinya untuk menarik perhatian dari murid-murid
penderita Down Syndrome.
E.
Salah satu tantangan terberat bagi para guru
yaitu memahami apa keinginan muridnya.
F.
Sebagian besar kegiatan fisik mudah dilatih
pada anak penderita Down Syndrome, sebab umumnya kegiatan fisik
tidak membutuhkan aktivitas mental.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar