welcome to my blog

welcome to my blog

Sabtu, 21 Desember 2013

LAPORAN OBSERVASI KE YAYASAN PENDIDIKAN LUAR BIASA RUHUI RAHAYU SLB B&C (TUNAGARAHITA)

 BAB I
PENDAHULUAN

I.       Latar Belakang
Pengetahuan tentang anak sudah lama dikenal. Pada zaman Romawi dan Yunani sudah ada para ahli yang memperhatikan pendidikan anak walaupun pada saat itu anak belum dipandang sebagai bentuk manusia tersendiri. Penelitian terhadap anak dan buku-buku mengenai perkembangan jiwa anak pada zaman dahulu masih sangat minim bahkan belum ada. Namun kemudian studi sistematis tentang perkembangan anak mengalami perkembangan yang cukup signifikan pada awal abad ke-20. Penelitian-penelitian yang dilakukan pada zaman ini bersifat deskriptif dan dititikberatkan pada ciri-ciri khas yang terdapat secara umum, golongan-golongan umur, serta masa-masa perkembangan tertentu. Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa perkembangan anak bersifat diskriptif sesuai dengan golongan umurnya, namun ada kondisi dimana anak memerlukan perhatian khusus. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi SDM. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab
sebagai warga masyarakat bahkan untuk anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi memiliki fungsi untuk memfasilitasi anak berkebutuhan khusus dalam ikut serta mengenyam pendidikan berdasarkan UUD ’45 pasal 31 ayat 1 yang berisi “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Tujuan dari pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus untuk mengoptimalkan kemampuan fisik, psikis, dan emosional dalam proses pembelajaran agar kelak dapat ikut berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat seperti anak normal lainnya.
Dilatarbelakangi pemaparan di atas, penyusun pun melakukan sebuah observasi terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, dan penyusun memfokuskan kepada anak penderita Down Syndrome.
II.    Tujuan Observasi
Tujuan dibuatnya laporan ini selain sebagai tugas individu pada mata kuliah Dasar-dasar anak Berkemampuan Khusus juga agar pembaca mengetahui tentang apa saja karakteristik anak Down Syndrome dan bagaimana proses belajar-mengajar anak penderita Down Syndrome beserta maslah-masalah yang muncul pada dirinya.



BAB II
HASIL PENGAMATAN
I.       Waktu dan Tempat Pelaksanaan
A.    Waktu Observasi
Observasi dilaksanakan pada Rabu, 5 Desember 2012, Pukul 09.00 – 10.30 WITA.
B.     Tempat Pelaksanaan Observasi
Observasi ini dilakasanakan di Yayasan Pendidikan Luar Biasa (Ruhui Rahayu) SLB B&C di jalan Pelita Samarinda.
II.    Metodelogi pengamatan
Observasi ini dilakukan secara berkelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang mahasiswa. Setiap kelompok memasuki kelas-kelas yang ada di SLB tersebut, dan kelompok saya berada di SLB C yang berjumlah 9 orang setiap kelasnya yaitu tempat anak-anak penderita gangguan Tunagrahita. Dalam Observasi ini dilakukan dua tahap metode wawancara yaitu wawancara anak penderita Dwon Syndrome dan wawancara wali kelas.
III. Profil Anak

Adapun profil anak penderita Down syndrome yang saya amati sebagai berikut :
Nama                :    Karisma
Umur                :    9 tahun
Jenis Kelamin   :    Laki-laki
Tinggi badan     :    ± 120 cm
Jenis kelainan    :    Down syndrome
Kelas                 :    kelas 4 SD
Alamat              :    Jalan Air Hitam

                               Gambar 1.1 : Foto Karisma saat sedang belajar di kelas

IV. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Diri Karisma

Fisik
Seperti ciri-ciri anak Down Syndrome pada umumnya. Mata Karisma sipit, hidungnya datar, lidahnya kecil, lehernya pendek, telapak tangan segi 4 dan lebih senang mengenggam kedua tangannya.

Penglihatan
Karisma masih bisa melihat tulisan-tulisan di apan tulis namun jika tulisan itu kecil dia mengalami kesulitan untuk melihat. Pandangannya tidak fokus ke satu arah terlalu lama, ia lebih sering melihat ke segala arah.
Pendengaran
Pendengaran Karisma masih berfungsi dengan baik.




Intelektual
Karisma mengalami keterlambatan dalam berpikir. Ia juga memiliki daya ingat yang kurang, sehingga guru Karisma harus memberi pelajaran yang sama berulang-ulang. Saat berbicara dengan Karisma harus dengan suara keras dan terkadang perlu diulang agar dia memahami apa yang kita bicarakan. Namun Karisma bisa mengenal huruf dengan baik, hanya saja tidak dapat mengeja kata-kata tanpa bantuan orang lain. Belum terlihat bakat yang menonjol dari diri Karisma. Debil (IQ 50-69).

Bahasa
Tidak terlalu jelas dalam mengucapkan kata-kata, seperti anak balita yang baru belajar berbicara. Karisma jarang berbicara jika tidak di pancing.

Sosial Emosional
Baik, terkadang tidak stabil. Saat bertemu dengan orang yang baru karisma lihat, ia sedikit pemalu saat di dekati. Namun lama-lama ia mulai bisa terbiasa dengan orang tersebut dan mau ketika diajak bermain bersama. Dia juga senang bermain bersama teman-temannya.







Perilaku
Perilaku Karisma tidak terlihat agresif atau pun nakal seperti anak pada umunya, dia terlihat pendiam dan lebih sering bergerak daripada berbicara. Karisma hanya patuh dengan guru yang dia suka saja, jika dengan orang tua, pengasuh, dan guru yang lain dia tidak pernah mau patuh. Saat sang guru mengatakan “jangan” atau “kerjakan tugasnya” Karisma pun patuh dan mengerjakan apa yang Ibu guru perintahkan. Senang bermain air, ketika ia pergi ke wc dan bermain air, terkadang karisma jadi lupa akan kelasnya dan terus bermain. Dan pada saat seperti itu hanya guru yang dia sukalah yang bisa menghentikannya dan membawanya kembali ke kelas. Karisma juga mengerti ketika sang guru sedang memarahinya sehingga dia pun bisa diam dan tidak mengulangi kenakalannya itu.

Ada satu tingkah laku yang diluar dugaan saya saat mengamati Karisma, saat saya dan teman-teman sedang asik berbicara dengan guru Karisma, Karisma mengeluarkan mie goreng yang ia sembunyikan di laci meja belajarnya dan memakannya diam-diam. Hal ini membuktikan bahwa anak-anak penderita Down syndrome seperti Karisma memang gemar mengemil. Karisma awalnya tidak bersekolah di SLB, awalnya Ibu Karisma menyekolahkan ia di SD tempat Ibunya bekerja. Namun di sana Karisma tidak bisa berkembang dengan baik, keadaannya malah bertambah parah dan menjadi Temper Tantrum karena di sekolah normal tidak ada yang bisa memahaminya. Karena masih menjadi murid baru pihak sekolah belum mengetahui bakat apa yang menonjol dari diri Karisma.



BAB III
PEMBAHASAN
I.       Pengertian Anak Down Syndrome
Sindrom down (bahasa Inggris: Down Syndrome) merupakan kelainan kromosom yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali syndrome ini dengan istilah sindrom down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama. Down syndrome merupakan kelainan kromosom yakni terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21), Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.

II.    Karakteristik Anak Down Syndrome
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui beberapa karakteristik anak penderita Down Syndrome. Penderita Down Syndrome  memiliki ciri-ciri bertubuh pendek  (sekitar 120cm), wajah berbentuk bulat (anak dengan 1000 wajah, karena rata-rata anak penderita Down Syndrome ini memiliki wajah yang sama), kelopak mata atas mempunyai lipatan, mata sipit, bibir tebal, hidung lebar dan datar, telinga kecil dan menjorok, telapak tangan lebar, jari berukuran pendek dan gemuk, ujung jari-jari halus, gigi kecil dan jarang (pada beberapa anak, giginya rusak), pada beberapa anak air liur sering menetes, gemar mengemil, bicaranya tidak jelas (bahkan pada beberapa anak, tidak dapat berbicara), mempunyai kelainan jantung, lemah mental, dan  IQ rendah (anak-anak penderita Down Syndrome  yang bersekolah di tempat observasi dilakukan hanya anak-anak imbisil (IQ 25-49) dan debil (IQ 50-69). Untuk anak idiot (IQ 24), pihak sekolah tidak menerima).

III. Penyebab Gangguan Down Syndrome
Anak dengan Sindrom Down mempunyai jumlah kromosom 21 yang berlebih ( 3 kromosom ) di dalam tubuhnya yang kemudian disebut trisomi 21. Adanya kelebihan kromosom menyebabkan perubahan dalam proses normal yang mengatur embriogenesis. Materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian lengan bawah dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya menghasilkan suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan terjadinya penyimpangan perkembangan fisik ( kelainan tulang ), SSP ( penglihatan, pendengaran ) dan kecerdasan yang terbatas. Pada kebanyakan kasus karena kelebihan kromosom (47 kromosom, normal 46, dan kadang-kadang kelebihan kromosom tersebut berada ditempat yang tidak normal). Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom
A.    Genetik
Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan syndrom down.
B.     Radiasi
Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan ank dengan syndrom down pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi.
C.     Infeksi Dan Kelainan Kehamilan
D.    Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu
Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.
E.     Umur Ibu
Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.
F.      Umur Ayah
Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus.
Ibu hamil setelah lewat umur (lebih dari 40 th) kemungkinan melahirkan bayi dengan Down syndrome. Infeksi virus atau keadaan yang mempengaruhi susteim daya tahan tubuh selama ibu hamil. 44 % syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup sampai 68 tahun. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yang mengakibatkan 80 % kematian. Meningkatnya resiko terkena leukimia pada syndrom down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yang lebih dini akan menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun. Anak syndrom down akan mengalami beberapa hal berikut :
1.      Gangguan tiroid
2.      Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
3.      Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea 4. Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan danperubahan kepribadian)

IV. Cara Belajar Anak Penderita Down Syndrome
Menurut informasi yang penyusun peroleh dari wawancara dengan Ibu guru Karisma, kondisi emosional anak-anak penderita Down Syndrome itu sangat mudah berubah dan sulit ditebak. Terkadang anak-anak penderita Down Syndrome tampak begitu menyayangi gurunya, mereka mengelus lembut wajah gurunya, namun tidak lama setelah itu, mereka langsung menampar gurunya. Ibu guru kembali memberikan informasi bahwa cara mengajar di kelas anak penderita Down Syndrome itu sangat berbeda dari mengajar di kelas anak-anak berkebutuhan khusus apalagi anak-anak normal. Selain karena kondisi emosional anak-anak penderita Down Syndrome ini sangat labil, mereka juga memiliki IQ yang rendah. Di karnakan IQ mereka yang rendah itulah anak-anak penderita Down Syndrome cepat sekali lupa dengan pelajaran yang telah mereka pelajari,  terkadang pelajaran yang di sampaikan pun harus di ulang-ulang agar mereka bisa memahami. Saat menjelaskan Ibu guru Karisma harus menggunakan nada yang tinggi juga mimik mulut yang tegas agar Karisma mengerti apa yang diperintahkan ibu gurunya.





BAB IV
PENUTUP
I.       Kesimpulan
A.    Anak penderita Down Syndrome disebut juga mongolisme.
B.     Penderita Down Syndrome memiliki ciri-ciri bertubuh pendek (sekitar 120cm), wajah berbentuk bulat, kelopak mata atas mempunyai lipatan, mata sipit, bibir tebal, hidung lebar dan datar, telinga kecil dan menjorok, telapak tangan lebar, jari berukuran pendek dan gemuk, ujung jari-jari halus, gigi kecil dan jarang (pada beberapa anak, giginya rusak), air liur sering menetes, bicaranya tidak jelas (bahkan pada beberapa anak, tidak dapat berbicara), mempunyai kelainan jantung, lemah mental, dan IQ rendah.
C.     Kondisi emosional anak-anak penderita Down Syndrome itu sangat mudah berubah (labil) dan sulit ditebak.
D.    Guru harus memiliki inovasi dan kreativitas setiap harinya untuk menarik perhatian dari murid-murid penderita Down Syndrome.
E.     Salah satu tantangan terberat bagi para guru yaitu memahami apa keinginan muridnya.
F.      Sebagian besar kegiatan fisik mudah dilatih pada anak penderita Down Syndrome, sebab umumnya kegiatan fisik tidak membutuhkan aktivitas mental.







                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar