Teori Menurut Montesorri
Montessori
dilahirkan di Ancona, Italia 1870, Ayahnya seorang pejabat sipil yang
berpengaruh namun masih memiliki pandangan konservatif tentang peran wanita di
masyarakat. Sebaliknya ibunya berpandangan wanita harus maju dan mencapai
cita-citanya sejauh mungkin yang dapat dicapai dalam hidup.
Pada
usia 26 tahun Montessori menjadi dokter wanita pertama di Italia. Ia ditugaskan menjabat sebagai bagian perawatan medis untuk
menangani pasien dari rumah sakit jiwa dan di sanalah ia menemui anak-anak
keterbelakangan mental yang mempunyai cara mereka sendiri untuk belajar. Hal
ini merupakan sebab utama yang membakar kecintaannya pada pendidikan dan dunia
anak-anak. Dimulai dengan fasilitas tempat penitipan anak di salah satu
lingkungan termiskin di Roma, Montessori meletakkan berbagai teorinya dalam
praktek. Kedua metode itu dipengaruhi oleh pelatihan sebelumnya di bidang
kedokteran, pendidikan, dan antropologi.
Teori Perkembangan Montessori
Anak memiliki kemampuan sendiri untuk belajar sesuai
dengan tingkat kematangannya dan anak belajar dengan
cara yang berbeda dengan
orang dewasa. Ada saat dimana anak akan sangat peka terhadap lingkungannya,
saat tersebut dinamakan Montessori sebagai Sensitive periods.Sensitive periods
Adalah suatu masa dimana anak-anak akan sangat mudah menguasai tugas-tugas tertentu. Apabila anak dicegah untuk menikmati pengalaman-pengalaman yang dipandu secara alamiah itu, maka kemampuan-kemampuan yang harusnya dicapai pada masa peka itu tidak akan dimiliki dan hal ini akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Menurut montessori ada 5 masa sensitif, yaitu:
· Sensitive periods for order (0 – 3 tahun)
Masa peka untuk keteraturan terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan. Anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap keteraturan. Setelah anak dapat bergerak/berpindah, mereka suka meletakkan benda-benda sesuai dengan tempatnya. Apabila ada buku atau pensil yang tidak terletak di tempatnya, anak akan mengembalikan buku atau pensil tersebut ke tempatnya. Dan bahkan sebelum memasuki periode ini mereka sering menjadi marah jika melihat sesuatu yang tidak pada tempatnya.
Masa peka untuk keteraturan terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan. Anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap keteraturan. Setelah anak dapat bergerak/berpindah, mereka suka meletakkan benda-benda sesuai dengan tempatnya. Apabila ada buku atau pensil yang tidak terletak di tempatnya, anak akan mengembalikan buku atau pensil tersebut ke tempatnya. Dan bahkan sebelum memasuki periode ini mereka sering menjadi marah jika melihat sesuatu yang tidak pada tempatnya.
· Sensitive periods for details (1 – 2 tahun)
Anak-anak akan memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang kecil. Sebagai contoh, mereka dapat mendeteksi adanya serangga yang kecil yang tidak terperhatikan oleh orang dewasa. apabila mereka melihat suatu gambar, mereka akan mengabaikan obyek utama gambar dan akan beralih memperhatikan hal-hal kecil yang ada dilatar belakang obyek utama gambar. Kepedulian akan detail ini menandakan perubahan di dalam perkembangan psikis anak.
Anak-anak akan memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang kecil. Sebagai contoh, mereka dapat mendeteksi adanya serangga yang kecil yang tidak terperhatikan oleh orang dewasa. apabila mereka melihat suatu gambar, mereka akan mengabaikan obyek utama gambar dan akan beralih memperhatikan hal-hal kecil yang ada dilatar belakang obyek utama gambar. Kepedulian akan detail ini menandakan perubahan di dalam perkembangan psikis anak.
· Sensitive periods for using hands (18 bulan – 3 tahun)
Anak-anak secara konsisten menggenggam benda-benda yang disentuhnya. Anak-anak menyukai aktivitas membuka dan menutup benda-benda (dengan seluruh telapak tangannya), memasukan benda-benda ke dalam suatu wadah, menuangkannya keluar dan memasukkannya kembali (dengan seluruh telapak tangannya). Selama dua tahun berikutnya atau lebih mereka memperbaiki gerakan dan indera sentuhan mereka.
Anak-anak secara konsisten menggenggam benda-benda yang disentuhnya. Anak-anak menyukai aktivitas membuka dan menutup benda-benda (dengan seluruh telapak tangannya), memasukan benda-benda ke dalam suatu wadah, menuangkannya keluar dan memasukkannya kembali (dengan seluruh telapak tangannya). Selama dua tahun berikutnya atau lebih mereka memperbaiki gerakan dan indera sentuhan mereka.
· Sensitive periods for movements
Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan. Belajar berjalan adalah sejenis kelahiran kedua, anak berubah dari makhluk yang tidak berdaya menjadi makhluk yang aktif. Anak-anak didorong oleh implus yang tidak bisa dilawan dalam upaya mereka untuk berjalan, dan mereka berjalan dengan bangga seolah-olah mereka telah menemukan caranya.
Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan. Belajar berjalan adalah sejenis kelahiran kedua, anak berubah dari makhluk yang tidak berdaya menjadi makhluk yang aktif. Anak-anak didorong oleh implus yang tidak bisa dilawan dalam upaya mereka untuk berjalan, dan mereka berjalan dengan bangga seolah-olah mereka telah menemukan caranya.
· Sensitive periods for learning language
a) Secara tidak
sadar (3 bln - 3 thn)
Anak-anak menyerap bunyi-bunyi, kata-kata, dan tata bahasa dari lingkungannya. Anak-anak mempelajari bahasa tanpa banyak memikirkannya, anak-anak tidak pernah memikirkan imbuhan dapat mengubah suatu arti, atau anak-anak penutur bahasa inggris yang tidak pernah memikirkan tenses, atau anak-anak penutur bahasa spanyol yang tidak pernah memikirkan tentang kata benda yang berubah mengikuti subjeknya, anak-anak tidak pernah berpikir sekeras itu untuk mempelajari bahasa ibunya.
Montessori menganggap bahwa anak-anak telah dibekali suatu mekanisme untuk mempelajari suatu bahasa dengan tidak disadarinya. Anak-anak akan memulai dengan mengoceh terlebih dahulu sebelum ia muali berbicara dengan kata-kata bermakna. Setelah itu anak akan memasuku tahapan “kalimat dua kata,” untuk kemudian menguasai pembuatan kalimat dengan struktur yang lebih kompleks.
Tahapan-tahapan itu tidak selalu berkesinambungan, bisa saja anak terlihat tidak terdapat kemajuan sama sekali, lalu tiba-tiba meraih prestasi baru yang sempurna.
Anak-anak menyerap bunyi-bunyi, kata-kata, dan tata bahasa dari lingkungannya. Anak-anak mempelajari bahasa tanpa banyak memikirkannya, anak-anak tidak pernah memikirkan imbuhan dapat mengubah suatu arti, atau anak-anak penutur bahasa inggris yang tidak pernah memikirkan tenses, atau anak-anak penutur bahasa spanyol yang tidak pernah memikirkan tentang kata benda yang berubah mengikuti subjeknya, anak-anak tidak pernah berpikir sekeras itu untuk mempelajari bahasa ibunya.
Montessori menganggap bahwa anak-anak telah dibekali suatu mekanisme untuk mempelajari suatu bahasa dengan tidak disadarinya. Anak-anak akan memulai dengan mengoceh terlebih dahulu sebelum ia muali berbicara dengan kata-kata bermakna. Setelah itu anak akan memasuku tahapan “kalimat dua kata,” untuk kemudian menguasai pembuatan kalimat dengan struktur yang lebih kompleks.
Tahapan-tahapan itu tidak selalu berkesinambungan, bisa saja anak terlihat tidak terdapat kemajuan sama sekali, lalu tiba-tiba meraih prestasi baru yang sempurna.
b) Secara sadar (3 - 6 tahun)
Jika pada usia 3 bulan sampai dengan 3 tahun anak-anak mempelajari bahasa secara tidak sadar, anak-anak pada usia 3 sampai dengan 6 tahun mempelajari bahasa dengan sadar. Dengan tidak kehilangan masa peka-nya, anak mempelajari bentuk- bentuk tata bahasa baru dengan penuh kesadaran.
Jika pada usia 3 bulan sampai dengan 3 tahun anak-anak mempelajari bahasa secara tidak sadar, anak-anak pada usia 3 sampai dengan 6 tahun mempelajari bahasa dengan sadar. Dengan tidak kehilangan masa peka-nya, anak mempelajari bentuk- bentuk tata bahasa baru dengan penuh kesadaran.
Pendidikan Dengan Metode Montessori
· Pendidikan di Rumah
Pada masa peka anak-anak mendapatkan impuls dari dalam dirinya untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman tertentu. Tugas orang tua menurut Montessori bukanlah mengajar secara langsung tetapi menghargai usaha anak untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman itu. Orang tua dapat memantau minat-minat anak dan kemudian memberi kesempatan anak untuk memenuhi minat-minat anak tersebut.
Pada masa peka anak-anak mendapatkan impuls dari dalam dirinya untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman tertentu. Tugas orang tua menurut Montessori bukanlah mengajar secara langsung tetapi menghargai usaha anak untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman itu. Orang tua dapat memantau minat-minat anak dan kemudian memberi kesempatan anak untuk memenuhi minat-minat anak tersebut.
· Pendidikan di Sekolah (yang Menganut Pola Pendidikan Montessori)
Pada tahun 1907 Dr. Montessori membuka sekolah pertamanya di Roma. Walaupun begitu nama Montessori bukanlah merek dagang, sehingga nama “Sekolah Montessori” bukan hanya melekat pada sekolah yang didirikannya saja, tetapi juga pada sekolah-sekolah yang mengimplementasikan ide-ide Montessori.
Ciri khas sekolah Montessori dibanding sekolah konvensional, diantaranya:
Pada tahun 1907 Dr. Montessori membuka sekolah pertamanya di Roma. Walaupun begitu nama Montessori bukanlah merek dagang, sehingga nama “Sekolah Montessori” bukan hanya melekat pada sekolah yang didirikannya saja, tetapi juga pada sekolah-sekolah yang mengimplementasikan ide-ide Montessori.
Ciri khas sekolah Montessori dibanding sekolah konvensional, diantaranya:
· Kemandirian dan Konsentrasi
Montessori percaya bahwa anak-anak dapat belajar dengan sendirinya jika mereka menemukan hal yang menarik bagi mereka. Guru-guru di sekolah Montessori hanya sebagai fasilitator dengan menyediakan material-material.
Montessori percaya bahwa anak-anak dapat belajar dengan sendirinya jika mereka menemukan hal yang menarik bagi mereka. Guru-guru di sekolah Montessori hanya sebagai fasilitator dengan menyediakan material-material.
· Pilihan Bebas
Pilihan bebas biasanya membawa anak-anak kepada pengerjaan tugas-tugas yang paling berkesan bagi anak. Guru percaya kalau anak-anak akan memilih dengan bebas tugas-tugas yang sesuai dengan kebutuhan batiniah mereka pada saat itu. Selain itu tugas guru juga memperkenalkan tugas baru yang disesuaikan dengan kesiapan anak-anak.
Pilihan bebas biasanya membawa anak-anak kepada pengerjaan tugas-tugas yang paling berkesan bagi anak. Guru percaya kalau anak-anak akan memilih dengan bebas tugas-tugas yang sesuai dengan kebutuhan batiniah mereka pada saat itu. Selain itu tugas guru juga memperkenalkan tugas baru yang disesuaikan dengan kesiapan anak-anak.
· Hukuman dan Penghargaan
Montessori berpendapat bahwa otoritas dari luar justru akan mengganggu proses belajar mandiri anak, anak-anak akan belajar dengan dorongan sempurna sesuai dengan kapasitasnya jika mereka menemukan material-material yang sesuai.
Montessori berpendapat bahwa otoritas dari luar justru akan mengganggu proses belajar mandiri anak, anak-anak akan belajar dengan dorongan sempurna sesuai dengan kapasitasnya jika mereka menemukan material-material yang sesuai.
· Mempersiapkan untuk mempelajari keterampilan
Keterampilan yang lebih sulit membutuhkan beberapa keahlian untuk dikuasai, Montessori mengembangkan material-material yang memungkinkan anak mempelajari suatu keterampilan secara bertahap.
Keterampilan yang lebih sulit membutuhkan beberapa keahlian untuk dikuasai, Montessori mengembangkan material-material yang memungkinkan anak mempelajari suatu keterampilan secara bertahap.
· Membaca dan Menulis
Anak-anak akan diajari membaca dan menulis secara bertahap, anak akan diajari menulis pada saat berada di masa peka terhadap bahasa. anak-anak tidak akan diberikan buku sebelum bisa membaca, hal ini untuk menghindari rasa frustasi membaca buku.
Anak-anak akan diajari membaca dan menulis secara bertahap, anak akan diajari menulis pada saat berada di masa peka terhadap bahasa. anak-anak tidak akan diberikan buku sebelum bisa membaca, hal ini untuk menghindari rasa frustasi membaca buku.
· Menekan prilaku yang tidak diharapkan
Walaupun hukuman dan penghargaan diharapkan tidak ada, tetapi Penghargaan terhadap material pelajaran dan penghargaan terhadap anak lain berusaha dikembangkan secara alamiah, jika seorang anak menggangu anak lain, maka anak itu akan ditinggalkan/tak diacuhkan agar secara tak sadar anak itu belajar menghargai keinginan anak lain untuk tidak diganggu, terkadang guru turut campur dengan mengisolasi anak itu.
Walaupun hukuman dan penghargaan diharapkan tidak ada, tetapi Penghargaan terhadap material pelajaran dan penghargaan terhadap anak lain berusaha dikembangkan secara alamiah, jika seorang anak menggangu anak lain, maka anak itu akan ditinggalkan/tak diacuhkan agar secara tak sadar anak itu belajar menghargai keinginan anak lain untuk tidak diganggu, terkadang guru turut campur dengan mengisolasi anak itu.
Berdasar pada apa yang diobservasi Montessori individu memiliki masa peka dimana individu tersebut akan lebih memiliki kemampuan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih dari masa lain dikehidupannya. Dalam mendidik anak Montessori berpendapat bahwa setiap anak berkehendak untuk “meng-aktualisasikan” bakat yang dimilikinya dan anak memiliki caranya sendiri untuk menterjemahkan bakat yang ada pada dirinya. Sehingga tugas orang tua hanyalah sebagai penyedia material-material yang dibutuhkan agar minat anak dapat terpenuhi dan menghindari intervensi-intervensi yang dapat menggangu konsentrasi anak-anak.
Beberapa prinsip
yang mendasari metode Montessori adalah seabagiberikut :
a. Prinsip
Kemerdekaan Anak bebas untuk menentukan apa yang ingin dipelajarinya.
Pendidikan hanya akan dapat memberikan kondisi yangmenguntungkan.
b. Prinsip
Disiplin Mainan yang boleh dipilih adalah yang belum dipakai orang laindan
memakai permainan tersebut haruslah benar.
c. Prinsip
Ketidakbergantungan Anak harus belajar melalui permainan yang dipilihnya
sebisabisanya dengan bantuan yang minimal dari pihak guru.
d. Prinsip
penghargaan kepada penguasa dan mengikuti perintah sesuai intelegen.
e. Prinsip
tentang sedikit pujian dan hukumanKarena segala sesuatu berjalan secara wajar
dan alamiah, makasedikit diperlukan pujian dan hukuman. Anak dididik untuk
memperoleh kepuasan alamiah bukan kepuasan yang bersumber pada orang lain
Prinsip dari sederhana ke kompleks Penyajian materi dan aktifitas dalam
lingkungan Montessori mengikuti urutan dari sederhana hingga ke yang rumit atau
kompleks,memperkenalkan topik baru secara umum lebih dahulu. Lantas pelan-pelan
masuk kepada yang lebih spesifik dan dilanjutkan dengan latihan yang agak rumit
tahap demi tahap.
Prinsip ini
membuat anak bertambah pengetahuan dan kemampuan perlahan-lahan. Dalam
memperluas pemahaman dan kemampuan anak tantangan belajar tidak membebani atau
melelahkan anak, tetapi menghemat energi anak untuk diakomodasikan buat tataran
berikutnya.
g. Prinsip
Montessori menekankan pada pengalaman kerja. Metode Montessori menekankan pada
kegiatan luar ruangan dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Anak dimotivasi
agar menemukan keajaiban alam. Baik melalui kontak langsung dengan
tumbuh-tumbuhanatau binatang. Pengalaman nyata memberikan landasan belajar
abstrakketika anak mulai belajar.
h. Prinsip
perkembangan secara alamiahPrinsip Montessori adalah mendidik anak menurut
perkembangannya secara alamiah. Pendidik harus bekerja mengenali periode
sensitif dan mengkondisikan lingkungan sekolah yang mendukung anak berkembang
secara optimal, khususnya dalam menyelesaikan tugas-tugas dari guru. Guru
merangsang anak untuk ikut berpartisipasi, dan pasif mengamati perilaku anak
ini memungkinkan guru memantau perkembangan secara alamiah dan minat anak.
Dengan demikian guru bisa membantu anak berkembang optimal secara alamiah.
Pendekatan Montessori tidak mengalirkan informasi satu arah dari gurukepada
anak. Pendekatan Montessori menerima masukan dari anak, menciptakan komunikasi
dua arah antara guru dan murid, dan merangsang terciptanya tim di antara anak
dalam berbagai usia. Di sini metode Montessori juga mempunyai strategi
tersendiri bagi anak seperti:
1) Memberikan
kebebasan dan menumbuhkan tanggung jawabMaksud dari strategi ini bebas bergerak
dan bermain. Bebas berinteraksi, bebas bekerja sesuai kesensitifan anak. Namun
anak tidak bebasmenyia-nyiakan waktu luang, merusak sesuatu, atau mengganggu
anak lain.Aturan utamanya adalah melarang perilaku negatif. Jadi anak
belajarsepanjang mereka produktif dan tanggung jawab.
2) Memupuk
perilaku positif. Pendidik menumbuh kembangkan sikap positif di antara anak
dengan memberikan umpan balik yang membangun terhadap upaya anak dalambelajar
dan memberikan contoh perilaku yang positif. Memupuk perilaku positif
berdasarkan pada lingkungan sosial, termasuk hubungan manusiadengan alam dan
benda mati. Menumbuhkan sikap menghargai diri sendiridan orang lain, dengan
mencontohkan perilakunya sendiri. Dengan memahami bahwa perilaku negatif
bersifat menyakitkan, anak-anak akanbelajar bekerja sama dengan menurut anjuran
guru, dan mau menghormatidiri sendiri dan orang lain.
3) Menumbuhkan
sikap mandiri. Kita dapat memberikan anak kemandirian, mereka harus
memilikisikap mandiri sendiri dari dalam. Dengan bersikap baik dan
konsistenterhadap makna kemandirian dan memberikan bimbingan dengan sabar
dantelaten, kita dengan sendirinya memupuk anak memiliki kemauan dankemampuan.
4) Memupuk
disiplin diri. Disiplin diri atau dorongan dari dalam anak mengatur dan melatih
diri sendiri dan meniadakan keharusan disiplin dari luar, dengan membuat anak
bertanggung jawab dan memiliki tantangan, pendidik membantu anak belajarsesuatu
dan mempersiapkan konsentrasi anak.
Disiplin juga
membuat anak tidak lagi menggangu anak lain, karena semakin memahami bahwa
merekadapat belajar dengan baik jika teman tidak terganggu.Materi yang telah
dipersiapkan dengan baik ikut andil memupukdisiplin anak. Kontrol diri terhadap
kesalahan membuat anak maumemeriksa kesalahan tanpa campur tangan pendidik.
Sehingga dapatmengerjakan latihan dengan baik sesuai kemauan sendiri dan
belajarbagaimana cara mengerjakan sesuatu dengan benar
5) Mempersiapkan
lingkungan mengacu pada realita. Montessori percaya anak di bawah usia lima
tahun perlu bimbingan membedakan antara kenyataan (realitas) dengan fantasi.
Dengan memahami kesukaan anak terhadap perbuatan dan obyek dalam kehidupan
sehari-hari,anda akan mengetahui bahwa fantasi di usia sebelumnya, yang
diperoleh darikomik atau dongeng, dapat membingungkan anak dalam mempelajari
realitalingkungan alam sekitar.Pendekatan Montessori tentu saja tidak mengacu
pada fantasi anak. Inibertentangan dengan belajar merangsang keingintahuan
anak. Prioritasnya adalah memberikan anak tentang realita dengan menghibur
melalui latihan yang bersifat fiksi. Metode Montessori mengelilingi anak dengan
alam danobyek nyata, ini membuahkan pengalaman yang disimpan dalam memahami
sehingga mampu membedakan antara fantasi yang dilihat dalam media masa dengan
realita yang dialami sendiri melalui panca indera.
6) Dalam
menanggapi masalah keberadaan dan perkembangan fantasi ada dua psikolog yang
berpendapat tentang fantasi.
Dr. Montessori,
berpendapat fantasi anak dalam perkembangannya harus dibatasi tidak boleh
dibebaskan seleluasa mungkin. Sebab jika fantasi tidak dibatasi, dapat
menghambat kemadirian anak-anak, jadi tidak realistis, karena fantasinya
seseorang anak dapat terlena dengan dunia khayalnya. Maksudnya bisa dijelaskan
dengan contoh, pada masakini anak-anak senang terhadap cerita-cerita anak
nakal, sinenek sihir, kuku panjang atau cerita-cerita yang menakutiseorang
anak, pada saat kita menceritakan cerita yang seperti itu kepada anak maka ada
2 yang harus dipikirkan apakahanak akan takut terhadap tokoh cerita tersebut,
dan apakahanak akan menirukan gaya-gaya yang ada dalam tokoh ceritaitu.
Masa-masa ini anak tidak menghiraukan tentang kondisilingkungan, ia senang
mementingkan dirinya sendiri.
Frobel :
Berpendapat; bahwa fantasi bagi anak harus diberikankesempatan
sebebas-bebasnya, tidak usah dibatasi perkembangannya. Sebab dengan keleluasaan
berfantasi seorang anak akan memperoleh kepuasan tersendiri, dandengan adanya
kepuasan jiwa anak itu, maka ia akan tumbuhdan berkembang jiwanya secara sehat,
dan penuh kreatifitas. Maksudnya jika dikaitkan dengan fantasi anak ketikaanak
mendengarkan cerita realistis, yaitu masa anak sudahmulai senang terhadap
cerita-cerita yang nyata mengenai (pahlawan, sejarah, biologi, dan lain- lain).
Pada masa itu anak sudah mulai berkurang fantasi buruknya, sebab pengamatannya
sudah mulai tertib, ia tidak bisa membedakan yang khayal danyang realistis.
Jadi apabila anak ingin melakukan sesuatu yang diidolakan maka anak akan
menirukan dan berkreatifitas seperti idolanya dalam tingkah laku yang wajar.
Pandangan
Montessori tentang anak tidak teras dari pengaruh pemikiran Rouseau,
Pestalozzi dan Froebel yang menekankan pentingnya kondisi lingkungan yang bebas
dan penuh kasih sayang untuk dapat berkembangnya potensi bawaan anak.
Montessori sangat menekankan eksistensi anak dan ia juga
menggagaskan konsep tentang self-construction dalam perkembangan anak.
Menurutnya,
suatu fase kehidupan di awal sangat berpengaruh terhadap fase-rase kehidupan
selanjutnya artinya bahwa pengalaman-pengalaman yang dialami oleh seorang anak
di awal kehidupannya sangat berpengaruh terhadap kedewasaannya kelak begitu
juga perlakuan yang di dapatkan anak sejak kecil akan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak selanjutnya. Pandangan Montessori tentang anak dapat
difahami melalui konsep-konsepnya. Anak mengkonstruksi sendiri perkembangan
jiwanya (Child's Selfconstruction) Masa-masa sensitif (Sensitive Periodes) Jiwa
Penyerap (Absorben mind) Hukum-hukum perkembangan ( The natural laws
governing the child's psychic growth).
Seperti telah
diungkapkan di atas bahwa Montessori meyakini bahwa anak secara bawaan telah
memiliki suatu pola perkembang psikis. Selain itu, anak juga
memiliki motif yang kuat ke arah pembentukan sendiri jiwanya (self
construction).
Dengan dorongan ini anak secara spontan berupaya
mengembangkan dan membentuk dirinya melalui pemahaman terhadap lingkungan.
Beliau pun mengungkapkan bahwa meskipun anak sudah memiliki pola psikis. bawaan
dan dorongan vital untuk mencapainya, tidak berarti bahwa ia membawa
Model-model perilakunya sudah jadi.
Dengan demikian anak mengembangkan pola-pola
perkembangan dan kekuatannya itu sejak lahir melalui pengalaman-pengalaman
interaksional pendidikan. Ada dua kondisi yang diperlukan dalam perkembangan
anak (Lillard, 1972 dalam Sollehudin, 2000); yakni pertama adalah
adanya suatu interaksi yang terpadu antara anak dengan lingkungannya (
baik benda maupun orang) dan ke dua adalah adnya kebebasan bagi
anak. Montessori yakin bahwa dalam tahun-tahun awal seorang anak mempunyai
apa yang dia
sebut sebagai "sensitive periods" artinya
selama masa ini seorang individu mudah menerima stimulus-stimulus tertentu.
Masa-masa
sensitif yang diungkapkan Montessori yaitu :
Lahir - 3 tahun
-> Pikiran dapat menyerap pengalaman - pengalaman sensoris
1,5 –
3 tahun -> Perkembangan bahasa
1,5 –
4 tahun -> Koordinasi dan
perkembangan otot, minat pada benda-benda kecil
2 – 4
tahun -> Peneguhan
gerakan minat pada kebenaran dan realitas menyadari urutan dalam waktu dan
ruang
2,5 – 6
tahun -> Peneguhan sensoris
3 – 6
tahun -> Rawan
pengaruh orang dewasa
3,5 – 4,5
tahun -> Menulis
4 – 4,5
tahun -> Kepekaan indera
4,5 – 5,5
tahun -> Membaca
S
Selain itu, montessori meyakini bahwa jiwa anak masih belum terbentuk. Dengan
pengetahuan yang dimilikinya, orang dewasa dapat membangun
pengetahuan-pengetahuan lainnya. Gejala psikis yangmemungkinkan anak untuk
membangun pengetahuannya itu dikenal dengan
konsep absorbent mind. Dengan gejala psikis ini anak
dapat melakukan penyerapan tak sadar terhadap lingkungan.
Kemudian anak
menggabungkan pengetahuan secara langsung ke dalam kehidupan psikisnya.
Kesan-kesan yang diperolehnya melalui proses ini tidak semata-mata memasuki
jiwa anak, tetapi juga membentuknya. Proses tak sadar tersebut selanjutnya
diganti secara berangsur-angsur oleh proses atau aktivitas jiwa yang disadari.
Daftar Pustaka
Asmidayati, dkk. Tokoh Filsafat Pendidikan Dr. Maria
Montessori. 2011. Yogyakarta: UNY
The Global Source For Summaries & Reviews.
Prinsip-prinsip Montessori
Teori menurut John Locke
John Locke adalah filsuf dari Inggris dengan pandangan empirisme , Ia
sering disebut sebagai tokoh yang memberikan titik terang dalam perkembangan
psikologi. Menurut empirisme , yang menjadi sumber pengetahuan adalah empiri,
atau pengalaman, baik pengalaman batiniah maupun pengalaman lahiriah, Pengikut
empirisme tidak puas dengan teori pengetahuan rasionalis, mereka mencoba untuk
mencari teori pengatahuan lainnya yang konsisten dengan pengalaman manusia
dalam kehidupannya sehari -hari. Kaum empiris bertitik tolak dari pengalaman
alat dria sebagai sumber dan dasar bagi apa yang kita ketahui.Selanjutnya
pengalaman mengajarkan bahwa prinsif-prinsif moral tertentu dan pengertian
tentang Allah, jauh dari bawaan, berbeda dengan orang yang berbeda dan pada
waktu yang berbeda. Oleh karena itu tidak terdapat ide bawaan; intelek kita,
pada saat pertama keberadaanya. Oleh karena itu tidak terdapat ide bawaan ;
intelek kita, pada saat pertama keberadaannya adalah sebuah tabularasa , sebuah
kertas bersih yang belum ditulis. Semua tayangan kita kemudian menemukan
diatasnya ( yang bagi Locke adalah ide-ide ) berasal dari pengalaman.
Locke menjelaskan bahwa pengalaman ada dua yaitu eksternal dan internal.
1. Pengalaman eksternal, yang disebut sensasi, member kit aide-ide yang
seharusnya obyek eksternal , sperti warna, suara, ekstensi, gerak . dll Locke
mengatakan “ seharusnya objek “ karena keberadaan mereka belum terbukti (Dalam teori pengetahuan terbatas pada pengalaman konten mental, seperti
Locke adalah sangat tidak mungkin untuk membuktikan keberadaan actual
seharusnya ini objek )
2. Pengalaman internal, yang disebut refleksi, membuat kita memahami
pengoperasian sangat pada objek sensasi, seperti tahu, ragu, percaya dsb.
Bagi Locke , sensasi dan refleksi diklasifikasikan sebagai sederhana dan
kompleks, menurut nya dapat diminimalkan unsure, seperti warna putih , kegendutan atau dikembalikan pada elemen lebih sederhana. Dengan demikian gagasan mengenai sebuah apel itu kompleks karena merupakan kombinasi dari ide-ide sederhana warna, bulat, rasa dan sebagainya. Semangat regards pasif sebagai ide sederhana , tidak ada yang bias memiliki ide suara, misalnya, jika tidak dilengkapi kepadanya. Sebaliknya , semangat aktif tentang ide – ide kompleks karena dapat mengurangi mereka untuk unsure-unsur yang sederhana dan dapat membuat ide-ide kompleks baru dari elemen-elemen ini
Locke membedakan 3 kelas ide kompleks :
1. Ide substansi , mewakili konstan atau stabil kumpulan ide-ide sederhana yang
berkaitan dengan substratum misterius yang merupakan pusat mempersatukan
mereka
2. Ide – ide mode , yang menghasilkan dari kombinasi oleh intelek dari beberapa ide-ide, sedemikian rupa untuk membentuk suatu hal yang tidak pada dirinya sendiri, tetapi sebuah property atau modus hal yang ada – sebagai contoh , sebuah segitiga, rasa, syukur.
3. Ide hubungan , yang timbul dari perbandingan antara satu ide dengan yang lain, seperti hubungan temporal dan spasial, atau hubungan sebab.
Selain ide-ide yang rumit, ada jug aide-ide umum, yang dihasilkan dari isolasi ide sederhana dari kompleks – misalnya , putih – dan dari ide universal sejauh ini merupakan karakteristik umum untuk beberapa sensasi serupa. Maka ide-ide umum adalah ide abstrak, dan berguna untuk menandakan koleksi sensasi umum
Locke menjelaskan bahwa pengalaman ada dua yaitu eksternal dan internal.
1. Pengalaman eksternal, yang disebut sensasi, member kit aide-ide yang
seharusnya obyek eksternal , sperti warna, suara, ekstensi, gerak . dll Locke
mengatakan “ seharusnya objek “ karena keberadaan mereka belum terbukti (Dalam teori pengetahuan terbatas pada pengalaman konten mental, seperti
Locke adalah sangat tidak mungkin untuk membuktikan keberadaan actual
seharusnya ini objek )
2. Pengalaman internal, yang disebut refleksi, membuat kita memahami
pengoperasian sangat pada objek sensasi, seperti tahu, ragu, percaya dsb.
Bagi Locke , sensasi dan refleksi diklasifikasikan sebagai sederhana dan
kompleks, menurut nya dapat diminimalkan unsure, seperti warna putih , kegendutan atau dikembalikan pada elemen lebih sederhana. Dengan demikian gagasan mengenai sebuah apel itu kompleks karena merupakan kombinasi dari ide-ide sederhana warna, bulat, rasa dan sebagainya. Semangat regards pasif sebagai ide sederhana , tidak ada yang bias memiliki ide suara, misalnya, jika tidak dilengkapi kepadanya. Sebaliknya , semangat aktif tentang ide – ide kompleks karena dapat mengurangi mereka untuk unsure-unsur yang sederhana dan dapat membuat ide-ide kompleks baru dari elemen-elemen ini
Locke membedakan 3 kelas ide kompleks :
1. Ide substansi , mewakili konstan atau stabil kumpulan ide-ide sederhana yang
berkaitan dengan substratum misterius yang merupakan pusat mempersatukan
mereka
2. Ide – ide mode , yang menghasilkan dari kombinasi oleh intelek dari beberapa ide-ide, sedemikian rupa untuk membentuk suatu hal yang tidak pada dirinya sendiri, tetapi sebuah property atau modus hal yang ada – sebagai contoh , sebuah segitiga, rasa, syukur.
3. Ide hubungan , yang timbul dari perbandingan antara satu ide dengan yang lain, seperti hubungan temporal dan spasial, atau hubungan sebab.
Selain ide-ide yang rumit, ada jug aide-ide umum, yang dihasilkan dari isolasi ide sederhana dari kompleks – misalnya , putih – dan dari ide universal sejauh ini merupakan karakteristik umum untuk beberapa sensasi serupa. Maka ide-ide umum adalah ide abstrak, dan berguna untuk menandakan koleksi sensasi umum
Teori yang sangat penting darinya adalah tentang gejala kejiwaan adalah
bahwa
jiwa itu pada saat mula-mula seseorang dilahirkan bersih bagaikan sebuah tabularasa
jiwa itu pada saat mula-mula seseorang dilahirkan bersih bagaikan sebuah tabularasa
3. Karya yang fundamental
Dalam Buku Yang berjudul “ essay concerning human understanding “, Locke menjelaskan terungkapnya bertahap pikiran sadar ini.Berdebat melawan baik Agustinian pandangan manusia sebagai awalnya berdosa dan cartesia posisi, yang menyatakan bahwa orang bawaan tahu dasar proposisi logis. Locke berpendapat sebuah “ kosong “ pikiran, tabularasa, yang dibentuk oleh pengalaman ; sensasi dan refleksi menjadi dua sumber dari semau ide. Pemikiran mengenai pendidikan adalah garis besar tentang bagaimana mendidik pikiran ini, ia mengungkapkan keyakinan bahwa pendidikan yang menerbitkan orang itu atau lebih mendasar bahwa pikiran adalah sebuah “ lemari kosong “ dengan pernyataan, “ . Dalam teori tabularasa yang menyatakan bahwa kita dilahirkan dengan keadaan jiwa yang bersih , seperti kertas putih tanpa sifat dan tanpa idea. Apa yang kita ketahui atau kita pikirkan datang dari pengalaman. Semua informasi berdasarkan pengalaman, baik melaui alat dria kita ataupun melalui refleksi yang seterusnya sampai kepada jiwa kita.Karena itu locke ada dua sumber pengetahuan , yaitu “ pengindraan “ dan “ refleksi “.
Pengatahuan pengindraan berhubungan dengan pengalaman lahiriah , sedangkan refleksi berhubungan dengan pangalaman batiniah.
Dalam Buku Yang berjudul “ essay concerning human understanding “, Locke menjelaskan terungkapnya bertahap pikiran sadar ini.Berdebat melawan baik Agustinian pandangan manusia sebagai awalnya berdosa dan cartesia posisi, yang menyatakan bahwa orang bawaan tahu dasar proposisi logis. Locke berpendapat sebuah “ kosong “ pikiran, tabularasa, yang dibentuk oleh pengalaman ; sensasi dan refleksi menjadi dua sumber dari semau ide. Pemikiran mengenai pendidikan adalah garis besar tentang bagaimana mendidik pikiran ini, ia mengungkapkan keyakinan bahwa pendidikan yang menerbitkan orang itu atau lebih mendasar bahwa pikiran adalah sebuah “ lemari kosong “ dengan pernyataan, “ . Dalam teori tabularasa yang menyatakan bahwa kita dilahirkan dengan keadaan jiwa yang bersih , seperti kertas putih tanpa sifat dan tanpa idea. Apa yang kita ketahui atau kita pikirkan datang dari pengalaman. Semua informasi berdasarkan pengalaman, baik melaui alat dria kita ataupun melalui refleksi yang seterusnya sampai kepada jiwa kita.Karena itu locke ada dua sumber pengetahuan , yaitu “ pengindraan “ dan “ refleksi “.
Pengatahuan pengindraan berhubungan dengan pengalaman lahiriah , sedangkan refleksi berhubungan dengan pangalaman batiniah.
Semua pengetahuan kita kaya dengan gagasan – gagasan (
ide – ide ) yang kita
peroleh melalui pengalaman dalam kejadian hidup sehari – hari. Pengetahuan merupakan hasil pengujian terhadap ide . Kemudian timbul pertanyaan apakah antara idea yang satu dengan idea yang lainnya ada persesuaian . Dalam hal ini ada empat bentuk yang muncul, yaitu :
1) dalam bentuk identitas atau perbedaan ,
2) dalam bentuk hubungan ,
3) dalam bentuk koeksistensi atau berada bersama-sama ,
4) dalam bentuk kenyataan.
Dalam bentuk yang pertama , pengetahuan diperoleh dengan cara memeriksa dua idea atau lebih, untuk melihat apakah ada persamaan atau perbedaan . Dalam pengetahuan yang kedua yaitu ada dua atau lebih idea yang berhubungan satu sama lain. Dalam bentuk yang ketiga , yaitu pengetahuan yang berpangkal pada kecocokan antara idea yang satu dengan yang lainnya . Bentuk yang terakhir , yakni pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada pengalaman yang berada di luar jiwa kita. Mayer menyimpulkan dari buku “ essay concerning human understanding “ sebagai berikut: Menurut John Locke , kita dapat menyatakan dunia luar secara pasti tanpa penyataan logika . Logika silogisme dari Aristoteles tidak membantu kita untuk mendapatkan pengetahuan . Memang dala matematik terdapat silogisme , namun hal itu tumbuh dari dalil -dalil matematik yang bertautan. Kita harus selamanya dibimbing oleh pengalaman , dan probabilitas merupakan penunjuk jalan bagi kita untuk mendapatkan pengetahuan . Locke juga mengemukakan bahwa ada perbedaan antara pikiran kita dengan dunia obyektif . Kita tidak dapat mengenal esensi yang sebenarnya ( hakikat ) dari
phenomena material maupun spiritual. Ada hubungan yang erat antara sebab dan akibat.
John Locke sebagai penganut teori tabularasa , teori kertas putih, kertas tidak tertulis. Dalam bidang pendidikan , ia menganjurkan pengamatan gejala-gejala psikis, manurutnya , segala sesuatu . Melalui pengalaman inderawilah helai -helai kertas itu diisi. Artinya pengamatan dengan pancaindera akan mengisi jiwa dengan kesan-kesan ( sensation ) yang dengan jalan sistesis, analisis dan perbandingan diolah menjadi pengetahuan ( reflexion ).
Sebagai pendidik , John Locke mengutamakan pendidikan jasmani. Dia juga menganjurkan pakaian yang cocok , tidak terlalu panas dan tidak terlalu sempit , makanan sehat tanpa pedas, sering menghirup udara segar, melakukan gerak olah raga , serta kapala dan kaki harus selalu dingin. John Locke mengutamakan pendidikan di rumah daripada di sekolah, karena pendidikan di rumah member kesempatan mengenal dari dekatkepribadian anak.
Ciri didaktik John Locke adalah :
1). Belajar seperti bermain,
2). Mengajarkan mata pelajaran berturut-turut , tidak sama ,
3). Mengutamakan pengalaman dan pengamatan ,
4). Mengutamakan pendidikan budi pekerti
Perihal pendidikan budi pekerti , John Locke menekankan soal menahan diri dan membangkitkan rasa harga diri,pendapat orang harus menjadi salah satu alasan penting untuk perbuatan susila . Selain itu anak harus memperhatikan apakah orang lain menyetujui atau mencela.
John Locke mementingkan kepatuhan si anak. Dari permulaan anak harus
dibiasakan kepada yang baik – baik. Pendidikan harus dapat mempertahankan
kewibawaannya. Ia menolak hukuman – hukuman dan hadiah. Ia pun menolak pendidikan agama yang berlebihan. Menurutnya , anak lebih baik disuruh membaca cerita-cerita Bibel John locke adalah filusuf yang mengabdikan dirinya bukan hanya kepada dunia kedokteran tetapi ia juga pakar dalam pendidikan , ia sangat tertarik dalam pembentukan kemampuan yang dimiliki oleh anak, bahwa segala sesutu sangat dipengaruhi oleh lingkungang yang memadai baik dari sarana maupun oleh latih yang terus nerus. Itu semua dianggap benar karena tanpa ada lingkungan luar anak tidak akan kelihatan kemampuan baik kemampuan nyata ( actualty ability ) yang langsung dapat diketahui pada saat individu telah mengalami proses belajar , maupun kemampuan bakat ( potencial ability ) yaitu kemampuan potensi individu yang dimiliki secara khusus tidak dimiliki oleh individu lain , hanya mungkin di sini john terlalu mengabaikan lingkungan alami ( natural ) yang dimiliki oleh setiap anak, karena setiap individu, heriditas yang dimiliki oleh individu oleh john locke sangat diabaikan, beliau memandang bahwa pembawaan yang dimiliki oelh individu itu tidak ada , semua yang dimiliki oleh anak sekarang hanyalah pengaruh atau didikan dari luar semata. Sementara menurut aliran holistik bahwa manusia ( human being ) itu merupakan kesatuan jiwa raga ( a whole being ) yang tak terpisahkan satu sam lain, bahwa di dalam organisme itu terdapat dorongan ( drives ) yang bersumber pada kebutuhan dasarnya ( basic needs ) yang merupakan daya penggerak ( motives ) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Holistik menekankan bahwa prilaku itu bertujuan ( purposive ) , yang berarti aspek instrinsik ( niat, tekad, azam ) dari dalam individu merupakan factor
penentu yang penting untuk melahirkan prilaku tertentu meskipun tanpa adanya
perangsang ( stimulus ) yang datang dari lingkungan.
peroleh melalui pengalaman dalam kejadian hidup sehari – hari. Pengetahuan merupakan hasil pengujian terhadap ide . Kemudian timbul pertanyaan apakah antara idea yang satu dengan idea yang lainnya ada persesuaian . Dalam hal ini ada empat bentuk yang muncul, yaitu :
1) dalam bentuk identitas atau perbedaan ,
2) dalam bentuk hubungan ,
3) dalam bentuk koeksistensi atau berada bersama-sama ,
4) dalam bentuk kenyataan.
Dalam bentuk yang pertama , pengetahuan diperoleh dengan cara memeriksa dua idea atau lebih, untuk melihat apakah ada persamaan atau perbedaan . Dalam pengetahuan yang kedua yaitu ada dua atau lebih idea yang berhubungan satu sama lain. Dalam bentuk yang ketiga , yaitu pengetahuan yang berpangkal pada kecocokan antara idea yang satu dengan yang lainnya . Bentuk yang terakhir , yakni pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada pengalaman yang berada di luar jiwa kita. Mayer menyimpulkan dari buku “ essay concerning human understanding “ sebagai berikut: Menurut John Locke , kita dapat menyatakan dunia luar secara pasti tanpa penyataan logika . Logika silogisme dari Aristoteles tidak membantu kita untuk mendapatkan pengetahuan . Memang dala matematik terdapat silogisme , namun hal itu tumbuh dari dalil -dalil matematik yang bertautan. Kita harus selamanya dibimbing oleh pengalaman , dan probabilitas merupakan penunjuk jalan bagi kita untuk mendapatkan pengetahuan . Locke juga mengemukakan bahwa ada perbedaan antara pikiran kita dengan dunia obyektif . Kita tidak dapat mengenal esensi yang sebenarnya ( hakikat ) dari
phenomena material maupun spiritual. Ada hubungan yang erat antara sebab dan akibat.
John Locke sebagai penganut teori tabularasa , teori kertas putih, kertas tidak tertulis. Dalam bidang pendidikan , ia menganjurkan pengamatan gejala-gejala psikis, manurutnya , segala sesuatu . Melalui pengalaman inderawilah helai -helai kertas itu diisi. Artinya pengamatan dengan pancaindera akan mengisi jiwa dengan kesan-kesan ( sensation ) yang dengan jalan sistesis, analisis dan perbandingan diolah menjadi pengetahuan ( reflexion ).
Sebagai pendidik , John Locke mengutamakan pendidikan jasmani. Dia juga menganjurkan pakaian yang cocok , tidak terlalu panas dan tidak terlalu sempit , makanan sehat tanpa pedas, sering menghirup udara segar, melakukan gerak olah raga , serta kapala dan kaki harus selalu dingin. John Locke mengutamakan pendidikan di rumah daripada di sekolah, karena pendidikan di rumah member kesempatan mengenal dari dekatkepribadian anak.
Ciri didaktik John Locke adalah :
1). Belajar seperti bermain,
2). Mengajarkan mata pelajaran berturut-turut , tidak sama ,
3). Mengutamakan pengalaman dan pengamatan ,
4). Mengutamakan pendidikan budi pekerti
Perihal pendidikan budi pekerti , John Locke menekankan soal menahan diri dan membangkitkan rasa harga diri,pendapat orang harus menjadi salah satu alasan penting untuk perbuatan susila . Selain itu anak harus memperhatikan apakah orang lain menyetujui atau mencela.
John Locke mementingkan kepatuhan si anak. Dari permulaan anak harus
dibiasakan kepada yang baik – baik. Pendidikan harus dapat mempertahankan
kewibawaannya. Ia menolak hukuman – hukuman dan hadiah. Ia pun menolak pendidikan agama yang berlebihan. Menurutnya , anak lebih baik disuruh membaca cerita-cerita Bibel John locke adalah filusuf yang mengabdikan dirinya bukan hanya kepada dunia kedokteran tetapi ia juga pakar dalam pendidikan , ia sangat tertarik dalam pembentukan kemampuan yang dimiliki oleh anak, bahwa segala sesutu sangat dipengaruhi oleh lingkungang yang memadai baik dari sarana maupun oleh latih yang terus nerus. Itu semua dianggap benar karena tanpa ada lingkungan luar anak tidak akan kelihatan kemampuan baik kemampuan nyata ( actualty ability ) yang langsung dapat diketahui pada saat individu telah mengalami proses belajar , maupun kemampuan bakat ( potencial ability ) yaitu kemampuan potensi individu yang dimiliki secara khusus tidak dimiliki oleh individu lain , hanya mungkin di sini john terlalu mengabaikan lingkungan alami ( natural ) yang dimiliki oleh setiap anak, karena setiap individu, heriditas yang dimiliki oleh individu oleh john locke sangat diabaikan, beliau memandang bahwa pembawaan yang dimiliki oelh individu itu tidak ada , semua yang dimiliki oleh anak sekarang hanyalah pengaruh atau didikan dari luar semata. Sementara menurut aliran holistik bahwa manusia ( human being ) itu merupakan kesatuan jiwa raga ( a whole being ) yang tak terpisahkan satu sam lain, bahwa di dalam organisme itu terdapat dorongan ( drives ) yang bersumber pada kebutuhan dasarnya ( basic needs ) yang merupakan daya penggerak ( motives ) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Holistik menekankan bahwa prilaku itu bertujuan ( purposive ) , yang berarti aspek instrinsik ( niat, tekad, azam ) dari dalam individu merupakan factor
penentu yang penting untuk melahirkan prilaku tertentu meskipun tanpa adanya
perangsang ( stimulus ) yang datang dari lingkungan.
Dari hasil uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pendidikan sangat didominan dipengaruhi oleh lingkungan luar
2. Individu memiliki pengetahuan hasil dari pengalaman
3. Pendidikan yang digagas oleh John Locke bersifat utilistis, yang didasarkan pada kegunaan
4. Proses pendidikanlah yang memberi banyak hal kepada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, MIF,(2007) Ensiklopedia Tokoh Pendidikan . Bandung: Nuansa
Saduloh , Uyoh,(1993), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung :Publikasi
Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan FIP IKIP
Syamsudin .M, Abin, ( 2000 ), Psikologi Pendidikan , Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Wikipedia Bahasa Indonesia , Ensiklopedia Bebas
http://en.wikipedia.org/wiki/John_Lock
sy copas ya. thx sangat berguna...
BalasHapus