welcome to my blog

welcome to my blog

Sabtu, 21 Desember 2013

Teori Montessori dan Jhon Loc

Teori Menurut Montesorri

Montessori dilahirkan di Ancona, Italia 1870, Ayahnya seorang pejabat sipil yang berpengaruh namun masih memiliki pandangan konservatif tentang peran wanita di masyarakat. Sebaliknya ibunya berpandangan wanita harus maju dan mencapai cita-citanya sejauh mungkin yang dapat dicapai dalam hidup.

         Pada usia 26 tahun Montessori menjadi dokter wanita pertama di Italia. Ia ditugaskan menjabat sebagai bagian perawatan medis untuk menangani pasien dari rumah sakit jiwa dan di sanalah ia menemui anak-anak keterbelakangan mental yang mempunyai cara mereka sendiri untuk belajar. Hal ini merupakan sebab utama yang membakar kecintaannya pada pendidikan dan dunia anak-anak. Dimulai dengan fasilitas tempat penitipan anak di salah satu lingkungan termiskin di Roma, Montessori meletakkan berbagai teorinya dalam praktek. Kedua metode itu dipengaruhi oleh pelatihan sebelumnya di bidang kedokteran, pendidikan, dan antropologi.
               
Teori Perkembangan Montessori
Anak memiliki kemampuan sendiri untuk belajar sesuai dengan tingkat kematangannya dan anak belajar dengan
cara yang berbeda dengan orang dewasa. Ada saat dimana anak akan sangat peka terhadap lingkungannya, saat tersebut dinamakan Montessori sebagai Sensitive periods.

Sensitive periods
Adalah suatu masa dimana anak-anak akan sangat mudah menguasai tugas-tugas tertentu. Apabila anak dicegah untuk menikmati pengalaman-pengalaman yang dipandu secara alamiah itu, maka kemampuan-kemampuan yang harusnya dicapai pada masa peka itu tidak akan dimiliki dan hal ini akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Menurut montessori ada 5 masa sensitif, yaitu:

·         Sensitive periods for order (0 – 3 tahun)

            Masa peka untuk keteraturan terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan. Anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap keteraturan. Setelah anak dapat bergerak/berpindah, mereka suka meletakkan benda-benda sesuai dengan tempatnya. Apabila ada buku atau pensil yang tidak terletak di tempatnya, anak akan mengembalikan buku atau pensil tersebut ke tempatnya. Dan bahkan sebelum memasuki periode ini mereka sering menjadi marah jika melihat sesuatu yang tidak pada tempatnya.

·         Sensitive periods for details (1 – 2 tahun)

            Anak-anak akan memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang kecil. Sebagai contoh, mereka dapat mendeteksi adanya serangga yang kecil yang tidak terperhatikan oleh orang dewasa. apabila mereka melihat suatu gambar, mereka akan mengabaikan obyek utama gambar dan akan beralih memperhatikan hal-hal kecil yang ada dilatar belakang obyek utama gambar. Kepedulian akan detail ini menandakan perubahan di dalam perkembangan psikis anak.

·         Sensitive periods for using hands (18 bulan – 3 tahun)

            Anak-anak secara konsisten menggenggam benda-benda yang disentuhnya. Anak-anak menyukai aktivitas membuka dan menutup benda-benda (dengan seluruh telapak tangannya), memasukan benda-benda ke dalam suatu wadah, menuangkannya keluar dan memasukkannya kembali (dengan seluruh telapak tangannya). Selama dua tahun berikutnya atau lebih mereka memperbaiki gerakan dan indera sentuhan mereka.

·         Sensitive periods for movements

            Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan. Belajar berjalan adalah sejenis kelahiran kedua, anak berubah dari makhluk yang tidak berdaya menjadi makhluk yang aktif. Anak-anak didorong oleh implus yang tidak bisa dilawan dalam upaya mereka untuk berjalan, dan mereka berjalan dengan bangga seolah-olah mereka telah menemukan caranya.


·         Sensitive periods for learning language

a)      Secara tidak sadar (3 bln - 3 thn)

            Anak-anak menyerap bunyi-bunyi, kata-kata, dan tata bahasa dari lingkungannya. Anak-anak mempelajari bahasa tanpa banyak memikirkannya, anak-anak tidak pernah memikirkan imbuhan dapat mengubah suatu arti, atau anak-anak penutur bahasa inggris yang tidak pernah memikirkan tenses, atau anak-anak penutur bahasa spanyol yang tidak pernah memikirkan tentang kata benda yang berubah mengikuti subjeknya, anak-anak tidak pernah berpikir sekeras itu untuk mempelajari bahasa ibunya.

            Montessori menganggap bahwa anak-anak telah dibekali suatu mekanisme untuk mempelajari suatu bahasa dengan tidak disadarinya. Anak-anak akan memulai dengan mengoceh terlebih dahulu sebelum ia muali berbicara dengan kata-kata bermakna. Setelah itu anak akan memasuku tahapan “kalimat dua kata,” untuk kemudian menguasai pembuatan kalimat dengan struktur yang lebih kompleks.

            Tahapan-tahapan itu tidak selalu berkesinambungan, bisa saja anak terlihat tidak terdapat kemajuan sama sekali, lalu tiba-tiba meraih prestasi baru yang sempurna.


b)   Secara sadar (3 - 6 tahun)
Jika pada usia 3 bulan sampai dengan 3 tahun anak-anak mempelajari bahasa secara tidak sadar, anak-anak pada usia 3 sampai dengan 6 tahun mempelajari bahasa dengan sadar. Dengan tidak kehilangan masa peka-nya, anak mempelajari bentuk- bentuk tata bahasa baru dengan penuh kesadaran.

Pendidikan Dengan Metode Montessori

·         Pendidikan di Rumah

            Pada masa peka anak-anak mendapatkan impuls dari dalam dirinya untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman tertentu. Tugas orang tua menurut Montessori bukanlah mengajar secara langsung tetapi menghargai usaha anak untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman itu. Orang tua dapat memantau minat-minat anak dan kemudian memberi kesempatan anak untuk memenuhi minat-minat anak tersebut.

·         Pendidikan di Sekolah (yang Menganut Pola Pendidikan Montessori)

            Pada tahun 1907 Dr. Montessori membuka sekolah pertamanya di Roma. Walaupun begitu nama Montessori bukanlah merek dagang, sehingga nama “Sekolah Montessori” bukan hanya melekat pada sekolah yang didirikannya saja, tetapi juga pada sekolah-sekolah yang mengimplementasikan ide-ide Montessori.

            Ciri khas sekolah Montessori dibanding sekolah konvensional, diantaranya:

·         Kemandirian dan Konsentrasi

            Montessori percaya bahwa anak-anak dapat belajar dengan sendirinya jika mereka menemukan hal yang menarik bagi mereka. Guru-guru di sekolah Montessori hanya sebagai fasilitator dengan menyediakan material-material.

·         Pilihan Bebas

            Pilihan bebas biasanya membawa anak-anak kepada pengerjaan tugas-tugas yang paling berkesan bagi anak. Guru percaya kalau anak-anak akan memilih dengan bebas tugas-tugas yang sesuai dengan kebutuhan batiniah mereka pada saat itu. Selain itu tugas guru juga memperkenalkan tugas baru yang disesuaikan dengan kesiapan anak-anak.


·         Hukuman dan Penghargaan

            Montessori berpendapat bahwa otoritas dari luar justru akan mengganggu proses belajar mandiri anak, anak-anak akan belajar dengan dorongan sempurna sesuai dengan kapasitasnya jika mereka menemukan material-material yang sesuai.

·         Mempersiapkan untuk mempelajari keterampilan

            Keterampilan yang lebih sulit membutuhkan beberapa keahlian untuk dikuasai, Montessori mengembangkan material-material yang memungkinkan anak mempelajari suatu keterampilan secara bertahap.

·         Membaca dan Menulis

            Anak-anak akan diajari membaca dan menulis secara bertahap, anak akan diajari menulis pada saat berada di masa peka terhadap bahasa. anak-anak tidak akan diberikan buku sebelum bisa membaca, hal ini untuk menghindari rasa frustasi membaca buku.

·         Menekan prilaku yang tidak diharapkan

            Walaupun hukuman dan penghargaan diharapkan tidak ada, tetapi Penghargaan terhadap material pelajaran dan penghargaan terhadap anak lain berusaha dikembangkan secara alamiah, jika seorang anak menggangu anak lain, maka anak itu akan ditinggalkan/tak diacuhkan agar secara tak sadar anak itu belajar menghargai keinginan anak lain untuk tidak diganggu, terkadang guru turut campur dengan mengisolasi anak itu.

            Berdasar pada apa yang diobservasi Montessori individu memiliki masa peka dimana individu tersebut akan lebih memiliki kemampuan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih dari masa lain dikehidupannya. Dalam mendidik anak Montessori berpendapat bahwa setiap anak berkehendak untuk “meng-aktualisasikan” bakat yang dimilikinya dan anak memiliki caranya sendiri untuk menterjemahkan bakat yang ada pada dirinya. Sehingga tugas orang tua hanyalah sebagai penyedia material-material yang dibutuhkan agar minat anak dapat terpenuhi dan menghindari intervensi-intervensi yang dapat menggangu konsentrasi anak-anak.

Beberapa prinsip yang mendasari metode Montessori adalah seabagiberikut :
a. Prinsip Kemerdekaan Anak bebas untuk menentukan apa yang ingin dipelajarinya. Pendidikan hanya akan dapat memberikan kondisi yangmenguntungkan.
b. Prinsip Disiplin Mainan yang boleh dipilih adalah yang belum dipakai orang laindan memakai permainan tersebut haruslah benar.
c. Prinsip Ketidakbergantungan Anak harus belajar melalui permainan yang dipilihnya sebisabisanya dengan bantuan yang minimal dari pihak guru.
d. Prinsip penghargaan kepada penguasa dan mengikuti perintah sesuai intelegen.
e. Prinsip tentang sedikit pujian dan hukumanKarena segala sesuatu berjalan secara wajar dan alamiah, makasedikit diperlukan pujian dan hukuman. Anak dididik untuk memperoleh kepuasan alamiah bukan kepuasan yang bersumber pada orang lain Prinsip dari sederhana ke kompleks Penyajian materi dan aktifitas dalam lingkungan Montessori mengikuti urutan dari sederhana hingga ke yang rumit atau kompleks,memperkenalkan topik baru secara umum lebih dahulu. Lantas pelan-pelan masuk kepada yang lebih spesifik dan dilanjutkan dengan latihan yang agak rumit tahap demi tahap.
Prinsip ini membuat anak bertambah pengetahuan dan kemampuan perlahan-lahan. Dalam memperluas pemahaman dan kemampuan anak tantangan belajar tidak membebani atau melelahkan anak, tetapi menghemat energi anak untuk diakomodasikan buat tataran berikutnya.
g. Prinsip Montessori menekankan pada pengalaman kerja. Metode Montessori menekankan pada kegiatan luar ruangan dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Anak dimotivasi agar menemukan keajaiban alam. Baik melalui kontak langsung dengan tumbuh-tumbuhanatau binatang. Pengalaman nyata memberikan landasan belajar abstrakketika anak mulai belajar.
h. Prinsip perkembangan secara alamiahPrinsip Montessori adalah mendidik anak menurut perkembangannya secara alamiah. Pendidik harus bekerja mengenali periode sensitif dan mengkondisikan lingkungan sekolah yang mendukung anak berkembang secara optimal, khususnya dalam menyelesaikan tugas-tugas dari guru. Guru merangsang anak untuk ikut berpartisipasi, dan pasif mengamati perilaku anak ini memungkinkan guru memantau perkembangan secara alamiah dan minat anak. Dengan demikian guru bisa membantu anak berkembang optimal secara alamiah. Pendekatan Montessori tidak mengalirkan informasi satu arah dari gurukepada anak. Pendekatan Montessori menerima masukan dari anak, menciptakan komunikasi dua arah antara guru dan murid, dan merangsang terciptanya tim di antara anak dalam berbagai usia. Di sini metode Montessori juga mempunyai strategi tersendiri bagi anak seperti:
1) Memberikan kebebasan dan menumbuhkan tanggung jawabMaksud dari strategi ini bebas bergerak dan bermain. Bebas berinteraksi, bebas bekerja sesuai kesensitifan anak. Namun anak tidak bebasmenyia-nyiakan waktu luang, merusak sesuatu, atau mengganggu anak lain.Aturan utamanya adalah melarang perilaku negatif. Jadi anak belajarsepanjang mereka produktif dan tanggung jawab.
2) Memupuk perilaku positif. Pendidik menumbuh kembangkan sikap positif di antara anak dengan memberikan umpan balik yang membangun terhadap upaya anak dalambelajar dan memberikan contoh perilaku yang positif. Memupuk perilaku positif berdasarkan pada lingkungan sosial, termasuk hubungan manusiadengan alam dan benda mati. Menumbuhkan sikap menghargai diri sendiridan orang lain, dengan mencontohkan perilakunya sendiri. Dengan memahami bahwa perilaku negatif bersifat menyakitkan, anak-anak akanbelajar bekerja sama dengan menurut anjuran guru, dan mau menghormatidiri sendiri dan orang lain.
3) Menumbuhkan sikap mandiri. Kita dapat memberikan anak kemandirian, mereka harus memilikisikap mandiri sendiri dari dalam. Dengan bersikap baik dan konsistenterhadap makna kemandirian dan memberikan bimbingan dengan sabar dantelaten, kita dengan sendirinya memupuk anak memiliki kemauan dankemampuan.
4) Memupuk disiplin diri. Disiplin diri atau dorongan dari dalam anak mengatur dan melatih diri sendiri dan meniadakan keharusan disiplin dari luar, dengan membuat anak bertanggung jawab dan memiliki tantangan, pendidik membantu anak belajarsesuatu dan mempersiapkan konsentrasi anak.
Disiplin juga membuat anak tidak lagi menggangu anak lain, karena semakin memahami bahwa merekadapat belajar dengan baik jika teman tidak terganggu.Materi yang telah dipersiapkan dengan baik ikut andil memupukdisiplin anak. Kontrol diri terhadap kesalahan membuat anak maumemeriksa kesalahan tanpa campur tangan pendidik. Sehingga dapatmengerjakan latihan dengan baik sesuai kemauan sendiri dan belajarbagaimana cara mengerjakan sesuatu dengan benar
5) Mempersiapkan lingkungan mengacu pada realita. Montessori percaya anak di bawah usia lima tahun perlu bimbingan membedakan antara kenyataan (realitas) dengan fantasi. Dengan memahami kesukaan anak terhadap perbuatan dan obyek dalam kehidupan sehari-hari,anda akan mengetahui bahwa fantasi di usia sebelumnya, yang diperoleh darikomik atau dongeng, dapat membingungkan anak dalam mempelajari realitalingkungan alam sekitar.Pendekatan Montessori tentu saja tidak mengacu pada fantasi anak. Inibertentangan dengan belajar merangsang keingintahuan anak. Prioritasnya adalah memberikan anak tentang realita dengan menghibur melalui latihan yang bersifat fiksi. Metode Montessori mengelilingi anak dengan alam danobyek nyata, ini membuahkan pengalaman yang disimpan dalam memahami sehingga mampu membedakan antara fantasi yang dilihat dalam media masa dengan realita yang dialami sendiri melalui panca indera.
6) Dalam menanggapi masalah keberadaan dan perkembangan fantasi ada dua psikolog yang berpendapat tentang fantasi.
Dr. Montessori, berpendapat fantasi anak dalam perkembangannya harus dibatasi tidak boleh dibebaskan seleluasa mungkin. Sebab jika fantasi tidak dibatasi, dapat menghambat kemadirian anak-anak, jadi tidak realistis, karena fantasinya seseorang anak dapat terlena dengan dunia khayalnya. Maksudnya bisa dijelaskan dengan contoh, pada masakini anak-anak senang terhadap cerita-cerita anak nakal, sinenek sihir, kuku panjang atau cerita-cerita yang menakutiseorang anak, pada saat kita menceritakan cerita yang seperti itu kepada anak maka ada 2 yang harus dipikirkan apakahanak akan takut terhadap tokoh cerita tersebut, dan apakahanak akan menirukan gaya-gaya yang ada dalam tokoh ceritaitu. Masa-masa ini anak tidak menghiraukan tentang kondisilingkungan, ia senang mementingkan dirinya sendiri.
Frobel : Berpendapat; bahwa fantasi bagi anak harus diberikankesempatan sebebas-bebasnya, tidak usah dibatasi perkembangannya. Sebab dengan keleluasaan berfantasi seorang anak akan memperoleh kepuasan tersendiri, dandengan adanya kepuasan jiwa anak itu, maka ia akan tumbuhdan berkembang jiwanya secara sehat, dan penuh kreatifitas. Maksudnya jika dikaitkan dengan fantasi anak ketikaanak mendengarkan cerita realistis, yaitu masa anak sudahmulai senang terhadap cerita-cerita yang nyata mengenai (pahlawan, sejarah, biologi, dan lain- lain). Pada masa itu anak sudah mulai berkurang fantasi buruknya, sebab pengamatannya sudah mulai tertib, ia tidak bisa membedakan yang khayal danyang realistis. Jadi apabila anak ingin melakukan sesuatu yang diidolakan maka anak akan menirukan dan berkreatifitas seperti idolanya dalam tingkah laku yang wajar.
Pandangan Montessori tentang anak tidak teras dari  pengaruh pemikiran Rouseau, Pestalozzi dan Froebel yang menekankan pentingnya kondisi lingkungan yang bebas dan penuh kasih sayang untuk dapat berkembangnya potensi bawaan anak. Montessori sangat menekankan eksistensi anak  dan ia juga menggagaskan konsep tentang self-construction dalam perkembangan anak.
Menurutnya, suatu fase kehidupan di awal sangat berpengaruh terhadap fase-rase kehidupan selanjutnya artinya bahwa pengalaman-pengalaman yang dialami oleh seorang anak di awal kehidupannya sangat berpengaruh terhadap kedewasaannya kelak begitu juga perlakuan yang di dapatkan anak sejak kecil akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya. Pandangan Montessori tentang anak dapat difahami melalui konsep-konsepnya. Anak mengkonstruksi sendiri perkembangan jiwanya (Child's Selfconstruction) Masa-masa sensitif (Sensitive Periodes) Jiwa Penyerap (Absorben mind) Hukum-hukum perkembangan (  The natural laws governing the child's psychic growth).
Seperti telah diungkapkan di atas bahwa Montessori meyakini bahwa anak secara bawaan telah memiliki suatu pola perkembang  psikis. Selain itu, anak juga memiliki motif yang kuat ke arah pembentukan sendiri jiwanya (self construction).
Dengan dorongan ini anak secara spontan berupaya mengembangkan dan membentuk dirinya melalui pemahaman terhadap lingkungan. Beliau pun mengungkapkan bahwa meskipun anak sudah memiliki pola psikis. bawaan dan dorongan vital untuk mencapainya, tidak  berarti bahwa ia membawa Model-model perilakunya sudah jadi. 

Dengan demikian anak mengembangkan pola-pola perkembangan dan kekuatannya itu sejak lahir melalui pengalaman-pengalaman interaksional pendidikan. Ada dua kondisi yang diperlukan dalam perkembangan anak (Lillard, 1972 dalam Sollehudin,  2000); yakni pertama adalah adanya suatu interaksi yang terpadu antara anak dengan lingkungannya ( baik  benda maupun orang) dan ke dua adalah adnya kebebasan bagi anak. Montessori yakin bahwa dalam tahun-tahun awal seorang anak mempunyai
apa yang dia sebut sebagai  "sensitive periods"  artinya selama masa ini seorang individu mudah menerima stimulus-stimulus tertentu.
Masa-masa sensitif yang diungkapkan Montessori yaitu :
Lahir - 3 tahun -> Pikiran dapat menyerap pengalaman - pengalaman sensoris
        1,5 – 3 tahun     -> Perkembangan bahasa
        1,5 – 4 tahun     ->  Koordinasi dan perkembangan otot, minat pada benda-benda kecil
      2 – 4 tahun       ->  Peneguhan gerakan minat pada kebenaran dan realitas menyadari urutan dalam waktu dan ruang
       2,5 – 6 tahun      -> Peneguhan sensoris
       3 – 6 tahun         ->  Rawan pengaruh orang dewasa
       3,5 – 4,5 tahun   ->  Menulis
       4 – 4,5 tahun      -> Kepekaan indera
       4,5 – 5,5 tahun   -> Membaca

S        Selain itu, montessori meyakini bahwa jiwa anak masih belum terbentuk. Dengan pengetahuan  yang dimilikinya, orang dewasa dapat membangun pengetahuan-pengetahuan lainnya. Gejala psikis yangmemungkinkan anak untuk
membangun pengetahuannya itu dikenal dengan konsep  absorbent mind.  Dengan gejala psikis ini anak dapat melakukan penyerapan tak sadar terhadap lingkungan.
Kemudian anak menggabungkan pengetahuan secara langsung ke dalam kehidupan psikisnya. Kesan-kesan yang diperolehnya melalui proses ini tidak semata-mata memasuki jiwa anak, tetapi juga membentuknya. Proses tak sadar tersebut selanjutnya diganti secara berangsur-angsur oleh proses atau aktivitas jiwa yang disadari.

Daftar Pustaka
Asmidayati, dkk. Tokoh Filsafat Pendidikan Dr. Maria Montessori. 2011. Yogyakarta: UNY

The Global Source For Summaries & Reviews. Prinsip-prinsip Montessori 


Teori menurut John Locke

John Locke adalah filsuf dari Inggris dengan pandangan empirisme , Ia sering disebut sebagai tokoh yang memberikan titik terang dalam perkembangan psikologi. Menurut empirisme , yang menjadi sumber pengetahuan adalah empiri, atau pengalaman, baik pengalaman batiniah maupun pengalaman lahiriah, Pengikut empirisme tidak puas dengan teori pengetahuan rasionalis, mereka mencoba untuk mencari teori pengatahuan lainnya yang konsisten dengan pengalaman manusia dalam kehidupannya sehari -hari. Kaum empiris bertitik tolak dari pengalaman alat dria sebagai sumber dan dasar bagi apa yang kita ketahui.Selanjutnya pengalaman mengajarkan bahwa prinsif-prinsif moral tertentu dan pengertian tentang Allah, jauh dari bawaan, berbeda dengan orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda. Oleh karena itu tidak terdapat ide bawaan; intelek kita, pada saat pertama keberadaanya. Oleh karena itu tidak terdapat ide bawaan ; intelek kita, pada saat pertama keberadaannya adalah sebuah tabularasa , sebuah kertas bersih yang belum ditulis. Semua tayangan kita kemudian menemukan diatasnya ( yang bagi Locke adalah ide-ide ) berasal dari pengalaman.

Locke menjelaskan bahwa pengalaman ada dua yaitu eksternal dan internal.
1.  Pengalaman eksternal, yang disebut sensasi, member kit aide-ide yang
seharusnya obyek eksternal , sperti warna, suara, ekstensi, gerak . dll Locke
mengatakan “ seharusnya objek “ karena keberadaan mereka belum terbukti (Dalam teori pengetahuan terbatas pada pengalaman konten mental, seperti
Locke adalah sangat  tidak mungkin untuk membuktikan keberadaan actual
seharusnya ini objek )
2.  Pengalaman internal, yang disebut refleksi, membuat kita memahami
pengoperasian sangat pada objek sensasi, seperti tahu, ragu, percaya dsb.
Bagi Locke , sensasi dan refleksi diklasifikasikan sebagai sederhana dan
kompleks, menurut nya dapat diminimalkan unsure, seperti warna putih , kegendutan atau dikembalikan pada elemen lebih sederhana. Dengan demikian gagasan mengenai sebuah apel itu kompleks karena merupakan kombinasi dari ide-ide sederhana warna, bulat, rasa dan sebagainya. Semangat regards pasif sebagai ide sederhana , tidak ada yang bias memiliki ide suara, misalnya, jika tidak dilengkapi kepadanya. Sebaliknya , semangat aktif tentang ide  –  ide kompleks karena dapat mengurangi mereka untuk unsure-unsur yang sederhana dan dapat membuat ide-ide kompleks baru dari elemen-elemen ini

Locke membedakan 3 kelas ide kompleks :
1.  Ide substansi  , mewakili konstan atau stabil kumpulan ide-ide sederhana yang
berkaitan dengan substratum misterius yang merupakan pusat mempersatukan
mereka
2.  Ide  –  ide mode ,  yang menghasilkan dari kombinasi oleh intelek dari beberapa ide-ide, sedemikian rupa untuk membentuk suatu hal yang tidak pada dirinya sendiri, tetapi sebuah property atau modus hal yang ada –  sebagai contoh , sebuah segitiga, rasa, syukur.
3.  Ide hubungan ,   yang timbul dari perbandingan antara satu ide dengan yang lain, seperti hubungan  temporal dan spasial, atau hubungan sebab.

Selain ide-ide yang rumit, ada jug aide-ide umum, yang dihasilkan dari isolasi ide sederhana dari kompleks –  misalnya , putih –  dan dari ide universal sejauh ini merupakan karakteristik umum untuk beberapa sensasi serupa. Maka ide-ide umum adalah ide abstrak, dan berguna untuk menandakan koleksi sensasi umum
Teori yang sangat penting darinya adalah tentang gejala kejiwaan adalah bahwa
jiwa itu pada saat mula-mula seseorang dilahirkan bersih bagaikan sebuah tabularasa
 
3.  Karya yang fundamental
Dalam  Buku Yang berjudul  “  essay concerning human understanding  “, Locke menjelaskan terungkapnya bertahap pikiran sadar ini.Berdebat melawan baik Agustinian pandangan manusia sebagai awalnya berdosa dan cartesia posisi, yang menyatakan bahwa orang bawaan tahu dasar proposisi logis. Locke berpendapat sebuah “ kosong “ pikiran, tabularasa, yang dibentuk oleh pengalaman ; sensasi dan refleksi menjadi dua sumber dari semau ide. Pemikiran mengenai pendidikan adalah garis besar tentang bagaimana mendidik pikiran ini, ia mengungkapkan keyakinan bahwa pendidikan yang menerbitkan orang itu atau lebih mendasar bahwa pikiran adalah sebuah “ lemari kosong “ dengan pernyataan, “ . Dalam teori tabularasa yang menyatakan bahwa kita dilahirkan dengan keadaan jiwa yang bersih , seperti kertas putih tanpa sifat dan tanpa idea. Apa yang kita ketahui atau kita pikirkan datang dari pengalaman. Semua informasi berdasarkan pengalaman, baik melaui alat dria kita ataupun melalui refleksi yang seterusnya sampai kepada jiwa kita.Karena itu locke ada dua sumber pengetahuan , yaitu “ pengindraan “ dan “ refleksi  “.
Pengatahuan pengindraan berhubungan dengan pengalaman lahiriah , sedangkan refleksi berhubungan dengan pangalaman batiniah.
 
Semua pengetahuan kita kaya dengan gagasan  –  gagasan ( ide  –  ide ) yang kita
peroleh melalui pengalaman dalam kejadian hidup sehari  –  hari. Pengetahuan merupakan hasil pengujian terhadap ide . Kemudian timbul pertanyaan apakah antara idea yang satu dengan idea yang lainnya ada persesuaian . Dalam hal ini ada empat bentuk yang muncul, yaitu :
1) dalam bentuk identitas atau  perbedaan ,
2) dalam bentuk hubungan ,
3) dalam bentuk koeksistensi atau berada bersama-sama ,
4) dalam bentuk kenyataan.

Dalam bentuk yang pertama , pengetahuan diperoleh dengan cara memeriksa dua idea atau lebih, untuk melihat apakah ada persamaan atau perbedaan . Dalam pengetahuan yang kedua yaitu ada dua atau lebih idea yang berhubungan satu sama lain. Dalam bentuk yang ketiga , yaitu pengetahuan yang berpangkal pada kecocokan antara idea yang satu dengan yang lainnya . Bentuk yang terakhir , yakni pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada pengalaman yang berada di luar jiwa kita. Mayer menyimpulkan dari buku “  essay concerning human understanding  “ sebagai berikut: Menurut John Locke , kita dapat menyatakan dunia luar secara pasti tanpa penyataan  logika . Logika silogisme dari Aristoteles tidak membantu kita untuk mendapatkan pengetahuan . Memang dala matematik terdapat silogisme , namun hal itu tumbuh dari dalil -dalil matematik yang bertautan. Kita harus selamanya dibimbing oleh pengalaman , dan  probabilitas merupakan penunjuk jalan bagi kita untuk mendapatkan pengetahuan . Locke juga mengemukakan bahwa ada perbedaan antara pikiran kita dengan dunia obyektif . Kita tidak dapat mengenal esensi yang sebenarnya ( hakikat ) dari
phenomena material maupun spiritual. Ada hubungan yang erat antara sebab dan akibat.
John Locke sebagai penganut teori tabularasa , teori kertas putih, kertas tidak tertulis. Dalam bidang pendidikan , ia menganjurkan pengamatan gejala-gejala psikis, manurutnya , segala sesuatu  . Melalui pengalaman inderawilah helai -helai kertas itu diisi. Artinya pengamatan dengan pancaindera akan mengisi jiwa dengan kesan-kesan ( sensation ) yang dengan jalan sistesis, analisis dan perbandingan diolah menjadi pengetahuan ( reflexion ).
Sebagai pendidik , John Locke mengutamakan pendidikan jasmani. Dia juga menganjurkan pakaian yang cocok , tidak terlalu panas dan tidak terlalu sempit , makanan sehat tanpa pedas, sering menghirup udara segar, melakukan gerak olah raga , serta kapala dan kaki harus selalu dingin. John Locke mengutamakan pendidikan di rumah daripada di sekolah, karena pendidikan di rumah member kesempatan mengenal dari dekatkepribadian anak.
Ciri didaktik John Locke adalah :
1). Belajar seperti bermain,
2). Mengajarkan mata pelajaran berturut-turut , tidak sama ,
3). Mengutamakan pengalaman dan pengamatan ,
4). Mengutamakan pendidikan budi pekerti
Perihal pendidikan budi pekerti , John Locke menekankan soal menahan diri dan membangkitkan rasa harga diri,pendapat orang  harus menjadi salah satu alasan penting untuk perbuatan susila . Selain itu anak harus memperhatikan apakah orang lain menyetujui atau mencela.
John Locke mementingkan kepatuhan si anak. Dari permulaan anak harus
dibiasakan kepada yang baik  –  baik. Pendidikan harus dapat mempertahankan
kewibawaannya. Ia menolak hukuman  –  hukuman dan hadiah. Ia pun menolak pendidikan agama yang berlebihan. Menurutnya , anak lebih baik disuruh membaca cerita-cerita Bibel John locke adalah filusuf yang mengabdikan dirinya bukan hanya kepada dunia kedokteran tetapi ia juga pakar dalam pendidikan , ia sangat tertarik dalam pembentukan kemampuan yang dimiliki oleh anak, bahwa segala sesutu sangat dipengaruhi oleh lingkungang yang memadai baik dari sarana maupun oleh latih yang terus nerus. Itu semua dianggap benar karena tanpa ada lingkungan luar anak tidak akan kelihatan kemampuan baik kemampuan nyata ( actualty ability ) yang langsung dapat diketahui pada saat individu telah mengalami proses belajar , maupun kemampuan bakat ( potencial ability ) yaitu kemampuan potensi individu yang dimiliki secara khusus tidak dimiliki oleh individu lain , hanya mungkin di sini john terlalu mengabaikan lingkungan alami ( natural ) yang  dimiliki oleh setiap anak, karena setiap individu, heriditas yang dimiliki oleh individu oleh john locke sangat diabaikan, beliau memandang bahwa pembawaan yang dimiliki oelh individu itu tidak ada , semua yang dimiliki oleh anak sekarang hanyalah pengaruh atau didikan dari luar semata. Sementara menurut aliran holistik bahwa manusia ( human being ) itu merupakan kesatuan jiwa raga ( a whole being ) yang tak terpisahkan satu sam lain, bahwa di dalam organisme itu terdapat dorongan ( drives ) yang bersumber pada kebutuhan dasarnya ( basic needs ) yang merupakan daya penggerak ( motives ) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Holistik menekankan bahwa prilaku itu bertujuan ( purposive ) , yang berarti aspek instrinsik ( niat, tekad, azam ) dari dalam individu merupakan factor
penentu yang penting untuk melahirkan prilaku tertentu meskipun tanpa adanya
perangsang ( stimulus ) yang datang dari lingkungan.

Dari hasil uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.  Pendidikan sangat didominan dipengaruhi oleh lingkungan luar
2.  Individu memiliki pengetahuan hasil dari pengalaman
3.  Pendidikan yang digagas oleh John Locke bersifat utilistis, yang didasarkan pada kegunaan
4.  Proses pendidikanlah yang memberi banyak hal kepada anak.

DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, MIF,(2007)  Ensiklopedia Tokoh Pendidikan . Bandung: Nuansa
Saduloh , Uyoh,(1993), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung :Publikasi
Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan FIP IKIP
Syamsudin .M, Abin, ( 2000 ), Psikologi Pendidikan , Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Wikipedia Bahasa Indonesia , Ensiklopedia Bebas
http://en.wikipedia.org/wiki/John_Lock

1 komentar: