BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan merupakan
suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Masa anak-anak adalah masa yang disebut para ilmuan adalah
masa golden age, yaitu masa keemasan. Mengapa demikian ? karena dimasa ini anak
memiliki intelektual yang tinggi dan kesiapan untuk menerima pelajaran. Banyak
para ahli yang berpendapat bahwa “Semua anak itu adalah unik”. Begitu pula
dengan perkembangan-perkembangan psikologis yang dialami anak saat masa usia
dini. Pada masa anak-anak perkembangan tersebut akan lebih cepat, namun ketika
anak telah melewati masa anak-anak perkembangan tersebut akan melambat
(Elizabeth B. Hurlock). Perkembangan bahasa adalah perkembangan yang paling
diperhatikan oleh para orang tua selain perkembangan intelektual dan kognitif
anak. Setiap anak pun memiliki kemampuan berbicara yang berbeda-beda. Ada anak yang
ketika menginjak usia 2 tahun telah bisa berbicara dengan baik, namun ada pula
yang saat menginjak usia 4 tahun belum bisa lancar berbicara, dalam arti kata
anak tersebut baru bisa mengenal beberapa kosa kata dan pengucapannya belum
bisa di mengerti. Beberapa laporan menyebutkan angka
kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5-10 persen pada anak sekolah.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah kali ini adalah :
1.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan anak
dalam berbicara ?
2.
Bagaimana solusi yang baik untuk mengaasi masalah ini ?
C.
Tujuan Penulis
Selain untuk
memenuhi tugas individu yang diberikan oleh Ibu Dr. Hj. Sestuningsih,M.Pd.
Tujuan dari pnulis adalah menjadi referensi bagi para orang tua anak yang
memiliki masalah perkembngan bahasa.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Teori Perkembangan
pada anak
1.
Teori Charlotte
Buhler
Dalam bukunya yang berjudul
Practische Kinder Psychologie,1949, mengemukakan masa perkembangan anak dan
pemuda sebagai berikut :
a.
Masa Pertama ( usia
0-1 tahun)
Pada masa ini anak berlatih
mengenal dunia lingkungan dengan berbagai macam gerakan.
b.
Masa kedua ( usia
2-4 tahun)
Keadaan di dunia luar makin
di kuasai dan dikenalnya melalui bermain, kemajuan bahasa, dan pertumbuhan
kemauan.
c.
Masa ketiga ( usia
5-8 tahun)
Keinginan bermain berkembang
menjadi semangat berkerja. Rasa jawab terhadap pekerjaan semakin tinggi.
Demikin juga rasa sosialnya semakin tinggi. Pandangan dari sekelilingnya
ditinjau dan diterima secara objektif.
d.
Masa keempat (usia
9-13 tahun)
Keinginan maju dan memahami
kenyataan mencapai puncaknya. Pertumbuhan jasmani sangat subur pada usia 10-12
tahun. Kejiwaanya tampak tenang, seakan-akan ia bersiap-siap untuk menghadapi
perubahan yang akan datang. Pada masa ini mulai timbul kritik terhadap diri
sendiri, kesadaran akan kemauan, penuh pertimbangan, mengutamakan tenaga sendiri,
disertai berbagai pertentangan yang timbul dengan dunia lingkungan.
e.
Masa kelima ( usia
14-19 tahun)
Pada masa awal pubertas anak
kelihatan lebih sujebtif. Kemampuan dan kesadaran dirinya terus meningkat. Hal
ini mempengaruhi sifat-sifat dan tingkah-lakunya. Pada akhir masa pubertas,
yaitu sekitar usia 17 tahun, anak mulai mencapai perpaduan (Sintesis),
keseimbangan antara dirinya sendiri dengan pengaruh dunia lingkungan. Mereka
membentuk pribadi, menerima norma-norma budaya dan kehidupan.
Bila kelihatan gejala-gejala seperti diatas
itu, menurut Kohnstamm, merupakan pertanda bahwa remaja itu mulai memasuki masa
matang.
2.
Teori Piaget
Piaget pernah melakukan
penelitian mengenai fase –fase perkembanagan dikaitkan dengan terjadinya
perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar. Piaget membagi perkembanagn
menjadi 4 fase sebagi berikut :
a.
Fase sensori motorik
Aktivitas kognitif
didasarkan pada pengalaman langsung panca indra. Aktivitas belum menggunakan
bahasa. Pemahaman intelektual muncul di akhir fase ini.
b.
Fase pra-oprasiolnal
Anak tidak terkait lagi pada
lingkungan sensori. Kesanggupan menyimpan tanggapan bertambah besar anak suka
meniru orang lain dan mampu menerima khayalan dan suka bercerita tentang
hal-hal yang fantastis dan sebagainya.
c.
Fase operassi
konkret
Pada fase ini cara anak
berpikir mulai logis. Bentuk aktivitas dapat ditentukan dengan peraturan yang
berlaku. Anak masih berpikir harafiah sesuai dengan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya.
d.
Fase operasi formal
Dalam fase ini anak telah
mampu mengembangkan pola-pola berpikir formal, telah mampu berpikir logis,
rasional, dan bahkan abstrak. Telah mampu menagkap arti simbolis, kiasan dan
menyimpulkan suatu berita, dan sebagainya.
B. Peran Bahasa Dalam Aspek Kognitif
Aspek kognitif mempunyai
fungsi yang besar bagi pemahaman bahasa. Tuntutan dasar teori kognitif adalah
kecerdasan anak yang tumbuh dan keinginan untuk mengekspresikan maksud,
bersama-sama dengan masukan bahasa dari orang tua, dorongan pemerolehan bahasa.
Dengan demikian, fokus pandangan kognitif adalah lebih pada tingkat semantik
dan pragmatik bahasa daripada tingkat sintatik, morfologis dan fonologis
C.
Tahap Perkembangan
Bahasa Pada Masa Bayi (0-2 tahun)
Elizabeth B. Hurlock, Dalam setiap tahapan usia,
anak-anak lebih dapat mengerti apa yang dikatakan orang lain daripada
mengutarakan pikiran dan perasaan-perasaan mereka. Ekspresi muka pembicara,
nada suara dan isyarat-isyarat tangan membantu bayi untuk mengerti apa yang
dikatakan kepadanya. Rasa senang, mara, dan takut sudah dapat dimengerti sejak
usia 3 bulan. Sampai bayi berusia delapan belas bulan, kata-kata harus diperkut
dengan isyarat, seperti menunjuk benda. Pada usia dua tahun menurut tes
Inteligensi Skala Terman-Merrill, rata-rata bayi harus cukup dapat mengerti dan
bereaksi terhadap dua dari enam perintah sederhana, seperi “berikan kucing itu
padaku” dan “Masukkan senok ke dalam cangkir”. Kalau benda-benda itu mudah
diraih anak.
Pada usia enam bulan
sebagian besar bayi dapat menggabungkan huruf hidup tertentu dengan bunyi-bunyi
huruf mati, seperti “ma-ma”, “Da-da”, dan “Na-na”. Berceloteh dimulai pada
bulan kedua dan ketiga, mencapai puncaknya pada delapan bulan dan kemudian
beragsur-angsur berubah menjadi bicara yang benar. Ocehan menghilang pada saat
masa bayi berakhir.
Desmita (2008), banyak peneliti
mengenai penguasaan bahasa menyatakan bahwa anak-anak dari berbagai konteks
sosial yang luas mampu menguasai bahasa ibu mereka tanpa terlebih dahulu
diajarkan secara khusus dan tanpa penguatan yang jelas (Rice, 1993 dalam
Santrock, 1995). Menurut Havighurst (1984), kemampuan mengusai bahasa, dalam
arti belajar membuat suara-suara merupakan salah satu tugas perkembangan yang
harus dicapai pada masa bayi. Pada usia 6 bulan, bayi mulai mengoceh,
mengeluarkan suara, seperti “goo-goo” dan “gaa-gaa”, ocehan-ocehan ini berbeda
–beda dengan situasi, seperti ocehan di dalam tempat tidur kecil, ocehan ketika
melihat mobil, dan ocehan ketika duduk di pangkuan ibunya. (Hetheringthon &
Parker, 1979)
Tahap Perkembangan
Bahasa pada masa bayi adalah sebagai berikut :
Usia
|
Pencapaian
vokal
|
4 minggu
12 minggu
20 minggu
6 bulan
12 bulan
18 bulan
24 bulan
|
Tangisan ketidak senangan.
Mendengkur keras, memekik
mendenguk, kadang-kadang bunyi vokal.
Menyatakan ocehan pertama,
bunyi vokal lebih banyak, tetapi kadang-kadang hanya huruf mati.
Memperlihatkan ocehan yang
lebih baik, bunyi vokal mulai penuh dan banyak huruf mati
Ocehan meliputi nyanyian
atau intonasi bahasa, mengungkapkan isyarat emosi, memproduksi kata-kata
pertama, anak memahami beberapa perintah sederhana.
Mengucapkan kata-kata
antara 3 sd/hingga 50 kata, ocehan diselingi oleh kata-kata yang rill,
kadang-kadang kalimat yang teridri dari 2 dan 3 kata.
Mengucapkan kosa kata
antara 50 sd 300 kata, walaupun tidak semua digunkan dengan teliti. Ocehan
menghilang, banyak kalimat yang terdiri dari 2 kata atau lebih panjang, tat
bahas belum benar, anak memahami secara sangat sederhana bahasa yang
dibutuhkannya.
|
D.
Tahap Perkembangan
Bahasa Pada Masa Awal Kanak-kanak (2-5 tahun)
Elizabeth B. Hurlock, pada saat anak-anak
berusia dua tahun, kebanyakan bentuk-bentuk komunikasi prabicara yang tadinya
sangat bermanfaat dalam masa bayi telah ditinggalkan. Anak-anak tidak lagi
mengoceh dan tangis mereka sudah sangat berkurang, Ia mungkin menggunakan
isyarat terutama sebagai pelengkap bagi pembicaraan –untuk menekankan arti
kata-kata yang diucapkan- dan bukan sebagai pengganti bicara.
Kemampuan mengerti
sangat dipengaruhi cara anak mendengarkan apa yang dikatakan kepadanya.
Mendengarkan radio, menonton televisi ternyata sangat membantu karena mendorong
anak untuk mendengarkan dengan penuh perhatian.
Schaerlaekens (1977), membedakan perkembangan
bahasa pada masa awal anak-anak ini atas tiga, yaitu : priode pra-lingual (kalimat satu kata), periode
lingual-awal (kalimat dua kata) dari 1 hingga 2,5 tahun,
dan periode differensiasi (kalimat
tiga kata dengan bertambahnya diferensiasi pada kelompok kata dan kecepatan
verbal). (Monks, Knoers, dan Haditono, 2001)
Desmita (2008), pada mulanya bahas
anak-anak bersifat egosentris, yaitu bentuk bahasa yang lebih menonjolkan diri
sendiri, berkisar pada minat, keluarga, dan miliknya sendiri. Menjelang akhir
masa anak-anak awal, prcakapan anak-anak berangsur-angsur berkembangmenjadi
bahasa sosial.
Menurut jamaris (2006), karakteristik kemampuan
bahasa anak usia 4 tahun adalah sebagai berikut :
1.
Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak.
Anak sudah dapat menggunakan kalimat yang baik dan benar.
2.
Telah menguasai 90% dari fonem dan sintaksis bahasa yang
digunakan.
3.
Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat
mendengarkan orang lain berbicara dan menaggapi isi pembicaraan tersebut.
Menurut Vygostky menjelaskan
ada 3 tahap perkembangan bicara pada anak yang berhubungan erat dengan
perkembangan berpikir anak yaitu :
1.
Tahap eksternal. Yaitu terjadi
ketika anak berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar
diri anak yang memberikan pengarahan, informasi dan melakukan suatu tanggung
jawab dengan anak.
2.
Tahap egosentris. Yaitu dimana
anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan dari pola bicara orang
dewasa.
3.
Tahap Internal.Yaitu dimana dalam
proses berpikir anak telah memiliki suatu penghayatan kemampuan berbicara
sepenuhnya.
Menurut MacCarty, anak –
anak berbicara egosentris karena mereka itu jarang bergaul dengan orang dewasa.
Kesempatan baergaul dengan orang dewasa merupakan salah satu sarana untuk
mendapatkan pengalaman sosial.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Profil Anak
Nama : M. Rizky (Iky)
TTL : Mey 2008
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara.
M. Rizky atau biasa di sapa Iky lahir pada
bulan Mey 2008 lalu, dilihat dari fisiknya tidak ada yang berbeda dengan
anak-anak pada umunya. Iky terlihat aktif dalam aktivitasnya. Perkembangan
kognitif, motorik dan intelektualnya juga terlihat baik, hal ini dilihat dari aktivitasnya
sehari-hari dan juga pemahamannya akan sesuatau. Iky cepat merekam
gerakan-gerakan yang dilihatnya. Misalnya, menaruh gelas dirak piring, menutup
dan mengunci pintu dan sebalikya. Namun diusianya yang hampir menginjak 4 tahun
Iky belum biasa berbicara dengan lancar, bahkan kosa kata yang Ia miliki pun
sangat minim. Hal ini berbeda dengan pendapat para ahi yang mengatakan bahwa
masa anak-anak awal sudah mulai bisa berbicara dengan baik dan benar bahkan
memiliki kosa kata 50 sd/hingga 300 kata. Akibat keterlambatannya itu, Saat Iky
berusia 2 tahun 8 bulan, Ia sempat di anggap Autis oleh orang-orang
disekitanya. Hal ini dikarenakan Iky sangat hyperaktif saat bermain, Ia bahkan
tidak pernah menanggapi panggilan seseorang kepadanya. Terkecuali ayahnya yang
memang sangat dekat dengan Iky. Saat di
ajak berbicara Iky hanya menaggapainya dengan bahasa dia sendiri seperi
“kolok-kolok” atau “yeaaa” dengan bahasa isyarat.
Dari Bila di amatai dengan baik, sebenranya Iky mampu
untuk berbicara, namun ada gelaja malas berbicara dalam dirinya. Iky sangat
menyukai film-film kartun yang hanya menampilkan gerakan isyarat tanpa ada
kata-kata. Iky juga selalu dikurung di dalam rumah, tidak diizinkan untuk
bersosialisai dan bermain dengan orang-orang diluar rumah. Sehingga Ia lebih
banyak bermain sendiri dengan dunia dan khayalannya sendiri tanpa adanya teman
bermain. Bisa jadi hal inilah yang
menyebabkan Ia tidak memiliki banyak kosa kata dan akhirnya menjadi malas untuk
berbicara kepada orang lain.
B.
Faktor-faktor
Penyebab Terhambatnya Perkembangan Bahasa
Dari hasil
pengamatan dan penjelasan kedua orang tua Iky, maka dapat diperoleh
faktor-faktor penyebab terhambatnya perkembangan bahasa pada diri Iky adalah
sebagai berikut :
-
Faktor Keluarga
Komunikasi dalam keluarga
adalah faktor yang penting dalam psikologi perkembangan anak. Tidak adanya
komunikasi yang baik dalam keluarga bisa mempengaruhi psikologi perkembangan
anak. Jaraknya komunikasi antara orang tua dan anak bisa memicu anak mengalami
gangguan bahasa. Kedua orang tua Iky juga tidak memberikan rangsangan stimulus
kepada perkembangan bahasa Iky sehingga keterlambatan tersebut semakin parah.
-
Faktor Lingkungan
Bersosialisasi terhadap
lingkungan merupakan hal yang patut di perhatikan oleh orang tua anak. Seperti
yang kita tahu, anak harus bisa bersosialisali dengan lingkungan sekitarnya.
Sejak usia 1 tahun, orang tua Iky tidak mengizinkan dia untuk bersosialisasi
dan bermain dengan teman-teman sebayanya. Hal ini dikarenakan kedua orang tua
Iky takut jika sang anak terluka atau terpengaruh dengan kenakalan anak-anak
yang lain. Akibatnya Iky terbiasa
bermain sendiri, dengan dunia dan Khayalannya dan memilki kosa kata yang
terbatas, sehingga dia terkadang tidak mau menanggapi orang lain, apalagi saat
di ajak berbicara.
C.
Pemecahan Masalah
Dari profil dan
penjelasan serta faktor-faktor penyebab terhambatnya berkembangan bahasa yang
di alami oleh Iky, didapatkan sebuah cara alternatif yang bisa dilakukan agar
Iky bisa mengejar ketinggalannya.
1.
Memberikan stimulus/rangsangan berbicara.
Stimulus yang dimaksud
adalah rangsangan kosa kata. Orang tua sebaiknya selalu mengajarkan kata-kata
baru kepadanya dan lebih aktif saat bermain bersamanya. Sebaiknya memberikan
permainan yang masih berhubungan dengan kata-kata, seperti bermain tebak huruf
dll.
2.
Mengajak anak untuk bersosialisasi.
Memberi kesempatan kepada
Iky untuk bermain diluar. Karena dengan begitu Ia akan lebih sering berbincang
dengan teman-teman sebayanya. Hal ini pun akan menimbulkan dampak positif bagi
perkembangan bahasanya dan sosial emosional Iky.
3.
Memahami kebutuhan anak & percaya kepada anak
Sebagai orang tua sudah
sepantasnya untuk bisa memahami apa yang diperlukan anak, dan apa yang tidak
diperlukannya. Mencoba untuk percaya kepada anak bila diberi kesempatan keluar
rumah. Tidak mengutamakan ego sebagai orang tua.
4.
Memberi kebebasan pada anak untuk berteman kepada siapa saja.
Hal ini penting karena
banyak para orang tua yang memilihkan teman bagi si anak dan bukan si anak
sendiri yang memilih. Dengan begitu anak akan merasa terkekang dan malas untuk
bergaul.
5.
Membawa anak ke psikolok anak.
Ini dilakukan untuk
memeriksakan kondisi psikologi Iky. Sehingga penanganan yang dilakukan tidak
salah.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode
Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Faktor-faktor yang
mempengaruhi anak berbicara Awal masa kanak-kanak terkenal sebagai masa tukang
ngobrol, karena sering kali anak dapat berbicara dengan mudah tidak
terputus-putus bicaranya.
Perkembangan bicara anak tergantung pada tumbuh kembang ucapan
(pelafasan) bicara anak tersebut. Didalam pembelajaran bicara pada anak usia
dini orang tua sangat berperan penting, karena tanpa bantuan dari orang tua,
anak tidak akan bisa berbicara. Adapun maksud dari tujuan perkembangan bicara
anak untuk melatih mengucapkan kata-kata kosa kata, contohnya “mam” maksud
disini anak tersebut bilang “makan”. Karena adanya dampak keterlambatan bicara
atau gangguan bicara anak terpengaruh dari lingkungan tempat tinggal anak
tersebut dan kurangnya pola asuh dari orang tua untuk mengajari anak berbicara.
DAFTAR ISI
Desmita,2008.Psikologi Perkembangan(cet.
Ke-4),Bandung:PT. Remaja Posdakarya.
Hurlock,
Elizabeth B.Psikologi Perkembangan, Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Zulkifli.2009.Psikologi Perkemnbangan.Bandung:PT.
Remaja Posdakarya
Whandi.
2010. Perkembangan Berbicara (Bahasa)
Pada Anak-Anak Usia Dini.
Anonim.
2010. Perkembangan Bahasa Anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar