welcome to my blog

welcome to my blog

Selasa, 28 Mei 2013

“SEMBILAN PERISTIWA PEMBELAJARAN’



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne juga mengemukakan tentang  fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.
Pembelajaran secara terkondisi akan meningkatkan kepekaan terhadap daya ingat siswa, terlebih dalam kegiatan pembelajaran dengan acuan berpusat pada siswa melibatkan siswa dalam  belajar. Hal ini lebih khusus lagi jika siswa diarahkan untuk membangun pengetahuan mereka tentang suatu materi matematika tertentu. Siswa membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep melalui pengalaman-pengalamannya. Pengalaman-pengalaman tersebut diperoleh melalui keterlibatan siswa dengan lingkungannya.
Oleh karena itu calon guru maupun guru untuk mengetahui fase-fase teori belajar Gagne dan pendekatan konstruktivisme, sehingga guru bisa memodifikasi atau mendesain setiap pembelajaran sesuai dengan materi ajar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja fase-fase belajar menurut Gagne?
2.      Bagaimana masalah-masalah kontruksional tersebut ?
3.      Contoh-contoh dari masalah-masalah tersebut ?


C.    Tujuan Penulis
Selain memenuhi tugas mata kuliah “Teori Belajar dan Pembelajaran”. Makalah ini juga bertujuan untuk mengetahui teori-teori yang di kemukakan oleh Gagne.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Belajar
1.    Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia :
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
2.      Pengertian belajar menurut beberapa ahli :
a.       Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
b.      Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
c.       Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
d.      Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
e.       Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu  itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
f.       (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah  serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
g.      R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku
h.      Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafaln
i.        Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi.
j.        Lester D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.
k.      Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.
B.     Teori Multiple Intelligences
Gardner (dalam Frame of Mind: The Theory of multiple Intelligences; 1985) menyatakan; “kecerdasan kandidat” dalam modelnya “lebih menyerupai pertimbangan artistic ketimbang penaksiran ilmiah” (hal 63). Dengan demikian, kecerdasan tambahan sebanyak apapun bisa dimasukkan kedalam model Gardner, karena menurutnya: “Tidak ada, dan tidak akan pernah ada, daftar kecerdasan manusia yang tidak terbantahkan dan diterima secara universal….kita bisa lebih mendekati tujuan itu jika kita berpegang hanya pada satu tingkat analisis (misalnya neurofisiologis)….” (hal 60). (Barbara K. Given, “Brain-Based Teaching”, hal 75).
Gardner menetapkan syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap kecerdasan agar dapat dimasukkan dalam teorinya; Empat diantaranya adalah;
1.          Setiap kecerdasan dapat dilambangkan: misal matematika jelas ada lambang, Musik ada lambing (not dll), kinestetik ada lambing atau irama gerak dst, lambaian tangan, untuk selamat tinggal atau mau tidur dll.
2.          Setiap Kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan: artinya tidak seperti IQ yang meyakini bahwa kecerdasan itu mutlak tetap dan sudah ditetapkan saat kelahiran atau tidak berubah, MI (Multiple Intelligences) percaya bahwa kecerdasan itu muncul pada titik tertentu dimasa kanak-kanan, mempunyai periode yang berpotensi untuk berkembang selama rentang hidup, dan berisikan pola unik yang secara berlahan atau cepat semakin merosot seiring dengan menuanya seseorang. Kecerdasan paling awal muncul adalah Musik lalu Logis-Matematis.
3.          Setiap Kecerdasan rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cedera pada wilayah otak tertentu. missal orang dengan kerusakan pada Lobus Frontal pada belahan otak kiri, tidak mampu berbicara atau Penulis dengan mudah,namun tanpa kesulitan dapat menyanyi,melukis dan menari. Orang yang lobus Temporalnya kanan yang rusak, mungkin mengalami kesulitan dibidang music tetapi dengan mudah mampu bicara, membaca dan menulis. Pasien dengan kerusakan pada Lobus oksipital belahan otak kanan mengkin mengalami kesulitan dalam mengenali wajah, membayangkan atau mengamati detail visual. (Thomas Amstrong, 1999, hal 8). Kecerdasan linguistic ada pada belahan otak kiri, sementara music, spatial dan antarpribadi cenderung di belahan otak kanan. Kinestetik-jasmani menyangkut kortek motor, ganglia basal, dan serebellum (otak kecil). Lobus frontal mengambil peran penting pada kecerdasan intrapribadi (intrapersonal).
4.          Setiap kecerdasan mempunyai keadaan akhir berdasar nilai budaya. Artinya tidak harus matematis-logis yang penting atau Spatial atau Musik atau…atau tergantung budaya masing-masing missal ada kemampun naik kuda, melacak jejak dll dalam budaya tertentu itu sangat-sangat penting dst.

Inilah empat syarat yang diberikan oleh Howard Gardner, makanya teorinya berkembang dari 7 Kecerdasan (Linguistik, Logis-Matematis, Musik, Spatial-Visual, Kenestetik, Intrerpersonal dan intrapersonal) Menjadi 9 (tambahan 2 yaitu; Naturalis dan terbaru Eksistensialis). Adalah menarik sebagai contoh; bagaimana anda menghafal nomor telpon? Apakah anda mengulang-ngulang nomor tadi sebelum menelpon (ini berarti anda menggunakan teknik Liguistik) atau anda menbayangkan pola tombol yang harus anda tekan dalam pola peletakan tombol angka-angka (menggunakan metode Spatial-Visual) atau malah anda mengingat-ingat nada khas tiap-tiap angka (strategi Musikal). 9 kecerdasan majemuk (Sembilan Jenis Kecerdasan) antara lain :
a.     Jenis kecerdasan pertama, kecerdasan linguistik, adalah kecerdasan dalam mengolah kata. Ini merupakan kecerdasan para jurnalis, juru cerita, penyair, dan pengacara. Jenis pemikiran inilah yang menghasilkan King Lear karya Shakespeare, Odyssey karya Homerus, dan Kisah Seribu Satu Malam dari Arab. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargu-mentasi, meyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Mereka senang bermain-main dengan bunyi bahasa melalui teka-teki kata, permainan kata (pun), dan tongue twister. Kadang-kadang mereka pun mahir dalam hal-hal kecil, sebab mereka mampu mengingat berbagai fakta. Beberapa ketrampilan anak dalam kecerdasan ini :
o    Suka menulis kreatif di rumah
o    Mengarang kisah khayal, menuturkan lelucon dan cerita
o    Sangat hafal nama, tempat, tanggal, atau hal-hal kecil
o    Menikmati membaca buku di waktu senggang
o    Suka mengisi teka-teki silang
o    Menikmati cerita, program radio, pembacaan buku dll.
o    Mempunyai kosa kata yang luas untuk anak seusianya.
o    Unggul dalam pelajaran sekolah yang melibatkan membaca dan menulis
b.     Jenis kecerdasan kedua, Logis-matematis, adalah kecerdasan dalam hal angka dan hgika. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemrogram komputer. Newton menggunakan kecerdasan ini ketika ia menemukan kalkulus. Demikian pula dengan Einstein ketika ia menyu-sun teori relativitasnya. Ciri-ciri orang yang cerdas secara logis-mate-matis mencakup kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional. Beberapa ketrampilan anak dalam kecerdasan ini :
o    Menghitung problem aritmatika dengan cepat
o    Senang terhadap program komputer
o    Ahli dalam bermain catur atau permainan strategi lainnya
o    Sering bertanya tentang fenomena alam (langit biru, akhir alam semesta)
o    Menjelaskan masalah secara logis
o    Merancang eksperimen untuk hal-hal tidak dimengerti
o    Menghabiskan waktu untuk menyelesaikan teka-teki logika
o    Mudah memahami sebah akibat
o    Menikmati pelajaran IPA dan matematika dan berprestasi tinggi, dll.
c.     Kecerdasan Spasial adalah jenis kecerdasan yang ketiga, mencakup bapikir dalam gambar, serta kemampuan untuk mencerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin. Siapa pun yang merancang piramida di Mesir, pasti mempunyai kecerdasan ini. Demikian pula dengan tokoh-tokoh seperti Thomas Edison, Pablo Picasso, dan Ansel Adams. Orang dengan tingkat kecerdasan spasial yang tinggi hampir selalu mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi. Beberapa ketrampilan anak dalam kecerdasan ini :
o    Menonjol dalam kelas seni disekolah
o    Memberikan gambaran yang jelas ketika sedang memikirkan sesuatu
o    Mudah membaca peta, grafik dan diagram
o    Menggambar sosok benda dan orang persis aslinya
o    Senang melihat film, slide, atau foto
o    Menikmati teka-teki jigsaw, maze, atau kegiatan visual lainnya.
o    Sering melamun
o    Membangun konstruksi tiga dimensi yang menarik
o    Mencorat-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah
o    Lebih banyak memahami lewat gambar dari pada kata-kata dll.
d.    Kecerdasan musikal adalah jenis kecerdasan keempat. Ciri utama kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mencerap, menghargai, dan menciptakan irama dan melodi. Bach, Beethoven, atau Brahms, dan juga pemain gamelan Bali atau penyanyi cerita epik Yugoslavia, se-muanya mempunyai kecerdasan ini. Kecerdasan musikal juga dimiliki orang yang peka nada, dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama musik, dan yang mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman tertentu. Beberapa ketrampilan anak dalam kecerdasan ini :
o    Memainkan alat musik di sekolah atau di rumah, sebagai anggota ban dan orkes
o    Ingat melodi lagu
o    Berprestasi sangat bagus di kelas musik di sekolah
o    Lebih bisa belajar dengan iringan musik
o    Mengoleksi CD atau kaset
o    Bernyanyi untuk diri sendiri atau orang lain
o    Bisa mengikuti irama musik
o    Mempunyai suara bagus untuk bernyanyi
o    Peka terhadap suara-suara di lingkungan
o    Memberikan reaksi yang kuat terhadap suatu jenis musik
e.     Kecerdasan kelima, kinestetik-jasmani, adalah kecerdasan fisik. Kecerdasan ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan kete-rampilan dalam menangani benda. Atlet, pengrajin, montir, dan ahli bedah mempunyai kecerdasan kinestetik-jasmani tingkat tinggi. Demikian pula Charlie Chaplin, yang memanfaatkan kecerdasan ini untuk melakukan gerakan tap dance sebagai "Little Tramp". Orang dengan ke¬cerdasan fisik memiliki keterampilan dalam menjahit, bertukang, atau merakit model. Mereka juga menikmati kegiatan fisik, seperti berjalan kaki, menari, berlari, berkemah, berenang, atau berperahu. Mereka adalah orang-orang yang cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu. Beberapa ketrampilan anak dalam kecerdasan ini :
o    Berprestasi dalam olahraga kompetetif disekolah atau dilingkungan rumah
o    Bergerak-gerak ketika sedang duduk
o    Terlibat dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau bermain skateboard.
o    Perlu menyentuh sesuatu yang ingin dipelajari
o    Menikmati melompat, lari, gulat, atau kegiatan serupa
o    Memperlihatkan ketrampilan dalam kerajinan tangan, seperti kerajinan kayu, menjahit, mengukir, memahat.
o    Pandai menirukan gerakan, kebiasaan, atau perilaku orang lain.
o    Menikmati bekerja dengan tanah liat, melukis, dengan jari atau kegiatan lain
o    Sangat senang untuk bongkar pasang
f.      Kecerdasan keenam adalah kecerdasan Antarpribadi. Ini adalah kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini terutama menuntut kemampuan untuk mencerap dan tang-gap terhadap suasana hati, perangai, niat, dan hasrat orang lain. Direk-tur sosial sebuah kapal pesiar harus mempunyai kecerdasan ini, sama halnya dengan pemimpin perusahaan besar. Seseorang yang mempunyai kecerdasan antarpribadi bisa mempunyai rasa belas kasihan dan tanggung jawab sosial yang besar seperti Mahatma Gandhi, atau bisa juga suka memanipulasi dan licik seperti Machiavelli. Namun, mereka semua mempunyai kemampuan untuk memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut pandang orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, mereka dapat menjadi networker, perunding, dan guru yang ulung. Beberapa ketrampilan anak dalam kecerdasan ini :
o    Mempunyai banyak teman
o    Banyak bersosialisasi di lingkungan sekolah atau rumah
o    Tampak sangat mengenal lingkungan
o    Terlibat dalam kelompok di luar jam sekolah
o    Berperan sebagai penengah keluarga ketika terjadi pertikaian
o    Menikmati permainan kelompok
o    Berempati besar terhadap perasaan orang lain
o    Dicari sebagai penasehat atau pemecah masalah
o    Menikmari mengajari orang lain
o    Tampak mempunyai bakat pemimpin
g.     Kecerdasan Ketujuh adalah kecerdasan Intrapribadi atau kecer¬dasan dalam diri sendiri. Orang yang kecerdasan intrapribadinya sangat baik dapat dengan mudah mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan emosi, dan menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing hidupnya. Contoh orang yang mempunyai kecerdasan ini, yaitu konselor, ahli teologi, dan wirau-sahawan. Mereka sangat mawas diri dan suka bermeditasi, berkontemplasi, atau bentuk lain penelusuran jiwa yang mendalam. Sebaliknya, mereka juga sangat mandiri, sangat terfokus pada tujuan, dan sangat disiplin. Secara garis besar, mereka merupakan orang yang gemar bela-jar sendiri dan lebih suka bekerja sendiri daripada bekerja dengan orang lain. (Armstrong: 1999: 3-6). Beberapa ketrampilan anak dalam kecerdasan ini :
o    Memperlihatkan sikap independen atau kemauan yang kuat
o    Bersikap realistis tehadap kekuatan dan kelemahan
o    Memberikan reaksi yang keras ketika membahas topik-topik kontraversial
o    Bekerja atau belajar dengan baik seorang diri
o    Mempunyai rasa percaya diri
o    Belajar dari kesalahan masa lalu
o    Dengan tepat mengekspresikan perasaannya
o    Terarah pada pencapaian tujuannnya
o    Terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri
h.     Kecerdasan kedelapan, Kecerdasan Naturalis (Lingkungan). Gardner menjelaskan inteligensi lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural; kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam.
Orang yang punya inteligensi lingkungan tinggi biasanya mampu hidup di luar rumah, dapat berkawan dan berhubungan baik dengan alam, mudah membuat identifikasi dan kla-sifikasi tanaman dan binatang. Orang ini mempunyai kemam¬puan mengenal sifat dan tingkah laku binatang, biasanya mencintai lingkungan, dan tidak suka merusak lingkungan hidup. Salah satu contoh orang yang mungkin punya inteligensi lingkungan tinggi adalah Charles Darwin. Kemampuan Darwin untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi serangga, burung, ikan, mamalia, membantunya mengembangkan teori evolusi.
Inteligensi lingkungan masih dalam penelitian lebih lanjut karena masih ada yang merasa bahwa inteligensi ini sudah termasuk dalam inteligensi matematis-logis. Namun, Gardner berpendapat bahwa inteligensi ini memang berbeda dengan inteligensi matematis-logis. Beberapa ketrampilan anak dalam kecerdasan ini :
o    Akrab dengan hewan piaraan
o    Menikmati berjalan-jalan di alam terbuka atau kekebun binatang atau museum sejarah alam
o    Menunjukkan sikap peka terhadap bentuk-bentuk alam (misalnya : gunung, awan atau jika berada di kota mempunyai kepekaan terhadap bentuk-bentuk budaya populer – sampul CD, kanvas, model mobil.
o    Suka berkebun atau berada dekat kebun
o    Menghabiskan waktu dekat akurarium, seistem kehidupan alam lain
o    Memperlihatkan kesadaran ekologis
o    Yakin bahwa binatang mempunyai hak diri.
o    Mencatat fenomena alam yang melibatkan hewan, tumbuhan dan hal-hal sejenis (mempunyai foto, gambar, video, buku harian, koleksi dll)
o    Membawa pulang serangga, bunga, dan atau benda-benda alam lain untuk diperlihatkan kepada anggota keluarga.
o    Memperlihatkan pemahaman yang mendalam di sekolah dalam topik-topik yang melibatkan sistem kehidupan (misal biologi dalam pelajaran IPA, topik lingkungan hidup dalam mata pelajaran IPS, dan sebagainya…….)

i.       Kecerdasan kesembilan, Kecerdasan Eksistensial, intelegensi ini menyangkut kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaannya, keberadaannya secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang ter¬dalam. Pertanyaan itu antara lain: mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna dari hidup ini, bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Inteligensi ini tampaknya sangat berkembang pada banyak filsuf, terlebih filsuf eksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup manusia. Filsuf-filsuf seperti Sokrates, Plato, Al-Farabi, Ibn Sina, Al-Kindi, Ibn Rusyd, Thomas Aquinas, Descartes, Kant, Sartre, Nietzsche termasuk mempunyai inteligensi eksistensial tinggi.
Anak yang menonjol dengan inteligensi eksistensial akan mempersoalkan keberadaannya di tengah alam raya yang besar ini. Mengapa kita ada di sini? Apa peran kita dalam dunia yang besar ini? Mengapa aku ada di sekolah, di tengah teman-teman, untuk apa ini semua? Anak yang menonjol di sini sering kali mengajukan pertanyaan yang jarang dipikirkan orang, termasuk gurunya sendiri. Misalnya, tiba-tiba ia bertanya, "Apa manusia semua akan mati? Kalau semua akan mati, untuk apa aku hidup?"
C.    Fase-Fase Belajar
Menurut Gagne belajar melalui empat fase utama yaitu:
1.      Fase pengenalan (apprehending phase).
Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.
2.      Fase perolehan (acqusition phase).
Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru  dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
3.      Fase penyimpanan (storage phase).
Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
4.      Fase pemanggilan (retrieval phase).
Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil.
Keempat fase belajar manusia ini telah disatukan menyerupai model sistem komputer, meskipun sedikit lebih kompleks daripada yang ada pada manusia. komputer menangkap rangsangan listrik dari pengguna komputer, memperoleh stimulus dalam central processing unit, menyimpan informasi dalam stimulus pada salah satu bagian memori, dan mendapatkan  kembali informasi pada penyimpanannya. jika siswa mempelajari prosedur menentukan nilai pendekatan akar kuadrat dari bilangan yang bukan kuadrat sempurna, mereka harus memahami metode, memperoleh metode, menyimpan di dalam memori, dan memanggil kembali ketika dibutuhkan. untuk membantu siswa melangkah maju melalui empat tahap dalam mempelajari algoritma akar kuadrat, guru menimbulkan pemahaman dengan mengerjakan suatu contoh pada papan tulis, memudahkan akusisi setelah setiap siswa mengerjakan contoh dengan mengikutinya, langkah demi langkah, daftar petunjuk, membantu penyimpanan dengan memberikan soal-soal untuk pekerjaan rumah, dan memunculkan pemanggilan kembali dengan memberikan kuis   pada hari berikutnya.
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu fase motivasi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar, fase generalisasi adalah fase transer informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut. Fase penampilan adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu.

D.    Kategori Utama Kapabilitas
Kapabilitas merupakan kemampuan yang dimiliki manusia karena ia belajar. Kapabilitas dapat diibaratkan sebagai tingkah laku akhir dan ditempatkan pada puncak membentuk suatu piramida. Gagne mengemukakan 5 macam hasil belajar atau kapabilitas tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu bersifat psikomotor. Gagne membagi hasil belajar menjadi lima kategori kapabilitas sebagai berikut :
1.      Verbal Information (informasi verbal), 
kemampuan siswa untuk memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini dapat dicontohkan kemampuan siswa mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan yang lainnya yang bersifat verbal.
2.      Intellectual skills (keterampilan intelektual), 
Kapabilitas keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat memperbedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh melalui belajar. Kapabilitas keterampilan intelektual menurut Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar yaitu, belajar isyarat, belajar stimulus respon, belajar rangkaian gerak, belajar rangkaia nverbal, belajar memperbedakan, belajar pembentukan konsep, belajar pembentukan aturan, dan belajar pemecahan masalah. Tipe belajar tersebut terurut kesukarannya dari yang paling sederhana (belajar isyarat) sampai kepada yang paling kompleks belajar pemecahan masalah.
3.      Cognitive strategies (strategi kognitif), 
Kapalilitas strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikanserta mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis. Kapabilitas ini terorganisasikan secara internal sehingga memungkinkan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir anak terarah. Contoh tingkah laku akibat kapabilitas strategi kognitif, adalah menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah matematik.
4.      Attitudes (sikap-sikap)
Merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau mahluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain. Bagaimana sikap-sikap sosial itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran itu yang menjadi hal penting dalam menerapkan metode dan materi pembelajaran.
5.      Motor skills (keterampilan motorik)
Merupakan keterampilan kegiatan fisik dan penggabungan kegiatan motorik dengan intelektual sebagai hasil belajar. Keterampilan motorik bukan hanya mencakup kegiatan fisik saja tapi juga kegiatan motorik dengan intelektual seperti membaca, menulis, dll.
E.     Sembilan Peristiwa Pembelajaran
Apakah yang terjadi dalam mengajar? Mengajar dapat kita pandang sebagai usaha mengontrol kondisi ekstrem. Kondisi ekstrim merupakan satu bagian dan proses belajar, namun termasuk tugas guru yang utama dalam mengajar.
Mengajar terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu yang menurut Gagne terkenal dengan “Nine intructional events” yang dapat diuraikan sebagai berikut :
·         Gain Attention (Menarik Perhatian)
Menarik perahatian merupakan kegiatan paling awal dalam proses PBM. Menurut Dick & Carey (1985) menarik perhatian siswa dan mempertahankannya selama pembelajaran merupakan langkah awal strategi pembelajaran. Hidi (1990) mengungkapkan bahwa perhatian merupakan hal penting dalam menentukan pemilihan dan melakukan pemrosesan informasi. Perhatian juga memegang peran utama dalam kegiatan aktifitas mental pada pembelajaran agar terjadi proses belajar. Berkaitan dengan pembelajaran dalam bidang sain atau teknik, Martinez dan Haertel (1991) mengatakan bahwa variabel perhatian merupakan suatu yang penting, karena mempengaruhi prestasi akademik jangka pendek (shortterm academic achievement). Menurut Gagne (1975) kegiatan menarik perhatian siswa dapat dilakukan dengan memberikan perubahan-perubahan rangsangan secara mendadak seperti gerak tubuh, perubahan suara, atau sajian visual tertentu.
Sedangkan menurut Keller dan Kopp (1987) secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk membangkitkan dan mempertahankan siswa yaitu (l) membangkitkan daya persepsi siswa dengan jalan menyajikan sesuatu yang mencengangkan, esuatu yang mengherankan, sesuatu yang membingungkan dan sesuatu yang kontradiktif, (2) menumbuhkan hasrat ingin meneliti, dengan jalan (a) merangsang aktif merespon yaitu merangsang minat siswa dengan menggunakan interaksi pertanyaan-respon-umpan balik, (b) menciptakan masalah yaitu memberi kesempatan siswa memecahkan masalah, (c) menciptakan misteri, yaitu menciptakan situasi pemecahan masalah dalam konteks yang membutuhkan eksplorasi dan daya pengungkapan rahasia pengetahuan, dan (3) mengunakan elemen pembelajaran secara variatif, dapat dilakukan dengan meringkas bagian- bagian pembelajaran, menciptakan respon yang saling pengaruh memengaruhi dan mengintegrasikan media secara fungsional.
·         Inform Learners Of Objectives (Memberitahukan tujuan pembelajaran)
Tahap berikutnya memberitahukan tujuan pembelajaran pada siswa dengan maksud agar siswa dapat menjawab pertanyaan" bagaimana saya tahu bahwa saya sudah belajar?" Tujuan pembelajaran merupakan uraian rinci tentang sesuatu (isi pembelajaran) yang akan mampu dikerjakan siswa selesai mengikuti satu satuan pembelajaran. Ditinjau dari sudut siswa, tujuan pembelajaran diartikan sebagai deskripsi tentang perilaku yang diharapkan dapat dimiliki setelah mengikuti pembelajaran (Davis, 1976). Sedangkan dari segi bentuknya, tujuan belajar berarti deskripsi unjuk kerja yang akan ditunjukkan siswa sebagai hasil pembelajaran (Mager, 1975); atau dapat juga dikatakan sebagai deskripsi terinci tentang sesuatu yang diharapkan dapat dilakukan siswa setelah menyelesaikan suatu unit pembelajaran tertentu (Dick and Cerey, 1985).
Pemberitahuan tujuan pembelajaran akan memberi arah pada seluruh kegiatan PBM yang ingin dicapai. Menurut Dick and Carey (1985) perumusan tujuan pembelajaran berguna dalam (l) menspesifikasi perilaku yang akan diajarkan, (2) menentukan siasat bagi pembelajaran, dan (3) menetapkan kriteria untuk mengevaluasi unjuk kerja siswa sesuai pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh melalui analisis terhadap pembelajaran. Dalam setiap keterampilan yang dikenali dalam analisis pembelajaran paling sedikit satu tujuan atau lebih dapat dirumuskan. Kegiatan ini termasuk perumusan tujuan untuk keterampilan yang dikenal sebagai tingkah laku masukan (entry behavior). Dengan menginformasikan tujuan belajar, siswa dapat mengetahui tentang proses yang terjadi pada dirinya sewaktu belajar. Tujuan belajar yang dirumuskan secara spesifik tidak hanya berguna bagi perancang pembelajaran, tetapi berguna pula bagi siswa. Dengan penginformasian tujuan belajar dapat memotivasi siswa dalam belajar, sebab dengan mengetahui tujuan belajarnya siswa tidak akan menyimpang dari arah yang akan dituju.
·         Stimulasi Recall Of Prior Learning (Merangsang ingatan pada materi prasyarat)
Keterampilan prasyarat belajar adalah keterampilan yang harus dikuasai siswa agar dapat belajar secara efisien seperti yang diharapkan oleh tujuan pembelajaran (Dick and Carey, 1985). Dalam proses pembelajaran prasyarat belajar ini harus dimunculkan kembali dalam memori siswa. Karena merangsang ingatan pada prasyarat belajar dapat memudahkan belajar kapabilitas baru (Gagne, 1985). Hal ini dapat dilakukan dengan kalimat sederhana yaitu hanya mengingatkan pada hal-hal yang sudah dipelajari. Cara menolong ini dialakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada para siswa, yang merupakan suatu cara pengulangan.
·         Present The Content (Menyajikan bahan perangsang)
Menurut Gagne (1977) agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik maka pada proses pembelajaran, guru harus menyajikan bahan perangsang guna menarik perhatian siswa. Menurut Degeng (1989) apabila yang dipelajari adalah informasi verbal, bahan perangsang dapat berupa bahan-bahan tercetak, seperti copy dari suatu bab buku teks atau secara lisan dengan rekaman.
Hal ini dilakukan dengan cara menyajikan bahan kepada siswa berupa pokok-pokok materi yang penting yang bersifat kunci. Sebelum itu, guru harus menentukan bahan apa yang harus disajikan berupa informasi verbal, keterampila intelektual, atau belajar sikap. Berdasarkan jenis kemampuan atau bahan ini maka dapat dipilih bentuk kegiatan apa saja yang akan disajikan sehingga proses pembelajaran berjalan lancar. Misalnya, bila akan mengajarkan tentang sikap maka pilihlah bahan berupa model-model perilaku manusia. Bila akan mengajarkan keterampilan motorik maka demonstrasikanlah contoh bahan keterampilan tersebut dan tunjukkan caranya secara tepat.
·         Provide “Learning Guidance” (Memberikan bimbingan belajar)
Memberikan bimbingan belajar berguna untuk membantu siswa guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh (Gagne, 1985). Dalam setiap kegiatan pembelajaran, kadang-kadang siswa akan mengalami suatu kesulitan misalnya dalam memahami konsep, prosedur maupun prinsip. Untuk memudahkan siswa memahami masalah tersebut perlu diberi bimbingan belajar oleh guru. Umpamanya, dalam belajar suatu konsep, bimbingan belajar diberikan agar siswa memahami karakteristik utama konsep itu. Dalam mengajar suatu prosedur, misalnya dalam mendiagnose kemacetan suatu mesin, bimbingan belajar yang diberikan bisa berupa daftar cek tentang langkah-langkah berurutan dari prosedur yang harus diikuti sampai ditemukan sebab-sebab kemacetan mesin (Degeng, 1989).
Berikan contoh-contoh, gambar-gambar sehingga siswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan.
·         Elicit Performance / Practive (Mementapkan apa yang telah dipelajari)
Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki kemampuan yang diharapkan, maka mintalah siswa untuk menampilkan kemampuannya dalam bentuk tindakan yang dapat diamati oleh guru. Misalnya apabila ingin mengetahui kemampuan informasi verbal siswa maka berikan siswa pertanyaan-pertanyaan yang dapat diukur tingkat penguasaanya atau bila ingin mengetahui keterampilan siswa maka mintalah siswa untuk melakukan tindakan tertentu. Jawaban yang diberikan siswa hendaklah sesuai dengan kemampuan yang diminta dalam tujuan pembelajaran.
·         Provide Feedback (Memberi umpan balik)
Hasil belajar perlu diperlihatkan melalui suatu cara, agar guru dan siswa itu sendiri mengetahui apakah tujuan belajar telah tercapai. Untuk itu, guru sebaiknya tidak menunggu hingga seluruh pelajaran selesai. Sebaiknya guru memberikan kesempatan sedini mungkin kepada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar mereka, agar dapat diberi umpan balik, sehingga pelajaran akan berjalan dengan lancar.
·         Assess Performance (Menilai hasil belajar)
Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa soal.
·         Enhance Retention And Transfer To The Job (Meningkatkan retensi)
Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari (tidak dilupakan) dapat diusahakan oleh guru dan para siswa itu sendiri dengan cara banyak kali mengulangi pelajaran itu. Cara lain adalah dengan memberi banyak contoh-contoh. Dapat pula diusahakan dengan menggunakan “jembatan keledai. Dengan cara ini, materi pelajaran disusun demikian rupa hingga mudah diingat.
Contoh berikut menggambarkan urutan mengajar sesuai dengan sembilan peristiwa instruksional untuk tujuan, Kenali Nama-nama Buah-buahan:
1.      Perhatian  – memperlihatkan gambar buah-buahan yang telah dibuat.
2.      Mengidentifikasi Tujuan – mengajukan pertanyaan: “Apakah ada yang tau gambar apakah ini?”
3.      Ingat sebelum belajar – definisi review tentang buah
4.      Hadir stimulus – memberikan definisi dari buah-buahan
5.      Panduan belajar-menunjukkan contoh bagaimana untuk membuat buah-buahan misal : buah jeruk.
6.      Minta per kinerja – meminta siswa untuk membuat g 2 gambar yang berbeda
7.      Memberikan umpan balik – periksa semua contoh sebagai benar / salah
8.      Menilai kinerja memberikan nilai dan remediasi
9.      Meningkatkan retensi / transfer – menampilkan gambar obyek dan meminta siswa untuk mengidentifikasi equilaterals.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
o   Fase-fase belajar menurut Gagne adalah sebgai berikut :
-          Fase pengenalan (apprehending phase).
-          Fase perolehan (acqusition phase).
-          Fase penyimpanan (storage phase).
-          Fase pemanggilan (retrieval phase).
Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu fase motivasi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar, fase generalisasi adalah fase transer informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut. Fase penampilan adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu.
o   Kejadian-kejadian Instruksional
-          Gain Attention
-          Inform Learners Of Objectives
-          Stimulasi Recall Of Prior Learning
-          Present The Content
-          Provide “Learning Guidance”
-          Elicit Performance / Practive
-          Provide Feedback
-          Assess Performance
-          Enhance Retention And Transfer To The Job
o   Contoh berikut menggambarkan urutan mengajar sesuai dengan sembilan peristiwa instruksional untuk tujuan, Kenali Nama-nama Buah-buahan:
o   Perhatian  – memperlihatkan gambar buah-buahan yang telah dibuat.
o   Mengidentifikasi Tujuan – mengajukan pertanyaan: “Apakah ada yang tau gambar apakah ini?”
o   Ingat sebelum belajar – definisi review tentang buah
o   Hadir stimulus – memberikan definisi dari buah-buahan
o   Panduan belajar-menunjukkan contoh bagaimana untuk membuat buah-buahan misal : buah jeruk.
o   Minta per kinerja – meminta siswa untuk membuat g 2 gambar yang berbeda
o   Memberikan umpan balik – periksa semua contoh sebagai benar / salah
o   Menilai kinerja memberikan nilai dan remediasi
o   Meningkatkan retensi / transfer – menampilkan gambar obyek dan meminta siswa untuk mengidentifikasi equilaterals.
B.     Saran
Sebagai guru tentunya kita akan mengalami kejadian-kejadian intruksional seperti yang telah di ungkapkan oleh Gagne, dan untuk mengatasi peristiwa tersebut degan memahami teori-teori pembelajaran dan juga fase-fase belajranya.



DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Willis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: P2LPTK.
Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. New York: Holt, Rinehart, and Winston.
Gagne, Robert M. 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston Toronto: Little Brown Company.
Orton, A. 1987. Learning Mathematics. London: Casel Educational Limited.
Pidarta, Made. 1997. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Warsita, Bambang. 2008. Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar. Jurnal Teknodik, 12(1):65-79.
Gardner, H. 1983. Frames of mind: The theory of multiple intelligences.New York:
Safitri, Diajeng. 2010. Komparasi Konsep Gagne (online). http://blog.uin-malang.ac.id/vieviet12/2010/12/12/komparasi-konsep-gagne/.  Diakses tanggal 3 maret 2013.

1 komentar: