BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Bagi Gagne,
belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat
kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan
mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan,
perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut
bersifat menetap meskipun hanya sementara.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne juga mengemukakan tentang fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne juga mengemukakan tentang fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.
Pembelajaran secara terkondisi akan meningkatkan
kepekaan terhadap daya ingat siswa, terlebih dalam kegiatan pembelajaran
dengan acuan berpusat pada siswa melibatkan siswa dalam belajar. Hal ini
lebih khusus lagi jika siswa diarahkan untuk membangun pengetahuan mereka
tentang suatu materi matematika tertentu. Siswa membangun sendiri skemanya
serta membangun konsep-konsep melalui pengalaman-pengalamannya.
Pengalaman-pengalaman tersebut diperoleh melalui keterlibatan siswa dengan
lingkungannya.
Oleh karena itu calon guru maupun guru untuk
mengetahui fase-fase teori belajar Gagne dan pendekatan
konstruktivisme, sehingga guru bisa memodifikasi atau mendesain setiap
pembelajaran sesuai dengan materi ajar.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
saja fase-fase belajar menurut Gagne?
2. Bagaimana
masalah-masalah kontruksional tersebut ?
3. Contoh-contoh
dari masalah-masalah tersebut ?
Selain
memenuhi tugas mata kuliah “Teori Belajar dan Pembelajaran”. Makalah ini juga bertujuan
untuk mengetahui teori-teori yang di kemukakan oleh Gagne.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Belajar
1.
Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia :
Belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.
2.
Pengertian belajar menurut beberapa ahli :
a. Menurut james O.
Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman.
b. Winkel, belajar adalah
aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan, nilai dan sikap.
c. Cronchbach (Djamarah,
Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu
aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
d. Howard L. Kingskey
(Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan.
e. Drs. Slameto
(Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri di dalam interaksi
dengan lingkungannya.
f. (Djamarah, Syaiful
Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
g. R. Gagne (Djamarah,
Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah
suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,
kebiasaan dan tingkah laku
h. Herbart (swiss)
Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalamn
yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafaln
i.
Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning
mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich
persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a
groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah
belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan
saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri
dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi.
j.
Lester D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar
adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah
upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.
k. Ngalim Purwanto (1992)
(WWW. Google.com) Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.
B.
Teori
Multiple Intelligences
Gardner (dalam Frame of Mind: The
Theory of multiple Intelligences; 1985) menyatakan; “kecerdasan kandidat” dalam
modelnya “lebih menyerupai pertimbangan artistic ketimbang penaksiran ilmiah”
(hal 63). Dengan demikian, kecerdasan tambahan sebanyak apapun bisa dimasukkan
kedalam model Gardner, karena menurutnya: “Tidak ada, dan tidak akan pernah
ada, daftar kecerdasan manusia yang tidak terbantahkan dan diterima secara
universal….kita bisa lebih mendekati tujuan itu jika kita berpegang hanya pada
satu tingkat analisis (misalnya neurofisiologis)….” (hal 60). (Barbara K.
Given, “Brain-Based Teaching”, hal 75).
Gardner menetapkan syarat khusus yang
harus dipenuhi oleh setiap kecerdasan agar dapat dimasukkan dalam teorinya;
Empat diantaranya adalah;
1.
Setiap kecerdasan
dapat dilambangkan: misal matematika jelas ada lambang, Musik ada lambing (not
dll), kinestetik ada lambing atau irama gerak dst, lambaian tangan, untuk
selamat tinggal atau mau tidur dll.
2.
Setiap Kecerdasan
mempunyai riwayat perkembangan: artinya tidak seperti IQ yang meyakini bahwa
kecerdasan itu mutlak tetap dan sudah ditetapkan saat kelahiran atau tidak
berubah, MI (Multiple Intelligences) percaya bahwa kecerdasan itu muncul pada
titik tertentu dimasa kanak-kanan, mempunyai periode yang berpotensi untuk
berkembang selama rentang hidup, dan berisikan pola unik yang secara berlahan
atau cepat semakin merosot seiring dengan menuanya seseorang. Kecerdasan paling
awal muncul adalah Musik lalu Logis-Matematis.
3.
Setiap Kecerdasan
rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cedera pada wilayah otak tertentu.
missal orang dengan kerusakan pada Lobus Frontal pada belahan otak kiri, tidak
mampu berbicara atau Penulis dengan mudah,namun tanpa kesulitan dapat
menyanyi,melukis dan menari. Orang yang lobus Temporalnya kanan yang rusak,
mungkin mengalami kesulitan dibidang music tetapi dengan mudah mampu bicara,
membaca dan menulis. Pasien dengan kerusakan pada Lobus oksipital belahan otak
kanan mengkin mengalami kesulitan dalam mengenali wajah, membayangkan atau
mengamati detail visual. (Thomas Amstrong, 1999, hal 8). Kecerdasan linguistic
ada pada belahan otak kiri, sementara music, spatial dan antarpribadi cenderung
di belahan otak kanan. Kinestetik-jasmani menyangkut kortek motor, ganglia
basal, dan serebellum (otak kecil). Lobus frontal mengambil peran penting pada
kecerdasan intrapribadi (intrapersonal).
4.
Setiap kecerdasan
mempunyai keadaan akhir berdasar nilai budaya. Artinya tidak harus
matematis-logis yang penting atau Spatial atau Musik atau…atau tergantung
budaya masing-masing missal ada kemampun naik kuda, melacak jejak dll dalam
budaya tertentu itu sangat-sangat penting dst.
Inilah empat syarat yang diberikan oleh
Howard Gardner, makanya teorinya berkembang dari 7 Kecerdasan (Linguistik,
Logis-Matematis, Musik, Spatial-Visual, Kenestetik, Intrerpersonal dan
intrapersonal) Menjadi 9 (tambahan 2 yaitu; Naturalis dan terbaru
Eksistensialis). Adalah menarik sebagai contoh; bagaimana anda menghafal nomor
telpon? Apakah anda mengulang-ngulang nomor tadi sebelum menelpon (ini berarti
anda menggunakan teknik Liguistik) atau anda menbayangkan pola tombol yang
harus anda tekan dalam pola peletakan tombol angka-angka (menggunakan metode
Spatial-Visual) atau malah anda mengingat-ingat nada khas tiap-tiap angka
(strategi Musikal). 9 kecerdasan majemuk (Sembilan Jenis Kecerdasan) antara
lain :
a. Jenis
kecerdasan pertama, kecerdasan linguistik, adalah kecerdasan dalam mengolah
kata. Ini merupakan kecerdasan para jurnalis, juru cerita, penyair, dan
pengacara. Jenis pemikiran inilah yang menghasilkan King Lear karya
Shakespeare, Odyssey karya Homerus, dan Kisah Seribu Satu Malam dari Arab.
Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargu-mentasi, meyakinkan orang,
menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya.
Mereka senang bermain-main dengan bunyi bahasa melalui teka-teki kata,
permainan kata (pun), dan tongue twister. Kadang-kadang mereka pun mahir dalam
hal-hal kecil, sebab mereka mampu mengingat berbagai fakta. Beberapa
ketrampilan anak dalam kecerdasan ini :
o Suka
menulis kreatif di rumah
o Mengarang
kisah khayal, menuturkan lelucon dan cerita
o Sangat
hafal nama, tempat, tanggal, atau hal-hal kecil
o Menikmati
membaca buku di waktu senggang
o Suka
mengisi teka-teki silang
o Menikmati
cerita, program radio, pembacaan buku dll.
o Mempunyai
kosa kata yang luas untuk anak seusianya.
o Unggul
dalam pelajaran sekolah yang melibatkan membaca dan menulis
b. Jenis
kecerdasan kedua, Logis-matematis, adalah kecerdasan dalam hal angka dan hgika.
Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemrogram komputer. Newton
menggunakan kecerdasan ini ketika ia menemukan kalkulus. Demikian pula dengan
Einstein ketika ia menyu-sun teori relativitasnya. Ciri-ciri orang yang cerdas
secara logis-mate-matis mencakup kemampuan dalam penalaran, mengurutkan,
berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan
konseptual atau pola numerik, dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.
Beberapa ketrampilan anak dalam kecerdasan ini :
o Menghitung
problem aritmatika dengan cepat
o Senang
terhadap program komputer
o Ahli
dalam bermain catur atau permainan strategi lainnya
o Sering
bertanya tentang fenomena alam (langit biru, akhir alam semesta)
o Menjelaskan
masalah secara logis
o Merancang
eksperimen untuk hal-hal tidak dimengerti
o Menghabiskan
waktu untuk menyelesaikan teka-teki logika
o Mudah
memahami sebah akibat
o Menikmati
pelajaran IPA dan matematika dan berprestasi tinggi, dll.
c. Kecerdasan
Spasial adalah jenis kecerdasan yang ketiga, mencakup bapikir dalam gambar,
serta kemampuan untuk mencerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai
macam aspek dunia visual-spasial. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan para
arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin. Siapa pun yang merancang
piramida di Mesir, pasti mempunyai kecerdasan ini. Demikian pula dengan
tokoh-tokoh seperti Thomas Edison, Pablo Picasso, dan Ansel Adams. Orang dengan
tingkat kecerdasan spasial yang tinggi hampir selalu mempunyai kepekaan yang
tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu
hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah
menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi. Beberapa ketrampilan anak
dalam kecerdasan ini :
o Menonjol
dalam kelas seni disekolah
o Memberikan
gambaran yang jelas ketika sedang memikirkan sesuatu
o Mudah
membaca peta, grafik dan diagram
o Menggambar
sosok benda dan orang persis aslinya
o Senang
melihat film, slide, atau foto
o Menikmati
teka-teki jigsaw, maze, atau kegiatan visual lainnya.
o Sering
melamun
o Membangun
konstruksi tiga dimensi yang menarik
o Mencorat-coret
di atas kertas atau buku tugas sekolah
o Lebih
banyak memahami lewat gambar dari pada kata-kata dll.
d. Kecerdasan
musikal adalah jenis kecerdasan keempat. Ciri utama kecerdasan ini adalah
kemampuan untuk mencerap, menghargai, dan menciptakan irama dan melodi. Bach,
Beethoven, atau Brahms, dan juga pemain gamelan Bali atau penyanyi cerita epik
Yugoslavia, se-muanya mempunyai kecerdasan ini. Kecerdasan musikal juga
dimiliki orang yang peka nada, dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat
mengikuti irama musik, dan yang mendengarkan berbagai karya musik dengan
tingkat ketajaman tertentu. Beberapa ketrampilan anak dalam kecerdasan ini :
o Memainkan
alat musik di sekolah atau di rumah, sebagai anggota ban dan orkes
o Ingat
melodi lagu
o Berprestasi
sangat bagus di kelas musik di sekolah
o Lebih
bisa belajar dengan iringan musik
o Mengoleksi
CD atau kaset
o Bernyanyi
untuk diri sendiri atau orang lain
o Bisa
mengikuti irama musik
o Mempunyai
suara bagus untuk bernyanyi
o Peka
terhadap suara-suara di lingkungan
o Memberikan
reaksi yang kuat terhadap suatu jenis musik
e. Kecerdasan
kelima, kinestetik-jasmani, adalah kecerdasan fisik. Kecerdasan ini mencakup
bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan kete-rampilan dalam menangani benda.
Atlet, pengrajin, montir, dan ahli bedah mempunyai kecerdasan
kinestetik-jasmani tingkat tinggi. Demikian pula Charlie Chaplin, yang
memanfaatkan kecerdasan ini untuk melakukan gerakan tap dance sebagai
"Little Tramp". Orang dengan ke¬cerdasan fisik memiliki keterampilan
dalam menjahit, bertukang, atau merakit model. Mereka juga menikmati kegiatan
fisik, seperti berjalan kaki, menari, berlari, berkemah, berenang, atau
berperahu. Mereka adalah orang-orang yang cekatan, indra perabanya sangat peka,
tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu. Beberapa ketrampilan
anak dalam kecerdasan ini :
o Berprestasi
dalam olahraga kompetetif disekolah atau dilingkungan rumah
o Bergerak-gerak
ketika sedang duduk
o Terlibat
dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau bermain
skateboard.
o Perlu
menyentuh sesuatu yang ingin dipelajari
o Menikmati
melompat, lari, gulat, atau kegiatan serupa
o Memperlihatkan
ketrampilan dalam kerajinan tangan, seperti kerajinan kayu, menjahit, mengukir,
memahat.
o Pandai
menirukan gerakan, kebiasaan, atau perilaku orang lain.
o Menikmati
bekerja dengan tanah liat, melukis, dengan jari atau kegiatan lain
o Sangat
senang untuk bongkar pasang
f. Kecerdasan
keenam adalah kecerdasan Antarpribadi. Ini adalah kemampuan untuk memahami dan
bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini terutama menuntut kemampuan
untuk mencerap dan tang-gap terhadap suasana hati, perangai, niat, dan hasrat
orang lain. Direk-tur sosial sebuah kapal pesiar harus mempunyai kecerdasan
ini, sama halnya dengan pemimpin perusahaan besar. Seseorang yang mempunyai
kecerdasan antarpribadi bisa mempunyai rasa belas kasihan dan tanggung jawab
sosial yang besar seperti Mahatma Gandhi, atau bisa juga suka memanipulasi dan
licik seperti Machiavelli. Namun, mereka semua mempunyai kemampuan untuk
memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut pandang orang yang
bersangkutan. Oleh karena itu, mereka dapat menjadi networker, perunding, dan
guru yang ulung. Beberapa ketrampilan anak dalam kecerdasan ini :
o Mempunyai
banyak teman
o Banyak
bersosialisasi di lingkungan sekolah atau rumah
o Tampak
sangat mengenal lingkungan
o Terlibat
dalam kelompok di luar jam sekolah
o Berperan
sebagai penengah keluarga ketika terjadi pertikaian
o Menikmati
permainan kelompok
o Berempati
besar terhadap perasaan orang lain
o Dicari
sebagai penasehat atau pemecah masalah
o Menikmari
mengajari orang lain
o Tampak
mempunyai bakat pemimpin
g. Kecerdasan
Ketujuh adalah kecerdasan Intrapribadi atau kecer¬dasan dalam diri sendiri.
Orang yang kecerdasan intrapribadinya sangat baik dapat dengan mudah mengakses
perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan emosi, dan menggunakan
pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing hidupnya. Contoh orang
yang mempunyai kecerdasan ini, yaitu konselor, ahli teologi, dan wirau-sahawan.
Mereka sangat mawas diri dan suka bermeditasi, berkontemplasi, atau bentuk lain
penelusuran jiwa yang mendalam. Sebaliknya, mereka juga sangat mandiri, sangat
terfokus pada tujuan, dan sangat disiplin. Secara garis besar, mereka merupakan
orang yang gemar bela-jar sendiri dan lebih suka bekerja sendiri daripada
bekerja dengan orang lain. (Armstrong: 1999: 3-6). Beberapa ketrampilan anak dalam
kecerdasan ini :
o Memperlihatkan
sikap independen atau kemauan yang kuat
o Bersikap
realistis tehadap kekuatan dan kelemahan
o Memberikan
reaksi yang keras ketika membahas topik-topik kontraversial
o Bekerja
atau belajar dengan baik seorang diri
o Mempunyai
rasa percaya diri
o Belajar
dari kesalahan masa lalu
o Dengan
tepat mengekspresikan perasaannya
o Terarah
pada pencapaian tujuannnya
o Terlibat
dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri
h. Kecerdasan
kedelapan, Kecerdasan Naturalis (Lingkungan). Gardner menjelaskan inteligensi
lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna
dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural;
kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan menggunakan kemampuan itu
secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan
alam.
Orang yang punya inteligensi lingkungan
tinggi biasanya mampu hidup di luar rumah, dapat berkawan dan berhubungan baik
dengan alam, mudah membuat identifikasi dan kla-sifikasi tanaman dan binatang.
Orang ini mempunyai kemam¬puan mengenal sifat dan tingkah laku binatang,
biasanya mencintai lingkungan, dan tidak suka merusak lingkungan hidup. Salah
satu contoh orang yang mungkin punya inteligensi lingkungan tinggi adalah Charles
Darwin. Kemampuan Darwin untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi serangga,
burung, ikan, mamalia, membantunya mengembangkan teori evolusi.
Inteligensi lingkungan masih dalam
penelitian lebih lanjut karena masih ada yang merasa bahwa inteligensi ini sudah
termasuk dalam inteligensi matematis-logis. Namun, Gardner berpendapat bahwa
inteligensi ini memang berbeda dengan inteligensi matematis-logis. Beberapa
ketrampilan anak dalam kecerdasan ini :
o Akrab
dengan hewan piaraan
o Menikmati
berjalan-jalan di alam terbuka atau kekebun binatang atau museum sejarah alam
o Menunjukkan
sikap peka terhadap bentuk-bentuk alam (misalnya : gunung, awan atau jika
berada di kota mempunyai kepekaan terhadap bentuk-bentuk budaya populer –
sampul CD, kanvas, model mobil.
o Suka
berkebun atau berada dekat kebun
o Menghabiskan
waktu dekat akurarium, seistem kehidupan alam lain
o Memperlihatkan
kesadaran ekologis
o Yakin
bahwa binatang mempunyai hak diri.
o Mencatat
fenomena alam yang melibatkan hewan, tumbuhan dan hal-hal sejenis (mempunyai
foto, gambar, video, buku harian, koleksi dll)
o Membawa
pulang serangga, bunga, dan atau benda-benda alam lain untuk diperlihatkan
kepada anggota keluarga.
o Memperlihatkan
pemahaman yang mendalam di sekolah dalam topik-topik yang melibatkan sistem
kehidupan (misal biologi dalam pelajaran IPA, topik lingkungan hidup dalam mata
pelajaran IPS, dan sebagainya…….)
i. Kecerdasan
kesembilan, Kecerdasan Eksistensial, intelegensi ini menyangkut kemampuan
seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau
keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaannya, keberadaannya
secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang
ter¬dalam. Pertanyaan itu antara lain: mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa
makna dari hidup ini, bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Inteligensi ini
tampaknya sangat berkembang pada banyak filsuf, terlebih filsuf eksistensialis
yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup
manusia. Filsuf-filsuf seperti Sokrates, Plato, Al-Farabi, Ibn Sina, Al-Kindi,
Ibn Rusyd, Thomas Aquinas, Descartes, Kant, Sartre, Nietzsche termasuk
mempunyai inteligensi eksistensial tinggi.
Anak yang menonjol dengan inteligensi
eksistensial akan mempersoalkan keberadaannya di tengah alam raya yang besar
ini. Mengapa kita ada di sini? Apa peran kita dalam dunia yang besar ini?
Mengapa aku ada di sekolah, di tengah teman-teman, untuk apa ini semua? Anak
yang menonjol di sini sering kali mengajukan pertanyaan yang jarang dipikirkan
orang, termasuk gurunya sendiri. Misalnya, tiba-tiba ia bertanya, "Apa
manusia semua akan mati? Kalau semua akan mati, untuk apa aku hidup?"
C.
Fase-Fase Belajar
Menurut Gagne belajar melalui empat
fase utama yaitu:
1. Fase pengenalan (apprehending phase).
Pada fase
ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan
memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai
cara. ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa,
dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena
cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.
2. Fase perolehan (acqusition phase).
Pada
fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru
dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan
sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi
antara informasi baru dan informasi lama.
3. Fase penyimpanan (storage phase).
Fase
storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan
dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan
informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka
panjang.
4. Fase pemanggilan (retrieval phase).
Fase
Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi
yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam
memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya
ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara
terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi
katagori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil.
Keempat
fase belajar manusia ini telah disatukan menyerupai model sistem komputer,
meskipun sedikit lebih kompleks daripada yang ada pada manusia. komputer menangkap
rangsangan listrik dari pengguna komputer, memperoleh stimulus dalam central
processing unit, menyimpan informasi dalam stimulus pada salah satu bagian
memori, dan mendapatkan kembali
informasi pada penyimpanannya. jika siswa mempelajari prosedur menentukan nilai
pendekatan akar kuadrat dari bilangan yang bukan kuadrat sempurna, mereka harus
memahami metode, memperoleh metode, menyimpan di dalam memori, dan memanggil
kembali ketika dibutuhkan. untuk membantu siswa melangkah maju melalui empat
tahap dalam mempelajari algoritma akar kuadrat, guru menimbulkan pemahaman
dengan mengerjakan suatu contoh pada papan tulis, memudahkan akusisi setelah
setiap siswa mengerjakan contoh dengan mengikutinya, langkah demi langkah,
daftar petunjuk, membantu penyimpanan dengan memberikan soal-soal untuk
pekerjaan rumah, dan memunculkan pemanggilan kembali dengan memberikan
kuis pada hari berikutnya.
Kemudian
ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu fase motivasi sebelum
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar, fase
generalisasi adalah fase transer informasi, pada situasi-situasi baru, agar
lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu
dengan informasi baru tersebut. Fase penampilan adalah fase dimana siswa harus
memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu.
D. Kategori Utama
Kapabilitas
Kapabilitas
merupakan kemampuan yang dimiliki manusia karena ia belajar. Kapabilitas dapat
diibaratkan sebagai tingkah laku akhir dan ditempatkan pada puncak
membentuk suatu piramida. Gagne mengemukakan 5 macam hasil belajar atau
kapabilitas tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu bersifat
psikomotor. Gagne membagi hasil belajar menjadi lima kategori kapabilitas
sebagai berikut :
1.
Verbal Information (informasi
verbal),
kemampuan siswa untuk memiliki keterampilan mengingat
informasi verbal, ini dapat dicontohkan kemampuan siswa mengetahui benda-benda,
huruf alphabet dan yang lainnya yang bersifat verbal.
2.
Intellectual skills (keterampilan
intelektual),
Kapabilitas keterampilan intelektual merupakan
kemampuan untuk dapat memperbedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan
masalah. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh melalui belajar. Kapabilitas
keterampilan intelektual menurut Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar
yaitu, belajar isyarat, belajar stimulus respon, belajar rangkaian gerak,
belajar rangkaia nverbal, belajar memperbedakan, belajar pembentukan konsep,
belajar pembentukan aturan, dan belajar pemecahan masalah. Tipe belajar
tersebut terurut kesukarannya dari yang paling sederhana (belajar isyarat)
sampai kepada yang paling kompleks belajar pemecahan masalah.
3.
Cognitive strategies (strategi
kognitif),
Kapalilitas
strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikanserta mengembangkan
proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis. Kapabilitas
ini terorganisasikan secara internal sehingga memungkinkan perhatian,
belajar, mengingat, dan berfikir anak terarah. Contoh tingkah laku akibat kapabilitas strategi
kognitif, adalah menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah matematik.
4.
Attitudes (sikap-sikap)
Merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau mahluk hidup
lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang
lain. Bagaimana sikap-sikap sosial itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran
itu yang menjadi hal penting dalam menerapkan metode dan materi pembelajaran.
5.
Motor skills (keterampilan
motorik)
Merupakan keterampilan kegiatan fisik dan penggabungan
kegiatan motorik dengan intelektual sebagai hasil belajar. Keterampilan motorik
bukan hanya mencakup kegiatan fisik saja tapi juga kegiatan motorik dengan
intelektual seperti membaca, menulis, dll.
E. Sembilan Peristiwa Pembelajaran
Apakah yang terjadi dalam mengajar? Mengajar dapat kita pandang sebagai
usaha mengontrol kondisi ekstrem. Kondisi ekstrim merupakan satu bagian dan
proses belajar, namun termasuk tugas guru yang utama dalam mengajar.
Mengajar terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu yang menurut
Gagne terkenal dengan “Nine intructional events” yang dapat diuraikan sebagai
berikut :
·
Gain Attention (Menarik Perhatian)
Menarik
perahatian merupakan kegiatan paling awal dalam proses PBM. Menurut Dick &
Carey (1985) menarik perhatian siswa dan mempertahankannya selama pembelajaran
merupakan langkah awal strategi pembelajaran. Hidi (1990) mengungkapkan bahwa
perhatian merupakan hal penting dalam menentukan pemilihan dan melakukan pemrosesan
informasi. Perhatian juga memegang peran utama dalam kegiatan aktifitas mental
pada pembelajaran agar terjadi proses belajar. Berkaitan dengan pembelajaran
dalam bidang sain atau teknik, Martinez dan Haertel (1991) mengatakan bahwa
variabel perhatian merupakan suatu yang penting, karena mempengaruhi prestasi
akademik jangka pendek (shortterm academic achievement). Menurut Gagne (1975)
kegiatan menarik perhatian siswa dapat dilakukan dengan memberikan
perubahan-perubahan rangsangan secara mendadak seperti gerak tubuh, perubahan
suara, atau sajian visual tertentu.
Sedangkan menurut
Keller dan Kopp (1987) secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk
membangkitkan dan mempertahankan siswa yaitu (l) membangkitkan daya persepsi
siswa dengan jalan menyajikan sesuatu yang mencengangkan, esuatu yang
mengherankan, sesuatu yang membingungkan dan sesuatu yang kontradiktif, (2)
menumbuhkan hasrat ingin meneliti, dengan jalan (a) merangsang aktif merespon
yaitu merangsang minat siswa dengan menggunakan interaksi pertanyaan-respon-umpan
balik, (b) menciptakan masalah yaitu memberi kesempatan siswa memecahkan
masalah, (c) menciptakan misteri, yaitu menciptakan situasi pemecahan masalah
dalam konteks yang membutuhkan eksplorasi dan daya pengungkapan rahasia
pengetahuan, dan (3) mengunakan elemen pembelajaran secara variatif, dapat
dilakukan dengan meringkas bagian- bagian pembelajaran, menciptakan respon yang
saling pengaruh memengaruhi dan mengintegrasikan media secara fungsional.
·
Inform Learners Of Objectives (Memberitahukan
tujuan pembelajaran)
Tahap berikutnya
memberitahukan tujuan pembelajaran pada siswa dengan maksud agar siswa dapat
menjawab pertanyaan" bagaimana saya tahu bahwa saya sudah belajar?"
Tujuan pembelajaran merupakan uraian rinci tentang sesuatu (isi pembelajaran)
yang akan mampu dikerjakan siswa selesai mengikuti satu satuan pembelajaran.
Ditinjau dari sudut siswa, tujuan pembelajaran diartikan sebagai deskripsi
tentang perilaku yang diharapkan dapat dimiliki setelah mengikuti pembelajaran
(Davis, 1976). Sedangkan dari segi bentuknya, tujuan belajar berarti deskripsi
unjuk kerja yang akan ditunjukkan siswa sebagai hasil pembelajaran (Mager,
1975); atau dapat juga dikatakan sebagai deskripsi terinci tentang sesuatu yang
diharapkan dapat dilakukan siswa setelah menyelesaikan suatu unit pembelajaran
tertentu (Dick and Cerey, 1985).
Pemberitahuan tujuan pembelajaran akan memberi arah pada seluruh kegiatan PBM yang ingin dicapai. Menurut Dick and Carey (1985) perumusan tujuan pembelajaran berguna dalam (l) menspesifikasi perilaku yang akan diajarkan, (2) menentukan siasat bagi pembelajaran, dan (3) menetapkan kriteria untuk mengevaluasi unjuk kerja siswa sesuai pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh melalui analisis terhadap pembelajaran. Dalam setiap keterampilan yang dikenali dalam analisis pembelajaran paling sedikit satu tujuan atau lebih dapat dirumuskan. Kegiatan ini termasuk perumusan tujuan untuk keterampilan yang dikenal sebagai tingkah laku masukan (entry behavior). Dengan menginformasikan tujuan belajar, siswa dapat mengetahui tentang proses yang terjadi pada dirinya sewaktu belajar. Tujuan belajar yang dirumuskan secara spesifik tidak hanya berguna bagi perancang pembelajaran, tetapi berguna pula bagi siswa. Dengan penginformasian tujuan belajar dapat memotivasi siswa dalam belajar, sebab dengan mengetahui tujuan belajarnya siswa tidak akan menyimpang dari arah yang akan dituju.
Pemberitahuan tujuan pembelajaran akan memberi arah pada seluruh kegiatan PBM yang ingin dicapai. Menurut Dick and Carey (1985) perumusan tujuan pembelajaran berguna dalam (l) menspesifikasi perilaku yang akan diajarkan, (2) menentukan siasat bagi pembelajaran, dan (3) menetapkan kriteria untuk mengevaluasi unjuk kerja siswa sesuai pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh melalui analisis terhadap pembelajaran. Dalam setiap keterampilan yang dikenali dalam analisis pembelajaran paling sedikit satu tujuan atau lebih dapat dirumuskan. Kegiatan ini termasuk perumusan tujuan untuk keterampilan yang dikenal sebagai tingkah laku masukan (entry behavior). Dengan menginformasikan tujuan belajar, siswa dapat mengetahui tentang proses yang terjadi pada dirinya sewaktu belajar. Tujuan belajar yang dirumuskan secara spesifik tidak hanya berguna bagi perancang pembelajaran, tetapi berguna pula bagi siswa. Dengan penginformasian tujuan belajar dapat memotivasi siswa dalam belajar, sebab dengan mengetahui tujuan belajarnya siswa tidak akan menyimpang dari arah yang akan dituju.
·
Stimulasi Recall Of Prior Learning
(Merangsang ingatan pada materi prasyarat)
Keterampilan
prasyarat belajar adalah keterampilan yang harus dikuasai siswa agar dapat
belajar secara efisien seperti yang diharapkan oleh tujuan pembelajaran (Dick
and Carey, 1985). Dalam proses pembelajaran prasyarat belajar ini harus
dimunculkan kembali dalam memori siswa. Karena merangsang ingatan pada
prasyarat belajar dapat memudahkan belajar kapabilitas baru (Gagne, 1985). Hal
ini dapat dilakukan dengan kalimat sederhana yaitu hanya mengingatkan pada
hal-hal yang sudah dipelajari. Cara menolong ini dialakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada para siswa, yang merupakan suatu cara pengulangan.
·
Present The Content (Menyajikan
bahan perangsang)
Menurut Gagne
(1977) agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik maka pada proses
pembelajaran, guru harus menyajikan bahan perangsang guna menarik perhatian siswa.
Menurut Degeng (1989) apabila yang dipelajari adalah informasi verbal, bahan
perangsang dapat berupa bahan-bahan tercetak, seperti copy dari suatu bab buku
teks atau secara lisan dengan rekaman.
Hal ini dilakukan dengan cara menyajikan bahan kepada siswa
berupa pokok-pokok materi yang penting yang bersifat kunci. Sebelum itu, guru
harus menentukan bahan apa yang harus disajikan berupa informasi verbal,
keterampila intelektual, atau belajar sikap. Berdasarkan jenis kemampuan atau
bahan ini maka dapat dipilih bentuk kegiatan apa saja yang akan disajikan
sehingga proses pembelajaran berjalan lancar. Misalnya, bila akan mengajarkan
tentang sikap maka pilihlah bahan berupa model-model perilaku manusia. Bila
akan mengajarkan keterampilan motorik maka demonstrasikanlah contoh bahan
keterampilan tersebut dan tunjukkan caranya secara tepat.
·
Provide “Learning Guidance” (Memberikan
bimbingan belajar)
Memberikan
bimbingan belajar berguna untuk membantu siswa guna mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan oleh (Gagne, 1985). Dalam setiap kegiatan
pembelajaran, kadang-kadang siswa akan mengalami suatu kesulitan misalnya dalam
memahami konsep, prosedur maupun prinsip. Untuk memudahkan siswa memahami
masalah tersebut perlu diberi bimbingan belajar oleh guru. Umpamanya, dalam
belajar suatu konsep, bimbingan belajar diberikan agar siswa memahami
karakteristik utama konsep itu. Dalam mengajar suatu prosedur, misalnya dalam
mendiagnose kemacetan suatu mesin, bimbingan belajar yang diberikan bisa berupa
daftar cek tentang langkah-langkah berurutan dari prosedur yang harus diikuti
sampai ditemukan sebab-sebab kemacetan mesin (Degeng, 1989).
Berikan contoh-contoh, gambar-gambar sehingga siswa
dapat lebih memahami materi yang disampaikan.
·
Elicit Performance / Practive (Mementapkan
apa yang telah dipelajari)
Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki kemampuan yang diharapkan,
maka mintalah siswa untuk menampilkan kemampuannya dalam bentuk tindakan yang
dapat diamati oleh guru. Misalnya apabila ingin mengetahui kemampuan informasi
verbal siswa maka berikan siswa pertanyaan-pertanyaan yang dapat diukur tingkat
penguasaanya atau bila ingin mengetahui keterampilan siswa maka mintalah siswa
untuk melakukan tindakan tertentu. Jawaban yang diberikan siswa hendaklah
sesuai dengan kemampuan yang diminta dalam tujuan pembelajaran.
·
Provide Feedback (Memberi umpan
balik)
Hasil belajar perlu diperlihatkan melalui
suatu cara, agar guru dan siswa itu sendiri mengetahui apakah tujuan belajar
telah tercapai. Untuk itu, guru sebaiknya tidak menunggu hingga seluruh
pelajaran selesai. Sebaiknya guru memberikan kesempatan sedini mungkin kepada
siswa untuk memperlihatkan hasil belajar mereka, agar dapat diberi umpan balik,
sehingga pelajaran akan berjalan dengan lancar.
·
Assess Performance (Menilai hasil
belajar)
Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada
murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu
dengan memberikan beberapa soal.
·
Enhance Retention And Transfer To
The Job (Meningkatkan retensi)
Retensi atau bertahannya materi yang
dipelajari (tidak dilupakan) dapat diusahakan oleh guru dan para siswa itu
sendiri dengan cara banyak kali mengulangi pelajaran itu. Cara lain adalah
dengan memberi banyak contoh-contoh. Dapat pula diusahakan dengan menggunakan
“jembatan keledai. Dengan cara ini, materi pelajaran disusun demikian rupa
hingga mudah diingat.
Contoh berikut
menggambarkan urutan mengajar sesuai dengan sembilan peristiwa instruksional
untuk tujuan, Kenali Nama-nama Buah-buahan:
1.
Perhatian –
memperlihatkan gambar buah-buahan yang telah dibuat.
2.
Mengidentifikasi Tujuan – mengajukan pertanyaan: “Apakah ada
yang tau gambar apakah ini?”
3.
Ingat sebelum belajar – definisi review tentang buah
4.
Hadir stimulus – memberikan definisi dari buah-buahan
5.
Panduan belajar-menunjukkan contoh bagaimana untuk membuat
buah-buahan misal : buah jeruk.
6.
Minta per kinerja – meminta siswa untuk membuat g 2 gambar yang
berbeda
7.
Memberikan umpan balik – periksa semua contoh sebagai benar /
salah
8.
Menilai kinerja memberikan nilai dan remediasi
9.
Meningkatkan retensi / transfer – menampilkan gambar obyek
dan meminta siswa untuk mengidentifikasi equilaterals.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
o Fase-fase belajar
menurut Gagne adalah sebgai berikut :
-
Fase
pengenalan (apprehending phase).
-
Fase
perolehan (acqusition phase).
-
Fase
penyimpanan (storage phase).
-
Fase
pemanggilan (retrieval phase).
Kemudian
ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu fase motivasi sebelum
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar, fase
generalisasi adalah fase transer informasi, pada situasi-situasi baru, agar
lebih meningkatkan daya ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu
dengan informasi baru tersebut. Fase penampilan adalah fase dimana siswa harus
memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu.
o Kejadian-kejadian
Instruksional
-
Gain Attention
-
Inform Learners Of Objectives
-
Stimulasi Recall Of Prior Learning
-
Present The Content
-
Provide “Learning Guidance”
-
Elicit Performance / Practive
-
Provide Feedback
-
Assess Performance
-
Enhance Retention And Transfer To
The Job
o Contoh berikut
menggambarkan urutan mengajar sesuai dengan sembilan peristiwa instruksional
untuk tujuan, Kenali Nama-nama Buah-buahan:
o Perhatian – memperlihatkan gambar buah-buahan yang
telah dibuat.
o Mengidentifikasi
Tujuan – mengajukan pertanyaan: “Apakah ada yang tau gambar apakah ini?”
o Ingat sebelum belajar
– definisi review tentang buah
o Hadir stimulus –
memberikan definisi dari buah-buahan
o Panduan
belajar-menunjukkan contoh bagaimana untuk membuat buah-buahan misal : buah
jeruk.
o Minta per kinerja –
meminta siswa untuk membuat g 2 gambar yang berbeda
o Memberikan umpan balik
– periksa semua contoh sebagai benar / salah
o Menilai kinerja
memberikan nilai dan remediasi
o Meningkatkan retensi /
transfer – menampilkan gambar obyek dan meminta siswa untuk mengidentifikasi
equilaterals.
B.
Saran
Sebagai
guru tentunya kita akan mengalami kejadian-kejadian intruksional seperti yang
telah di ungkapkan oleh Gagne, dan untuk mengatasi peristiwa tersebut degan
memahami teori-teori pembelajaran dan juga fase-fase belajranya.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna
Willis. 1988. Teori-Teori Belajar.
Jakarta: P2LPTK.
Gagne, Robert
M. 1977. The Conditions of Learning.
New York: Holt, Rinehart, and Winston.
Gagne, Robert
M. 1985. The Cognitive Psychology of
School Learning. Boston Toronto: Little Brown Company.
Orton, A.
1987. Learning Mathematics. London:
Casel Educational Limited.
Pidarta, Made.
1997. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu
Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Warsita,
Bambang. 2008. Teori Belajar Robert M.
Gagne dan Implikasinya pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar. Jurnal
Teknodik, 12(1):65-79.
Gardner, H.
1983. Frames of mind: The theory of multiple intelligences.New York:
Dikutip dari :
http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/05/teori-belajar-behaviourisme.html (3 maret 2013)
Safitri, Diajeng. 2010. Komparasi Konsep Gagne (online). http://blog.uin-malang.ac.id/vieviet12/2010/12/12/komparasi-konsep-gagne/. Diakses tanggal 3
maret 2013.
Dikuti : http://arjunabelajar.wordpress.com/2011/12/03/conditions-of-learning-robert-gagne/ (4
maret 2013)
ya ukhty, terimakasih tulisannya sangat membantu :D
BalasHapus